Bab 4. Kekecewaan Ibu

1706 Kata
Mang Ujang memasukan sekarung beras dan satu dus sembako ke halaman rumah Bu Nia. "Terima kasih ya Mang Ujang, maaf ngerepotin." Kata Tia. "Iya Neng, gak apa. Mamang permisi dulu ya." Pamit Mang Ujang. Tia mengangguk. Kemudian masuk ke dalam rumah. "Assalamu alaikum... Bu... Ibu.." Panggil Tia. "Wa alaikumussalaam. Ibu keluar dari arah dapur." Sahut Ibu. "Loh kok banyak banget belanjaannya Tia?" Ibu terkejut. "Iya Bu, Tia juga bingung. Tapi kata Pak Haji, ini titipan dari Orang ke Pak Haji buat Kita." Jelas Tia. "Ya allah.. Alhamdulillaah... Tiar...! Tiar..!" Panggil Ibu. "Ya Bu." Sahut Tiar dari dalam kamar. "Ada apa Bu?" Tanya Tiar. "Ini tolong bawa ke dalam." Pinta Ibu. Kak Mia yang juga keluar, membantu membawakan dus sembako ke dalam rumah. "Bu, ini uang jahitannya." Tia menyerahkan uang jahitan pada Ibunya. "Loh kok uang nya utuh, Tia? Kamu gak bayar beras nya?" Tanya Ibu heran. "Pak Haji gak mau terima, Bu, tadi Udah Tia kasih, kata Pak Haji suruh simpan buat keperluan yang lain." Jelas Tia lagi. Ibu mengangguk. "Tadi juga Bu Tisna gak mau kasih uang jahitannya, katanya pamali ngeluarin uang, udah malam. Untung ada Pak Tisna, akhirnya langsung dibayar." Cerita Tia. Ibu tersenyum. "Alhamdulillaah... masih ada rejeki buat Kita." Kata Ibu. "Ya sudah sana belajar lagi, besok sekolah, kan?" Tia mengangguk. Tia pun masuk ke kamar untuk belajar. _______________ Hari berganti, tak terasa sudah mendekati kenaikan kelas atau kelulusan sekolah. Tia sudah mulai sibuk belajar dan memilih SMP Negeri mana yang kira-kira lebih cepat terjangkau dari rumah. Wali kelas Tia memberikan les tambahan setiap hari minggu. Hari Ujian pun tiba dan Kami sudah harus siap menghadapinya. Tia belajar dengan tekun demi memberikan nilai terbaik untuk Ibu. Tia tidak mau mengecewakan Orangtua satu-satunya. Ujian pun selesai. Tak aral rintangan yang menghalangi, semua berjalan dengan lancar. Ujian kenaikan kelas juga sudah terlaksana. Masa tenang diisi dengan kegiatan yang lebih bermanfaat. Seperti lomba mengaji, baca puisi, lomba adzan dan lain-lain. Tia mengikuti salah satu nya. ________________ Pengumuman kelulusan dan diterima SMP Negeri atau tidak, kini sedang dihadapi oleh Tia. Semalam Ibu nampak kecewa karena kedua Adik Tia tidak naik kelas. Feri tinggal di kelas 1 SD, dan Fitri tinggal di kelas 3 SD. Sedangkan Bang Tiar naik kelas 2 SMA dengan nilai memuaskan. Bang Tiar dapat ranking 2 di kelasnya. Tia sudah memegang amplop penerimaan SMP Negeri. Untuk kelulusan, tahun ini 100% Siswa kelas 6 lulus semua. "Bismillah..." Tia mulai membuka amplop. Beberapa temannya ada yang menangis karena bahagia diterima di SMP Negeri, ada yang menangis karena tidak diterima, ada pula yang biasa-biasa saja karena harud meneruskan ke pesantren. Mata Tia berkaca-kaca. Isi kertas dalam amplop nya menyatakan kalau Tia tidak diterima di SMP Negeri yang Tia pilih. Tubuh Tia langsung lunglai. Tia bingung, apa yang harus Dia katakan pada Sang Ibu. Ibu nya pasti sangat kecewa. _______ "Maafin Tia, Bu. Tia sudah berusaha, tapi ternyata hasilnya mengecewakan Ibu..." Tia menunduk. Airmata nya mengalir ke pipi. Nindi yang duduk dipangkuan Tia, langsung memeluk Tia melihat Sang Kakak menangis. Ibu menghela nafas. Ibu sadar, anak-anak nya kehilangan penyemangat hidup Mereka. Biasa nya Mereka selalu mendapatkan nilai bagus saat Ayah Mereka masib ada. "Lalu Kamu mau lanjut ke SMP mana?" Tanya Ibu. Walau bagaimana pun Anak-anaknya tidak boleh sampai putus sekolah. "Tadi Bu Sri bilang, ada SMP baru yang biayanya terjangkau. Terus sekolah itu memberikan beasiswa pada Siswa yang berprestasi." Kata Tia. "Oh SMP nya Kak Heru, ya Kak?" Fitri nyeletuk. Tia mendongak. "Iya... Nanti Tia coba tanya sama Heru ya Bu, berapa biayanya." Kata Tia. Ibu mengangguk dan memaksakan senyumannya. Tia tahu Ibunya pasti sangat kecewa. Tapi Tia sudah bertekad untuk mendapatkan Beasiswa itu demi meringankan beban Ibunya. _______ Hari Pertama Penataran Sekolah Hari ini Tia berangkat pagi-pagi sekali karena memang jadwal dari sekolah harus tiba jam 06.00 pagi. Tia berangkat dari rumah dengan berjalan kaki menuju halte di jalan raya sebelah komplek. Tia menunggu metromini jurusan ke sekolahnya yang baru. Tia bertemu tetangganya yang juga sekolah di SMP itu. Tara, Dia seangkatan dengan Heru. "Hai Tia.." Sapa Tara. "Hai Tara, kok pagi banget berangkatnya? Ikut jadi Senior penataran ya?" Tanya Tia. Tara mengangguk. "Tahun ini Siswa nya yang daftar lumayan banyak, jadi Guru di Sekolah meminta Siswa yang kelas dua untuk membantu." Jelas Tara. "Jangan galak-galak ya Tara." Canda Tia. Tara hanya tertawa. 15 Menit Kemudian "Tara, dimana kelas 1?" Tanya Tia. "Nanti kelas Kamu di sana. Tapi untuk siswa baru berkumpul dahulu di lapangan upacara. Nanti ada pengarahan dari Kepala Sekolah." Kata Tara. Murid baru pun berkumpul di halaman sekolah. Mendengarkan pengarahan dari Kepala Sekolah. tentang peraturan sekolah dan kegiatan apa saja yang ada di sekolah. Tak banyak peloncoan yang dilakukan di Sekolah ini, hanya penataran dan perkenalan Guru-guru pengajar. Walau ada juga yang dikerjai oleh Guru dan Kakak kelas, tapi semuanya membuat para Siswa sangat terhibur. Beberapa tes tulis pun, Kami dapatkan, seputar pelajaran SD dan pengetahuan umum juga test IQ. Selama seminggu Kami melaksanakan kegiatan ini. Hari ini hari sabtu, seminggu sudah Kami menjadi Siswa SMP. Orangtua Siswa baru, mendapat undangan dari sekolah agar hadir di hari ini. Ibu dan Tetangga yang anak nya sekolah di SMP S pergi bersama ke sekolah. Sedangkan Tia tidak ikut karena ingin istirahat dan bermain dengan Adik-adiknya. Jam 11 siang, Ibu dan Mama nya Heru juga Ibu nya Tara, sudah pulang. Mama nya Heru memberi selamat pada Tia. "Selamat ya Tia, hebat Kamu dapat juara 1, dapat beasiswa pula." Puji Mama Heru. Tia sedikit bingung. "Memang ada acara apa?" "Mama Heru, Ibu Tara, mari mampir?" Ajak Ibu saat sudah di depan rumah. "Terima kasih Bu Nia, Saya mau langsung pulang. Belum masak di rumah." Tolak Mama Heru dengan halus. "Iya, Saya juga lagi banyak kerjaan." Kata Ibu Tara. Ibu mengangguk sambil tersenyum. Ibu masuk ke dalam rumah, Tia mengikuti Ibu nya karena maaih penasaran tentang omongan Mama Heru. "Ibu... Memang benar Tia dapat juara 1 dan dapat beasiswa?" Tanya Tia antusias. Tapi Ibu tidak menjawab pertanyaan Tia. Tia terlihat sedih diacuhkan oleh Ibu nya. Akhirnya Tia pergi ke rumah Heru untuk bertanya pada Mama Heru. "Assalamu alaikum... Heru..." Panggil Tia. Nina, Adik Heru keluar. "Wa alaikumussalaam... Masuk Tia." Mama Heru langsung menyambutku. "Waaahhh Tia hebat loh Nina, Dia dapat beasiswa, Herua aja tahun kemarin gak dapat, yang dapat Tara, ya Heru?! Tanya Mama Heru. Heru hanya mengangguk dan tersenyum pada Tia. "Memang benar, Ma? Tia dapat beasiswa?" Tanya Tia. "Loh emang Ibu Kamu gak bilang? Tanya Mama Heru. Tia menggeleng. "Mungkin Ibu gak mau Aku jadi sombong." Batin Tia. "Nanti hari senin dengar saja pengumumannya di sekolah." Kata Heru. Tia mengangguk dan akhirnya Tia bermain congklak dengan Nina. _______ Hari Senin yang ditunggu akhirnya tiba. Jam 7.00, seluruh Siswa sudah berbaris di lapangan untuk melaksanakan upacara pengibaran bendera. Kepala Sekolah memberikan sambutan juga pegumuman tentang Siswa yang berprestasi selama penataran seminggu lalu. Kepala Sekolah mengumumkan juara 3 diperoleh Budi. Juara ke 2 diperoleh Santi. Dan Juara Pertama diperoleh Tia yang mendapat beasiswa berupa gratis SPP 2 bulan dan juga seragam sekolah. "Alhamdulillaah..." Tia mengusap wajahnya dengan telapak tangannya. "Setidaknya untuk dua bulan ini, Aku meringankan beban Ibuku." Batin Tia. Hari pun berlalu, berganti bulan. Tak terasa sudah masuk ujian semester ganjil dan penerimaan raport. Juga ada acara pengumuman Siswa yang mendapat beasiswa secara global (Kelas 1 dan 2, karena memang baru ada 2 angkatan). Tia sedikit kecewa, karena mendapat peringkat ketiga. Dan mendapat beasiswa 2 bulan SPP. Yang mendapat beasiswa 6 bulan SPP adalah Tara, dan Santi mendapat 4 bulan SPP. Di kelas Tia mendapat rangking 2. rangking 1, Santi. _______ Awal Masuk Semester Genap Sudah 2 metromini lewat penuh semua. Tia gak berani kalau harus bergelantung di pintu. Matahari mulai menampakkan cahaya nya. Tia terlihat gelisah, kalau kayak gini, Dia sudah pasti terlambat. Heru sudah naik Bus duluan. Tia, Tara, Anita dan Halimah masih menunggu. "Tara, biasa nya dapat hukuman apa kalau terlambat begini?" Tanya Tia. "Paling disuruh nyapu halaman dan mengepel kantor." Anita yang menjawab. Anita teman sekelas Tara. Halimah memandang Tia. Dia juga terlihat khawatir dari tadi. Akhirnya Metromini ketiga lewat, tak terlalu penuh walau harus berdiri. Setelah mendapat sanksi dari sekolah karena terlambat, jam kedua Mereka baru boleh masuk ke kelas. Tia dan Halimah mengucap salam. "Assalamu alaikum..." "Wa alaikumussalaam.." Sahut Guru dan teman-teman Tia. Tia dan Halimah memberikan surat ijin dari Guru piket kepada Guru yang mengajar. Halimah langsung duduk di kursi nya, demikian juga dengan Tia. Baru saja Tia akan duduk, terdengar celetukan pedas dari depan kursinya. Siswa berprestasi kok telat! Tidak memberi contoh yang baik! Maluuu deeehh!!" Tia hanya diam tak menanggapi. Karena Bu Ningsih sudah mulai mencatat di papan tulis. ______ Tiga Bulan Kemudian Beberapa Siswa di kelas di panggil pihak TU karena menunggak SPP termasuk Tia. Satu per satu ditanya alasannya kenapa belum bayar SPP. Akhirnya tinggal Tia yang tertinggal di ruangan TU karena memang dipanggil menurut abjad absensi. Pak Bima, TU Sekolah bertanya pada Tia: "Memang Ayah Kamu belum memberikan uang SPP? Atau Kamu pakai?" Tia menunduk sedih manakala diingatkan tentang Ayahnya. "Maaf Pak... Tia udah gak punya Ayah.." Tia menarik cairan dihidungnya. Pak Sardi, Kepala Sekolah yang mengajar Matematika masuk ke ruang TU. Dia melihat Tia. "Tia... Kenapa sudah dua bulan belum bayar SPP? Kamu pakai uangnya?" Tia mendongak menatap Pak Sardi. Tia menggeleng. "Ibu Tia memang belum kasih uang SPP, Pak." Tia mengusap airmatanya. "Memang Ayah Tia kemana?" Tanya Pak Sardi lembut tak tega melihat airmata Tia. Tia adalah murid kesayangannya, Tia sangat pintar Matematika, Pak Sardi senang karena Tia cepat tanggap. "Ayah Tia udah meninggal, Pak." Tia menunduk dan mulai terisak. Pak Sardi menyodorkan tisu pada Tia. "Terima kasih Pak." Tia menyeka airmata dan hidungnya. "Terus untuk biaya hidup Kamu, Ibumu kerja apa?" Tanya Pak Sardi. Pak Sardi meminta Pak Bima membuka file Siswa. Pak Bima menyerahkan file tentang Tia. Pak Sardi membacanya. "Ibu Tia menjahit di rumah Pak." Kata Tia masih menunduk. "Ibu Kamu bisa gak menjahit seragam untuk Guru-guru di sini?" Tanya Pak Sardi. Tia mendongak. "Bisa Pak." "Baiklah kalau begitu, ini surat panggilan untuk Ibu Kamu, besok harus datang ya, menghadap Saya. Sekarang Kamu kembali ke kelas, yang rajin belajarnya supaya bisa dapat Beasiswa full dari sekolah." Pak Sardi tersenyum menasehati Tia. Esok harinya Ibu Nia menghadap Pak Sardi. Pak Sardi menawarkan kerjasama untuk menjahit seragam Guru-guru di Sekolah. Ibu menyanggupinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN