13. Siapa dia...?

1509 Kata
Seperti biasanya, Elisa akan menghabiskan waktunya berdiri di balkon rumah itu, gadis itu masih belum terbiasa dengan suasana di rumah milik Andreas, kata kata Andreas tadi siang masih terngiang-ngiang di kepalanya. Elisa tidak habis pikir, kenapa Andreas bisa berubah 360 derajat terhadap dirinya, dan satu yang membuatnya heran, kenapa pria itu tampak begitu marah ketika Elisa menyebut nama Rico, bukankah mereka bertiga besar bersama dan bersahabat sejak kecil, bahkan Andreas selalu melindunginya dan Rico, dulu Andreas tidak akan pernah membiarkan dia ataupun Rico terluka, hanya bedanya, seiring berjalannya waktu, hubungan Andreas dan Elisa berubah menjadi sebuah hubungan sepasang kekasih. Walaupun Elisa tau jika Rico juga memiliki perasaan cinta terhadap dirinya, tapi Rico selalu berusaha mengubur perasaan itu, karena sejatinya laki-laki itu tau jika Elisa begitu mencintai Andreasnya, begitu pula sebaliknya, karena itulah Rico memilih mundur, tapi dia sama seperti Andreas yang selalu melindunginya. Tanpa terasa, air matanya menetes, dimanakah Andreasnya yang dulu begitu peduli dan penuh kasih. Apakah dia selamanya akan menjadi wanita simpanannya Andreas? sungguh, membayangkannya saja membuat d**a Elisa terasa sesak. Hidupnya sekarang milik Andreas, kebebasannya hilang sudah, rasa rindunya kepada ke dua orang tuanya dia kubur dalam-dalam, Elisa yakin papanya masih sangat membencinya, walaupun Andreas sudah merekayasa video itu, tapi papanya bukanlah orang bodoh, papanya tau betul jika video yang di kirim ke ponsel sang papa benar adanya, apakah selamanya rumah mewah ini akan menjadi penjara untuknya? hanya waktu yang bisa menjawab. Hari berganti siang, hingga siang pun berganti malam, Elisa masih betah termenung di dalam kamar nya, makanan yang di antar pelayan ke kamarnya tidak dia sentuh sama sekali, karena merasa bosan, gadis itu nampak keluar dari dalam kamarnya. Elisa berjalan kearah tangga, hingga tiba-tiba saja langkah kakinya terhenti, dari atas lantai dua rumah itu, dia bisa melihat dengan jelas Andreas tengah masuk ke dalam lift rumah itu bersama seorang gadis seksi dengan pakaian super ketat. Andreas nampak memandangnya sebentar, kemudian pria itu segera mengalihkan pandangannya dari Elisa, dan kini pria itu nampak tengah memeluk pinggang wanita sexi itu, tanpa mempedulikan Elisa yang tengah memandangnya, Andreas membawa gadis itu masuk ke dalam lift rumahnya. Tidak selang beberapa lama pintu lift itu terbuka, menampakan Andreas yang tengah mencium gadis itu, sungguh hati Elisa begitu remuk melihat adegan itu di depan matanya, tanpa dia sadari air matanya menetes, puas mencium gadis itu, Andreas berjalan ke arahnya seraya memeluk pinggang gadis itu. "Siapa dia sayang? apa dia adik perempuanmu?" tanya perempuan itu sinis, memandang Elis dengan penuh kebencian. "Adik? tentu saja bukan, dia hanya seorang pelayan di rumah ini." Hati Elisa serasa remuk dengan kata-kata Andreas barusan. "Upsss!!! sorry, apa kamu tidak sayang? gadis secantik ini hanya seorang pelayan," ucap perempuan itu manja seraya memeluk lengan Andreas. "Tentu saja tidak, memang kenyataanya dia seorang pelayan, apa kamu pikir aku harus menjadikannya kekasih? " Elisa hanya diam saja, percuma saja melawan Andreas, hanya rasa sakit yang dia dapat, jika benar Andreas berubah pikiran untuk menjadikannya seorang pelayan di rumah ini, itu lebih baik, daripada dia harus menjadi seorang wanita hina. "Hei! pelayan! minggir kamu. Kamu tuh menghalangi jalan kami," ucap wanita itu, mendorong tubuh Elisa dengan kasar. "Minggir kamu!" ucap Andreas ketus. Elisa hanya bisa mengusap dadanya sabar, ingin rasanya dia berontak, ingin rasanya dia marah, ingin rasanya dia memaki-maki wanita di depannya, tapi kalau di pikir lagi, siapakah dia di mata Andreas, dia hanya WANITA SIMPANAN! ya. Dia hanya seorang simpanan buat Andreas. Rasa lapar serta pikiran yang stress begitu menghantam dirinya, kepalanya terasa pusing, wajahnya nampak memucat, pandangannya mulai kabur, jika ini memang akhir dari hidupnya itu lebih baik, sayup-sayup dia mendengar suara Andreas yang berteriak seraya berlari ke arahnya, setelah itu semua nya terasa gelap, gadis itu sudah tak sadarkan diri. Flash back Andreas yang berniat masuk ke dalam sebuah kamar yang terletak di belakang Elisa berdiri, melewati Elisa yang kini berdiri di tepi pagar pembatas lantai dua, pria itu benar-benar tidak peduli dengan Elisa yang menatapnya dengan linangan air mata, Elisa berpegangan pada pagar pembatas itu, diam-diam Andreas memperhatikan Elisa yang tengah memegangi kepalanya, ada yang tidak beres dengan Elisa. "ELIS!!!!" Andreas berteriak seraya menahan tubuh Elisa yang hampir saja terjatuh dari lantai dua, kalau saja, Andreas tidak bergerak cepat, mungkin Elisa yang pingsan sudah terjatuh dari lantai dua. "Elis! Elis! bangun El, cepat panggil dokter!" Andreas berteriak dengan nada penuh khawatir, sedangkan wanita yang bersama Andreas merasa heran dengan tingkah Andreas yang begitu mengkhawatirkan pelayannya. "Sayang, dia itu hanya pelayan, ķenapa kamu harus peduli sama dia, biarkan saja pelayan yang lainya menolongnya, kamu tidak perlu repot-repot." Para pelayan yang sudah berdiri di sana hanya terdiam, mereka benar-benar takut terhadap kemarahan Andreas. Andreas yang membobong tubuh Elisa menoleh sejenak ke arah wanita itu. "Diam kau jalang!! bukankah tugasmu sudah selesai, aku hanya membayarmu untuk memerankan ini, jadi sebelum aku berbuat kasar padamu, pergilah kamu dari sini." Wanita itu benar-benar tercengang dengan perubahan Andreas yang begitu kasar padanya. "Tapi sayang, kamu sudah membayarku dengan mahal, jadi aku akan melayanimu sampai pagi," ucap wanita tidak tau malu itu, yang membuat semua pelayan yang berada di sana melihatnya jijik, karena sebenarnya mereka tau jika Elisa dan Andreas adalah sepasang suami istri yang shah, karena merekalah semua saksi dari pernikahan itu. "Bram!!! usir jalang ini, jangan sampai aku melihatnya lagi di rumah ini." Andreas berjalan ke arah kamar Elisa, tanpa mempedulikan wanita itu yang berteriak. Tidak selang beberapa lama seorang laki-laki yang di panggil Bram datang bersama beberapa orang bodyguard dan menyeret paksa wanita yang tadi bersama Andreas. Andreas dengan wajah yang penuh khawatir membaringkan Elisa di dalam kamarnya. Flash back end Dokter Anita masuk ke dalam kamar itu untuk memeriksa Elisa, Andreas yang berada di sampingnya menunggunya dengan cemas luar biasa. "Bagaimana keadaanya Dok? apa istriku baik-baik saja." Untuk pertama kalinya, Andreas menyebut Elisa sebagai istrinya di depan orang lain. "Istri anda baik-baik saja tuan Andreas, hanya saja dia belum makan dari pagi tadi, dan tolong jangan buat dia terlalu stress, pengaruh obat yang kemarin anda berikan masih ada, tubuh nya masih sangat lemah dan kadang masih belum mau menerima makanan, jadi tolong jaga dia atau sesuatu yang fatal bisa terjadi kepadanya," terang dokter Anita yang membuat Andreas begitu khawatir. Setelah memberikan beberapa obat, dokter Anita berkata lagi kepada Andreas. "Dan tolong tuan Andreas, untuk suntik bulanan Nona Elisa jangan sampai telat, untuk beberapa bulan ke depan rahimnya belum terlalu kuat untuk kehamilannya akibat pengaruh obat itu." Andreas hanya mengangguk mendengar penjelasan dokter Anita. Kemudian dokter wanita yang menangani Elisa segera meninggalkan ruangan itu, kini hanya tinggal Andreas dan Elisa di dalam ruang itu. Entah kenapa, bayang-bayang Elisa yang hampir jatuh dari lantai dua, begitu memukul hati seorang Andreas, sekuat apapun dia membenci Elisa, nyatanya dia lah yang selalu melindungi Elisa dari apapun, dia berusaha mati matian untuk mengubur rasa cintanya kepada Elisa, tapi hasilnya selalu nol, walau kadang dia harus bersikap kejam dan kasar kepada Elisa, tapi selalu saja dia yang seolah olah tersakiti dan tersiksa dengan tingkahnya, pada kenyataanya Andreaslah yang sangat menderita. Andreas nampak setia menunggu Elisa yang tak sadarkan diri, hingga akhirnya secara perlahan Elisa mulai membuka matanya, kepalanya terasa sakit, bahkan dia merasakan mual luar biasa, di lihat nya Andreas tengah duduk di sofa, memandang ke arahnya dengan sebuah tatapan yang sulit untuk di artikan. "Lain kali kalau tidak mau makan, usahakan jangan sampai pingsan, menyusahkan saja!" Sakit rasanya mendengar kata-kata pedas Andreas. "Kenapa kamu harus susah-susah menolong seorang pelayan, oh ya, berapa banyak kekasih yang kamu punya di belakang Diana?" tanya Elisa sinis, yang membuat Andreas sadar jika Elisa tengah cemburu terhadapnya. "Ngapain kamu repot-repot ingin tau berapa kekasih yang aku punya, aku mau punya berapa kekasihpun itu tidak ada urusannya denganmu, kerana bagiku kamu tak ubahnya seorang pelayan, pelayan di ranjangku, tenang saja El, karena aku sangat menyukai desahanmu itu." Elisa benar -benar jijik mendengar kata-kata Andreas. "Kamu itu memang biadab, An. Setelah apa yang kamu lakukan tadi siang terhadapku, malamnya kamu masih membawa w************n itu untuk tidur bersamamu, apa memang hobimu menghancurkan hidup seorang gadis." "Diam kamu El! makan saja makananmu, karena aku tidak ingin kamu menyusahkanku lagi, dan ya! apa kamu sudah lupa? aku bisa saja mengubah video itu lagi." Elisa hanya terdiam mendengar ancaman Andreas. Dengan langkah sempoyongan, Elisa yang merasa mual berusaha berjalan ke kamar mandi. "Huek! huek! huek!" Andreas berusaha menolong Elisa di dalam kamar mandi, tapi dengan cepatnya Elisa menepis tangan Andreas, gadis itu nampak membersihkan mulutnya di depan washtafel, Elisa merasa heran, kenapa rasa mual itu masih terasa, tanpa persetujuan dan aba aba dari Elisa Andreas langsung mengangkat tubuh Elisa ala bridal style dan membaringkanya di dalam ranjang. "Makanlah dan minum obat itu, jangan menyusahkanku lagi." Andreas meninggalkan kamar Elisa dengan Elisa yang menatap benci ke arah laki laki itu. Andreas berjalan ke arah ruang kerjanya, di sana nampak Bram yang tengah berdiri menunggunya di depan ruangan itu. "Ada apa Bram?" tanya Andreas seraya masuk ke dalam ruangannya, yang di ikuti Bram dari belakang.. "Saya sudah tau, siapa penyebar video nona Elisa." Andreas yang sudah duduk di kursi kebesarannya merasa penasaran dengan kata-kata Bram. "Katakan siapa?!" "Nona Diana, tunangan anda sendiri." "Diana? BERSAMBUNG
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN