9, Anymore

1220 Kata
"Ada banyak hal di dunia ini, yang harus lebih diutamakan daripada cinta. Saling menghargai, misalnya." _ Jamal _ Jamal tidak mengerti, kenapa istrinya sangat mengekangnya. Dia mengerti kalau setelah menikah, akan ada batasan-batasan yang membuatnya tidak lagi sama seperti saat dia masih bujangan atau layang. Namun, dia tidak menyangka, kalau batasan itu akan begitu mencekiknya. Dia sebenarnya, mengerti, kalau Ria, hanya berusaha membuat Jamal menjadi orang yang lebih baik. Namun, perubahan yang tiba-tiba, sejujurnya, membuatnya seperti tercekik. Dia tidak dapat membohongi perasaannya, kalau Ria benar-benar membuatnya tertekan, lebih dari tekanan di tempat kerja dan membuatnya stress. Biasanya, dia akan merokok di saat seperti ini, tetapi sekarang tidak bisa lagi. Bertemu teman dan bercerita segala gundah, gelisah dan uneg-uneg pun tidak bebas, Ria pasti akan marah bila dia meninggalkan rumah untuk bertemu teman lebih dari 3-4 jam. Padahal dulu, dia bisa menghabiskan waktunya 24 jam dengan teman tanpa perlu merasa gelisah atau was-was akan ada yang marah. Sejujurnya, ini sangat menyebalkan untuk Jamal. Jika boleh menilai, istrinya sedikit keterlaluan. Memang, Ria adalah seorang janda, yang memiliki sejarah kelam dengan mantan suaminya dulu. Lelaki itu mengkhianatinya, tidak setia dan bermain wanita di belakangnya. Akan tetapi, Jamal bukanlah mantan suami Ria. Dia berbeda. "Aku hanya mengantisipasi, Mas. Bukan mengekang." Alasan klise yang egois. Jamal ingin sekali membedah otak istrinya, ingin tahu, apa yang sebenarnya ada di sana sehingga dia selalu dicurigai, diawasi dan tidak perbolehkan ini-itu. Dia mungkin akan segera muak dengan pernikahan mereka bila Ria terus-menerus seperti itu. Ria membatasi ruang geraknya, kesukaannya dan lain sebagainya. Jamal menganggap, Ria sudah cukup keterlaluan. Dia tidak mau mencari masalah dengan istrinya, tetapi sikap Ria yang seperti ini, akan membuatnya fristrasi dan depresi. Jika sudah begitu, mereka berdua akan sama-sama merugi. Jamal tidak mau hal itu sampai terjadi. Never. Jamal sebenarnya, sudah mencoba untuk berbicara dari hati ke hati dengan Ria, tetapi perempuan itu selalu membuat alasan. Jamal menjadi keki dan malas untuk membahas hal itu lagi, percuma. Ria hanya akan mempertahankan argumentasinya lagi dan lagi, tidak mau mendengarkan perkataan atau penjelasannya sama sekali. Jadi, Jamal, memilih untuk bersama saat ini. Dia yakin, suatu saat, Ria mungkin akan mengerti dan membiarkannya untuk terbebas dari kekangan yang membuatnya seperti mati kutu ini. Jamal tidak membenci Ria, istrinya itu sangat perhatian, rajin dan sangat mencintainya, tetapi sifat posesifnya, benar-benar membuat Jamal seperti terpenjara dalam goa, tidak bisa ke mana-mana. Benar-benar menyesakkan dan membuatnya terkadang berpikir, akan lebih baik untuknya menjadi bujangan saja. Namun, dia tidak ingin pikiran itu berlanjut, sebab, dia berprinsip, akan menikah sekali seumur hidup. Dia hanya bisa berharap dna berdoa semoga Ria akan mendapatkan pencerahan sehingga sikapnya bisa berubah secara perlahan tapi pasti. Jamal benar-benar sangat menantikan perubahan positif dari istrinya. Sungguh. Saat pertama kali melihat foto Ria dari teman pabriknya, mak comblang mereka, dia berpikir, Ria adalah sosok yang kalem, lemah lembut dan tenang dalam pembawaannya. Tidak mudah bagi perempuan Madura berprinsip untuk memakai cadar, menurutnya, sehingga Ria sangat luar biasa karena berani mengambil langkah untuk menjadi perempuan bercadar. Selain harus menghadapi pandangan dan perkataan orang-orang, ada banyak perubahan dalam hidupnya, seperti cara berpakaian, cara makan, dan lain-lain. Itu tidak akan mudah, terutama untuk orang yang dulunya, sama sekali tidak bercadar. Itu sebabnya, Jamal percaya kalau Ria adalah sosok yang tepat untuknya. Meski anggapan itu kemudian berubah setelah mereka menikah. Saat dalam masa PDKT, Jamal tahu, kalau Ria adalah tipe yang tidak bisa menahan diri, tipe blak-blakan bila tidak menyukai sesuatu atau seseorang. Pernah, dia menyinggung soal mantan suami Ria, yang membuat Ria kemudian mengumpat, entah sengaja atau tidak, Jamal pun menegurnya, mengatakan padanya kalau bukan hal yang bagus untuk mantan istri mengumpat mantan suaminya. Bukannya legowo dengan itu, Ria malah emosi dan marah. Perempuan itu memblokir nomernya selama beberapa hari, meski kemudian membukanya lagi. Itu mengejutkan untuk Jamal. Namun, saat mereka bertemu dan Ria bercerita perihal betapa kejamnya sikap mantan suaminya, sehingga dia menjadi muak dan benci, Jamal berusaha memahami. Dia tahu, tidak mudah untuk tidak menjadi sakit hati saat dikhianati. Dia ingin Ria menjadi lebih berbesar hati, tetapi, semua dimulai dari diri sendiri kan? Jadi, Jamal mencoba untuk memaafkan Ria dan tidak mempermasalahkan soal kebenciaan perempuna itu pada mantan suaminya, Hal itu membuahkan hasil. Ria menjadi tidak seemosional dulu saat disinggung soal mantan suaminya, dia menjawab dengan tutur halus tanpa kebenciaan, seolah dia sudah melupakan lelaki itu, tetapi tidak dengan sikap dan segala kenangan menyakitkan mereka, membuat Jamal menjadi tidak bisa meninggalkan Ria sedetik saja. Bukan karena dia sudah menjadi bucin, tetapi Ria benar-benar menjadi mata-mata saat dia tidak di rumah atau pergi keluar sendirian bukan untuk urusan pekerjaan. Jamal benar-benar tidak mengerti harus bagaimana lagi. Dia hampir menyerah, meskipun harapan itu kemudian muncul tiba-tiba dan membuatnya ingin percaya kalau istrinya bisa berubah, terutama sikap dan sifatnya yang mudah curiga, rajin over thingking dan membuatnya selalu terlibat masalah. Ria benar-benar membuat Jamal nyaris gila. Perempuan itu menakutkan, meskipun wajahnya cantik sekali. Jamal benar-benar tidak bisa mengabaikan wajah cantik dan imut itu. Sebesar apapun masalah yang dibuat Ria, dia tetap ingin melindungi perempuan itu dan mencintainya sampai akhir. Jamal tidak ingin berganti istri, hanya ingin istrinya sadar dan mengubah sikapnya. Yups, hanya itu yang dia minta. Tidak ada yang lain. Really. Jamal tidak pernah memerlakukan Ria dengan keras, dia selalu mencoba untuk bersikap biasa, santai, dan bertanggungjawab. Dengan demikian, mungkin, Ria akan sadar, kalau dia layak untuk diberikan kebebasan dan dibiarkan melakukan apa yang dia suka, apapun itu, sayangnya, harapan itu tinggal harapan. Ria seolah menjadi pengatur dari semunya. Dia tidak banyak memutuskan, semua tergantung istrinya dan membuat Jamal menjadi seperti mati kutu, tidak bisa berbuat apa-apa. Jamal tidak bisa menerima keadaan seperti ini. Namun, dia juga tidak ingin membuat masalah dengan berkelahi dengan Ria lagi. Ini bahkan belum seperempat tahun, tetapi ada banyak hal yang menjadi perdebatan dan membuatnya merasa kalah dan gagal. Namun, dia tidak ingin menyerah soal Ria. Jamal percaya, suatu saat nanti, istrinya, akan berubah dan membiarkannya keluar tanpa perlu membatasi jam atau memberinya tekanan seperti harus mengabarkan, lagi apa dan di mana, seperti itu. Hanya anak muda yang begitu menurut Jamal, sehingga lelaki berusia 32 tahun sepertinya, tidak layak untuk berpura-pura menjadi pasangan muda dan memamerkan kebahagian mereka. Itu tidak perlu. Ria berpikir demikian, meskipun pada kenyataannya, perempuan itu selalu ingin melihat pasangannya, sebagai penyemangat kalau dia harus bekerja keras untuk bisa melakukannya. Jika boleh jujur, Jamal tidak suka Ria bersikap kekanak-kanakan, tidak patuh dan manja, Namun, istrinya itu, sering kali memelukanya, bergelayut manja dan mencium bibirnya, padahal, dia sering bilang, lebih baik mencium pipi atau kening saja, tetapi Ria tidak mengindahkan aturan seperti itu, seolah dia benar-benar bersenang-senang dengan menghancurkan kebiasaan orang lain, tetapi mempertahankan hak-haknya. Itu tidak adil. Never. Jamal tidak akan pernah membiarkan Ria semena-mena terhadapnya. No way! Nothing anymore now. Jadi, dia berharap, Ria akan mengerti dan berhenti. Jamal sangat mengharapkan perubahan itu, setiap hari, dia selalu berdoa tentang itu. Bukannya tidak bisa menerima kekurangan pasangan, Jamal hanya ingin bertoleransi dan membuat perubahan sekaligus. Bagaimanapun, dia akan seumur hidup bersama Ria. Itu sebabnya, meski mereka bukan karena cinta, dia akan tetap melanjutkannya. Dia ingin pernikahan mereka awet, sampai mereka menjadi tua lalu meninggalkan dunia yang fana ini ( mati ). Dia benar-benar ingin Ria berubah dan membiarkannya merenggut kebebasan, tidak apa kalau tidak seperti dulu, tetapi minimal, harus sama atau pelayanannya lebih oke daripada saat ini. Itulah doa dan harapan Jamal saat ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN