Part 1 (d)

1317 Kata
            Syahquita dan Albert saling bertukar pandangan satu sama lain, mereka mendekatkan kepala ke kue yang berada di hadapan mereka.             “Ollie, kau tidak mau menium lilinnya?” tanya Albert pelan.             Oliver melepaskan tangannya dari perut Syahquita dan memperhatikan kue besar di depannya. Mata anak itu terbuka lebar saat melihat bentuk kue yang Syahquita pesankan untuknya. Oliver menatap ke arah kue itu dan Syahquita secara bergantian.             “Iya, sayang. Kue ini untukmu.” ucap Syahquita seakan mengerti arti tatapan anaknya.             Seketika Oliver langsung mencium lembut wajah kiri Syahquita dan membuat ibunya terkejut. Albert melirik perilaku spesial dari Oliver untuk istrinya.             “Hanya Mommy?” tanya Albert tak mau kalah dengan istrinya.             Oliver mengarahkan pandangannya ke arah Albert, ia melakukan hal yang sama pada Albert dengan mencium wajah kanan dari Daddy.             “I love Daddy.” bisik Oliver yang mendapat senyuman gembira dari Albert.             “I love you too, my son.” balas Albert mencium wajah anaknya.             “Bagaimana jika kita tiup sekarang?” tanya Syahquita tak sabar.             Oliver dan Albert mengangguk setuju secara bersamaan dengan usulan Syahquita, mereka bertiga bersiap untuk meniup lilin yang mengelilingi kue.             1, 2, 3 Hhhhhhuuuuhhhhhh…             Ketiganya meniup di waktu yang bersamaan dan sayangnya lilin yang mereka tiup tidak langsung padam sebab sang pendekor memberikan lilin ajaib pada kue itu. Mereka bertiga terus mengeluarkan hembusan angin dari mulut hingga semua lilin benar-benar padam.             Semua tamu bertepuk tangan setelah lilin-lilin itu padam bahkan Oliver juga ikut bertepuk tangan. Bocah itu terlihat riang dan gembira saat berhasil mematikan lilin-lilin di atas kue ulang tahunnya. Tingkah menggemaskan Oliver mengundang tawa dari para tamu yang menyaksikan khususnya keluarga besar Syahquita dan Albert serta kerabat mereka.             “Happy birthday, sayang. Mommy mendo’akan yang terbaik untukmu, Nak.” ucap Syahquita menatap dalam manik mata Oliver.             Oliver memeluk Syahquita begitu erat setelah mendengar kata-kata dari ibunya, Syahquita membalas pelukan anaknya. Ia sangat bahagia melihat anaknya juga bahagia katakanlah memang Oliver sudah menjadi hidup dan dunia Syahquita, ketika anaknya bersedih maka ia akan ikut bersedih, ketika Oliver senang maka ia jauh lebih senang daripada anaknya.             “I love you, Mommy.” bisik Oliver dalam pelukannya.             “I love you too, Ollie.” balas Syahquita mencium pucuk kepala anaknya.             Yashita dan Devian yang menyaksikan moment haru Syahuqita dan Oliver membuat hati mereka bergemuruh, tidak salah jika mereka memberikan Oliver pada wanita itu. Yashita yakin bahwa Syahquita bisa menjadi penolong anaknya sekaligus ibu yang terbaik untuk Oliver. Iri, ya tentu saja. Tapi Yashita tidak mungkin meminta kembali Oliver karena ia sudah memberikan anak itu pada Syahquita dan Albert, keputusannya memberikan Oliver memang yang terbaik dan menyakitkan baginya.             Devian melirik Yashita yang begitu haru memperhatikan anaknya dan Syahquita, ia merangkul bahu istrinya, “Ini semua keputusanmu, sayang. Kita harus merelakannya dan melihatnya bahagia bersama Syahquita dan Albert.”             Yashita menatap wajah suaminya, ia mengangguk setuju dengan perkataan Devian, “Ya, kau benar. Dengan melihatnya bahagia, aku akan ikut bahagia. Aku tidak salah memberikan anak itu pada Syahquita. Ia memberikan begitu banyak kebahagian dan kasih sayang untuk Oliver.”             Devian tersenyum kecil melihat keikhlasan dari istrinya, “Lebih baik kita pergi dan biarkan mereka berbahagia selamanya.”             Devian menuntun istrinya membalikan tubuh mereka, ia menggandeng tangan Yashita dan bersiap untuk melangkah akan tetapi suara melengking dari Syahquita menghentikan niatan mereka berdua. Devian dan Yashita membalikan tubuh mereka, memperhatikan Syahquita, Oliver dan Albert yang berjalan menghampiri mereka.             “Kalian  mau ke mana?” tanya Albert saat berada di depan keduanya.             “Kami mau pulang.” jawab Devian.             Syahquita begitu terkejut saat mendengar jawaban dari Devian, “Mengapa cepat sekali? Apa kalian tidak menikmati pesta ini?”             Yashita menggeleng pelan dengan senyuman cantiknya, “Kami menikmatinya, Syah.”             “Lalu mengapa kalian ingin pulang?” tanya Syahquita.             “Hmm Yashita tidak enak badan.” jawab Devian berbohong.             Syahquita memperhatikan wajah Yashita sangat dalam, ia tahu bahwa Devian berbohong tetapi ia berpura-pura tidak tahu.             “Ollie, apa yang Mommy katakan jika kau sakit?” Syahquita menatap wajah anaknya yang berada di dalam gendongannya.             Oliver memperhatikan wajah ibunya dan mengingat apa yang selalu Syahquita katakan saat ia sakit, “Cepat sembuh, sayang.”             “Dan apa yang Mommy lakukan?” tanya Syahquita lagi.             “Mommy mencium Ollie.” jawab Oliver lugu.             Syahquita tersenyum mendengar jawaban anaknya, “Saat ini bibi Yashita sedang sakit, Mommy tidak bisa melakukan itu pada bibi Yashita. Apa kau mau melakukannya untuk Mommy?”             Oliver menatap manik mata Syahquita, ia bisa melihat bahwa ibunya menginginkan dirinya melakukan apa yang Syahquita katakan. Oliver mengangguk setuju.             Syahquita mendekatkan tubuhnya ke depan Yashita, Oliver menatap wajah ibunya sekali lagi dan Syahquita mengangguk mantap memberi tanda untuk Oliver agar ia melakukan apa yang Syahquita katakan.             Oliver mencium kening Yashita, “Cepat sembuh, Bibi.”             Yashita sangat senang mendapat perlakuan dari Oliver, ia begitu haru karena Syahquita selalu berusaha mendekatkan Oliver dengan dirinya meski ia meminta Syahquita untuk tidak memaksa Oliver berdekatan dengannya.             “Terima kasih, Ollie. Terima kasih, Syah.” ujar Yashita.             Syahquita mengangguk pelan dengan senyumannya, “It’s oke. Berkunjunglah sesering mungkin.”             “Pasti. Baiklah, kami permisi.” pamit Yashita.             “Terima kasih sudah mau datang. Berhati-hatilah.” kata Albert.             Devian dan Yashita membalikkan tubuh mereka, membelakangi ketiga orang itu. Syahquita mengangkat tangan kanan Oliver ke udara, menggerakannya ke kanan dan ke kiri.             “Bye, bibi Yashita dan paman Devian.” teriak Syahquita mewakili Oliver.             Yashita menoleh ke belakangnya dan melambaikan tangan ke arah mereka bertiga, Devian merengkuh pinggang istrinya dan berjalan terus hingga menghilang dari pandangan ketiganya.             Syahquita, Oliver dan Albert kembali menikmati pesta yang baru saja di mulai ini bersama dengan keluarga besar keduanya dan para tamu yang datang hingga acara itu berakhir nanti.                                                                                         ***             Syahquita mendaratkan bokongnya ke atas sofa tepat di samping suaminya yang sudah lebih dulu duduk di sana. Ia menyandarkan kepalanya di lengan kiri atas suaminya.             “Apa kau lelah?” tanya Albert tersenyum mengejek.             Syahquita mendengus sebal, “Tentu saja aku lelah.”             Albert mengangkat tangannya yang menjadi sandaran Syahquita, ia merangkul istrinya agar lebih dekat dengannya.             “Al, apa kau yakin tadi Yashita sakit?” tanya Syahquita mendengakkan kepalanya.             Albert menundukkan pandangannya menatap manik mata honey grey milik istrinya, “Tentu tidak. Vampire tidak bisa sakit, sayang.”             “Tapi katamu Yashita itu setengah manusia-setengah Vampire.” sahut Syahquita.             Albert mengangguk kecil, “Iya, itulah Yashita. Tidak mungkin ia merasa sakit secepat itu sekalipun ada sisi manusia di dalam dirinya.”             “Jadi Yashita tidak benar-benar sakit?” tanya Syahquita.             “Mungkin saja tidak.” jawab Albert.             Syahquita menurunkan kepalanya menatapi sofa lain yang berada di hadapannya, ia sangat yakin bahwa Yashita tidak sakit tetapi ia masih bingung mengapa Yashita dan Devian pergi secepat itu padahal saat mereka pergi acara baru saja di mulai.             “Hii, Al, Syah.” terdengar suara Robert saat pria itu melewati ruang tengah.             Syahquita dan Albert mengarahkan pandangan mereka ke sumber suara, “Hii, Roo.”             Albert membelai lembut hitam istrinya, “Apa Ollie sudah tidur?”             “Iya, tidak butuh waktu lama untuk menidurkannya.” jawab Syahquita senang.             Tidak terdengar lagi suara dari Syahquita ataupun Albert, mereka berdua menikmati kebersamaan yang sedang terjadi. Hingga suara sesuatu mengejutkan keduanya.             PPPRRAAAANNNNKKKKK... Terdengar suara gelas pecah dari arah dapur, Syahquita dan Albert saling bertukar pandangan satu sama lain. Mereka beranjak dari duduknya dan berjalan keluar meninggalkan ruang tengah untuk mencari tahu suara bising yang mereka dengar tadi.             Mata Syahquita terbelalak, ia terkejut bukan main saat melihat sosok pria yang tadi menyapanya dan Albert terjatuh begitu saja di lantai.             “Robert..” teriak Syahquita lalu berlari ke arah Robert yang diikuti oleh Albert.             Albert membenarkan posisi tubuh Robert yang jatuh sedikit miring ke kiri, “Robert, bangunlah.”             Syahquita mengguncangkan tubuh Robert pelan, “Roo, bangunlah.”             “Al, ada apa dengannya?” tanya Syahquita panik.             Albert menatap mata istrinya dan mengeleng kecil,  “Aku tidak tahu,  sayang.”             “Joven, Keenan,  Dawin.” teriak Albert mendengangkan pandangannya ke segala arah mencari keberadaan saudaranya yang lain penuh kecemasan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN