Kenaikan kelas pun tiba. Tia berhasil mendapatkan beasiswa. Untuk 6 bulan ke depan, Tia gak perlu membayar SPP. Dan itu terus Tia dapatkan hingga di kelas 3. SMP.
Bang Tiar pun sudah lulus SMA, cita-cita nya untuk meneruskan apa yang direncanakan almarhum Ayah, kandas. Dua kali Bang Tiar ikut tes AKABRI tapi gagal di pantohir.
Untuk meneruskan kuliah, Bang Tiar juga sudah mencoba mengikuti UMPTN memilih Universitas Indonesia, tapi gagal juga. Akhirnya Bang Tiar bekerja serabutan hingga mendapatkan pekerjaan yang layak.
Kebetulan Bos Kak Mia mempunyai rekan yang sedang mencari karyawan untuk kafe nya sebagai waiter dan bisa berbahasa inggris.
Kak Mia merekomendasikan Bang Tiar di kafe itu karena kemampuannya berbahasa inggris lumayan bagus. Dan Bang Tiar akhirnya bekerja di kafe tersebut.
Memasuki semester 5 di SMP ternyata ada beberapa siswa baru, pindahan dari sekolah lain karena sekolahnya mengalami kebangkrutan.
Ada lima Siswa baru di kelas Tia. Yasin, Agus, Indri, Lusi dan Linda.
Lusi duduk di sebelah Tia, sedangkan Linda duduk di sebelah Rina yang kursi nya berada di sebelah Meja Tia. Sedangkan Yasin duduk bersama Budi yang mejanya berada di belakang kursi Rina.
Agus dan Indri pun menempati kursi nya masing-masing.
Hari-hari Tia di sekolah berjalan normal hingga terdengar desas desus kalau ternyata Yasin menyukai Tia dan berita ini sampai ke telinga para Guru dan Kepala Sekolah.
Tia berjalan ke ruang Guru, karena Guru Matematika, Pak Sardi menyuruh Tia mengambil LKS di ruang Guru. Yasin pun mendampingi Tia karena Pak Sardi yang usil menyuruh Yasin juga.
Riuh suara di kelas, saat Tia dan Yasin hendak keluar dari kelas.
"Ciee... cieee.. cieee..!" Seru teman-teman kelas Tia.
"Apaan sih?!" Tia sewot tapi wajahnya bersemu.
Dan seorang teman sekelas Tia nyeletuk: "Yasin! Gandeng dong tangan Tia..!!"
"Hahahahaha...!!" Tertawa teman sekelas Tia.
Pak Sardi hanya senyum-senyum saja.
Tapi tidak dengan Rina, sekilas Tia melihat wajah Rina memerah memendam amarah dan kebencian pada Tia. Sejak masuk sekolah dari kelas satu, Rina membenci Tia. Kata teman-teman Rina, Dia membenci Tia karena Tia selalu mengambil posisi nya. Padahal ada Santi juga yang selalu bersaing dengan Tia tapi Santi tidak membenci Sena.
Tia cepat-cepat berlalu.
Di lorong sekolah menuju ruang Guru, Yasin memegang tangan Tia dan menariknya. Tia tersentak kaget dan menepisnya. Tapi ada desiran aneh yang menyelubungi relung hati Tia saat melihat wajah Yasin.
Yasin mendekati Tia. "Mau apa, Kamu?" Tanya Tia gugup.
Yasin malah terus mendekat. Dia terus menatap Tia dengan lekat. Yasin tersenyum pada Tia.
"Hey... Kenapa Kamu selalu menjauhi Aku? Apa ada yang salah pada diriku?" Tanya Yasin.
"Sejujurnya Aku sudah menyukai Kamu sejak pertama kali Aku melihat Kamu di dalam metromini. Maka nya saat sekolahku bangkrut, Aku memutuskan pindah ke sekolah ini. Ternyata Kita satu kelas." Jelas Yasin.
"Lalu? Kamu mau apa?!" Tanya Tia memberanikan diri menatap Yasin mencari kebenaran akan kata-kata Yasin.
"Aku mau Kamu jadi kekasihku." Kata Yasin.
Tia terkejut dengan penuturan Yasin. "Apa?! Gak... gak.." Tia mundur sambil menggelengkan kepala. Tia berbalik dan bergegas ke ruang Guru.
Di Ruang Guru
Assalamu alaikum.." Salam Tia.
"Wa alaikumussalam." Jawab Bu Ningsih, Guru Bahasa Inggris yang kebetulan ada di ruangan itu. "Ada apa, Tia? Kok muka Kamu pucat?" Selidik Bu Ningsih.
"Hah?! Oh... gak kok Bu. Tia disuruh Pak Sardi mengambil LKS matematika." Kata Tia mencoba menghilangkan rasa gugupnya.
Bu Ningsih tersenyum karena melihat Yasin yang baru tiba di ruang Guru. "Hhmmm... Pantes aja..."
"Apa Bu?" Tia bingung dan langsung menoleh ke belakang tubuhnya.
"Buku nya di Meja Pak Sardi, Sena." Tunjuk Bu Ningsih. "Yasin, Kamu ngapain kesini? Gak bisa jauh ya dari Sena?" Goda Bu Ningsih.
"Saya disuruh Pak Sardi juga Bu, bantu Sena." Yasin menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ya sudah sana bantuin Tia, Kamu ini gimana sih, pujaan hati disuruh angkat berat-berat." Goda Bu Ningsih.
"Iihh.. Ibu apaan sih? Tia bukan pujaan hati Yasin. Masih kecil Bu, Tia mau sekolah dulu." Tia mengerucutkan bibirnya sambil berlalu membawa sebagian LKS dari meja Pak Sardi.
"Tuh Yasin, Kamu dengar?" Goda Bu Ningsih lagi.
Yasin tersenyum. Dia kembali ke kelas setelah mengucap salam pada Bu Ningsih.
Yasin menyusul Tia. "Tia, kok gitu sih? Aku serius, nanti istirahat temui Aku di warung Mpok Lila, ya?"
Tia hanya diam dan mempercepat langkahnya.
_______
Bel istirahat berbunyi sekali. Para Siswa berhamburan keluar kelas.
Tia baru akan beranjak dari kursi nya, tiba-tiba ada yang menjambak rambutnya dari belakang.
"Aaauuwww!!" Tia teriak karena sakit. Tia memegang pangkal rambutnya dan memundurkan tubuhnya Tia melirik siapa yang tega menjambaknya. Ternyata Rina yang tega berbuat itu.
"Rina! Kenapa Kamu menjambak rambutku! Sakit tahu!" Teriak Tia.
"Hey..!! Kurang puas apa Lo, udah nyari perhatian Kak Heru, Guru-guru dan sekarang Yasin?!" Hardiknya.
"Apa?! Apa maksud Kamu, Rina. Siapa yang cari perhatian? Kak Heru itu tetangga dekat rumah Aku. Dia udah Aku anggap seperti Abangku sendiri! Aku gak pernah memikirkan untuk pacaran, Rina! Lepasin..!!" Tia menginjak telapak kaki Rina agar Rina melepas jambakannya, dan berhasil.
"Buktinya, Kak Heru sudah lulus tapi masih suka jemput Lo, kan?!" Rina belum puas.
"Iisshh... Kak Heru itu bukan jemput Aku, tapi Dia jemput Cindy. Arah rumah Kita kan sama. Lagian Kamu ngapain sih segitu benci nya sama Aku? Kalau masalah Guru-guru perhatian sama Aku, Aku juga gak ngerti. Kamu tanya saja sama Beliau-beliau, kenapa Tia yang disalahin?!" Ketus Tia.
"Huuhh..!" Rina hendak menjambak rambut Tia lagi, tapi Tia buru-buru menghindar.
"Kamu suka sama Yasin, Rina?! Kamu gak perlu khawatir, perasaannya padaku, Aku gak bisa melarang, tapi Aku gak ada perasaan apa-apa sama Dia. Dia yang mendekati Aku. Tapi sebisa mungkin Aku akan menjauhi Yasin, kalau itu membuat Kamu senang dan tidak memusuhi Aku lagi." Jelas Tia.
"Ok, Gw pegang kata-kata Lo, ya!" Ancam Rina, Dia pun berlalu dari hadapan Tia.
"Huh.. Cantik-cantik jahat..!" Gumam Tia. Akhirnya Tia mengurungkan niatnya menemui Yasin di warung Mpok Lila. Tia hanya ke warung Emak Yam sekedar membeli aif mineral.
Bel istirahat pun berbunyi 2x.
Para Siswa cepat-cepat masuk kembali ke kelas masing-masing. Tia sudah duduk di kursinya. Tia melihat Yasin masuk bersama Rina yang bergelayut di tangan Yasin. Yasin melihat ke arah Tia, matanya memberi kode kenapa tidak menepati janji.
Tia membuang pandangannya karena Rina yang mendelik pada nya.
Hari ini hari jumat, pelajaran lebih cepat selesai, Siswa laki-laki diwajibkan shalat Jumat di Masjid sebelah Sekolah. Siswa yang perempuan diperbolehkan pulang, tapi tidak dengan Tia, Tia masih tetap di kelas karena setiap hari jumat ada extra kurikuler pramuka yang wajib diikuti seluruh Siswa.
Karena pramuka di mulai pada jam 14.00, jadi Tia tidak mungkin pulang ke rumah, ternyata Halimah juga tidak pulang. Dia tidak punya ongkos untuk bolak balik ke sekolah. Demikian juga dengan Tia.
Tia membuka kotak nasi yang sudah Tia bawa dari rumah tadi pagi.
"Halimah." Panggil Tia.
"Iya.." Jawab Halimah.
"Ayo makan bareng, Aku bawa bekal dari rumah." Ajak Tia.
Halimah menghampiri Tia sambil membawa tas nya, Dia mengeluarkan sesuatu dari tas nya.
"Aku juga bawa bekal, Tia." Kata Halimah.
Mereka pun tersenyum dan makan bersama. Mereka bertukar lauk, biar lebih bervariasi.
"Hhmm..." Suara deheman seseorang.
Halimah memanggilnya. "Yasin! Sini makan bareng." Ajak Halimah.
Tia hanya tersenyum. Yasin menghampiri Mereka.
"Memang sudah selesai ya shalat Jumat?" Tanya Tia.
"Sudah tapi Aku buru-buru kesini karena tadi Aku lihat Kamu gak pulang." Jawab Yasin.
Tia dan Halimah mengangguk. Mereka membagi bekal Mereka pada Yasin. Yasin sempat menolak tapi akhirnya Dia mau juga menerima. Mereka pun makan bersama-sama.
"Kok Kalian gak pulang dulu sih?" Tanya Yasin. "Apa setiap jumat Kalian selalu menunggu di kelas sampe jam pramuka?" Tanya Yasin.
Tia dan Halimah mengangguk. . "Aku gak punya ongkos kalau harus bolak balik." Kata Halimah yang rumahnya searah dengan Tia. Sedangkan Yasin terus menatap Tia.
"Kenapa sih ngeliatin nya begitu amat?" Tanya Tia salah tingkah.
Halimah hendak beranjak dari sana. Tia menarik tangan Halimah. "Halimah, Kamu mau kemana?"
"Aku shalat Dzuhur dulu." Kata Halimah.
Tia tak bisa mencegah Halimah. Yasin duduk menghadap Tia, memutar kursi yang ada di depan meja Tia.
"Kamu gak shalat?" Tanya Yasin.
"Aku lagi halangan." Kata Tia sambil menunduk.
"Yasin mengangkat dagu Tia. Tia menepisnya. Yasin memegang tangan Tia. Tia hanya diam.
Yasin terus memandang Tia. "Kenapa Kamu tak menemuiku tadi di warung Mpok Lila?" Tanya Yasin.
"Gak apa kok, tadi lagi malas aja keluar kelas." Kata Tia.
"Apa karena Rina?" Tanya Yasin.
Tia terkejut. "Bagaimana Dia bisa tahu?" Batin Tia.
"Ditanya malah bengong!" Kata Yasin membuyarkan lamunan Tia.
"Gak kok, emang lagi malas aja." Tia mengerucutkan bibirnya.
"Sudahlah gak usah dibahas." Kata Yasin kesal. "Tia..."
"Hhmmm..." Sahut Tia.
"Kok Kamu betah sih seharian di sekolah, belum mandi, ehm bau asem." Canda Yasin sambil mengendus mendekat pada Tia.
Sontak Tia mendorong kepala Yasin dengan telapak tangannya. "Biarin aja! Gak ada yang nyuruh Kamu dekat-dekat Aku kok." Sahut Tia sewot.
"Hahahaha..." Yasin terbahak. "Ke rumahku aja yuk. Rumahku gak jauh dari sini, ada Mama dan Adik ku di rumah." Ajak Yasin.
Tia menggeleng menolak halus ajakan Yasin. "Kamu kalau mau pulang, pulang aja, Aku di sini aja, ada Halimah juga."
"Ajak aja Halimah, siapa tahu Kamu dan Halimah mau bebersih dulu sebelum pramuka." Yasin tak menyerah.
"Benar juga sih, Aku mau ganti pembalut, badanku juga terasa lengket." Batin Tia. "Tapi Aku gak bawa handuk." Kata Tia lagi.
"Nanti bisa pakai handukku." Kata Yasin.
"Baiklah." Akhirnya Tia mau diajak ke rumah Yasin bersama Halimah.