Perempuan-Perempuan Adhiyaksa : Part 1

1898 Kata

Papi baru saja masuk ke dalam ruang keluarga, usai sok sibuk di halaman rumahnya yang kini sepi. Sebab anak-mantu-cucu sudah tinggal di rumah masing-masing. Tak ada pula yang menitipkan cucu-cucu disini semenjak mereka sudah dewasa dan Airin yang memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. “Kenapa, Mi?” lelaki paruh baya itu bertanya saat melihat wajah gundah gulana milik Mami. Bukannya menjawab, Mami malah melempar kode ke arah televisi. Menunjukan apa yang sedang ditontonnya. Kening Papi mengerut melihat berita pernikahan muda dari salah satu anak ustad terkenal di Indonesia. Lalu kenapa istrinya gundah begitu? “Aya,” ucapnya menggantung. Papi langsung paham akan duduk persoalannya. “Sudah dua puluh enam tahun, belum nikah-nikah juga,” sambungnya. Papi menghela nafas la

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN