Akhirnya pagi yang di tunggu-tunggu Elis tiba juga, gadis itu nampak fokus dengan acara berita di pagi hari, dia berharap Andreas benar-benar menepati janjinya, ternyata benar, Andreas benar-benar menepati janjinya, semua acara berita hari ini mengklarifikasi kan tentang video Elisa Khan kemarin, entah bagaimana caranya Andreas yang sangat jenius mengubah pemeran wanita dalam video itu dengan wajah seorang gadis yang postur dan wajahnya hampir mirip dengan Elis, semua pihak meminta maaf kepada keluarga Khan, atas semua hujatan dan berita miring yang telah tersebar.
Elis tersenyum lega, Elis tau itu adalah cara yang sedikit licik, tapi demi ke dua orang tuanya apapun akan dia tempuh, gadis itu beranjak dari kamarnya menuju ruang kerja Andreas.
Sesampainya di dalam ruang kerja Andreas, Elis tertegun mendapati Andreas yang tertidur di meja kerjanya dengan laptop masih di depannya, kelihatannya pria itu sangat lelah, melihat Andreas yang masih terlelap, Elis tidak ingin membangunkan pria itu, dia membalikan badannya, berniat pergi dari tempat itu sebelum suara serak bariton menghentikan langkahnya.
"Ada apa datang ke sini?" tanya Andreas tanpa basa- basi.
"A-aku ... hanya ingin mengucapkan terima kasih, terima kasih sudah mengembalikan nama baik keluargaku." Andreas tersenyum miring mendengar kata-kata Elisa.
"Tidak segampang itu El., semua tidak gratis," Ucap Andreas sinis.
"Aku tau, tapi aku tidak punya apapun yang bisa ku bayar kan, tapi aku masih punya fisik yang kuat, aku bisa menjadi pelayan di rumah ini." Elis menunduk, itu lebih baik bagi seorang Elisa daripada dia harus melayani Andreas yang entah statusnya sebagai suami atau bukan.
Andreas tampak mengepalkan tangannya penuh dengan emosi mendengar penuturan Elisa.
"Hem ... begitu ya, aku tidak ingin wanita secantik kamu hanya menjadi pelayan, aku Andreas Herlambang menginginkanmu menjadi wanitaku, atau lebih tepatnya sebagai wanita simpananku, karena istri sah ku nanti hanya Diana tunanganku." Elisa terkejut mendengar permintaan Andreas, gadis itu mundur kebelakang.
"Apa salahku padamu, An? sehingga kamu menghancurkan hidupku sedemikian rupa, kamu renggut semuanya dariku, keluargaku, hidupku, bahkan sekarang semua orang hanya akan memandangku dengan perasaan jijik, andai saja Rico ada, pasti dia akan menolongku dari mu."
PRANGGG!!!!!!
Andreas melemparkan vas yang ada di sebelahnya ke tembok sebelah Elisa, matanya menatap Elisa penuh amarah.
"Dam kau jalang! jangan berani sebut nama Rico dengan mulut kotormu!" Andreas mendekat ke arah Elisa kemudian mendorong tubuhnya ke tembok dan mencekik leher gadis itu, sampai dia sulit untuk bernafas.
Andreas benar-benar marah, ketika Elisa menyebut nama adiknya yang sudah dia lukai hingga membuatnya koma selama 4 tahun.
Elisa hanya bisa pasrah menerima perlakuan Andreas, air matanya menetes sampai membasahi tangan Andreas yang mencekiknya, jika memang ya, dia harus mati sekarang di tangan Andreas, itu lebih baik dari pada dia harus menjadi wanita paling hina untuk laki-laki di depannya.
Rasa sakit di lehernya tidak ia pedulikan, hingga wajahnya terlihat pucat, nafasnya mulai sesak dengan linangan air mata, dia menatap sendu ke arah Andreas yang seperti kesetanan, dengan tenang nya tanpa berontak sedikitpun Elisa tersenyum ke arah Andreas yang masih mencekik lehernya.
Seperti terkena sebuah sihir, Andreas melepas cekikan pada leher Elisa yang terlihat tenang.
"Uhuk! uhuk!" Elisa memegangi lehernya yang terasa sakit, tanpa menoleh ke arah Elisa Andreas pergi dari ruangan itu, meninggalkan Elisa yang sudah luruh ke lantai.
"Ya Tuhan ... kehidupan macam apa yang akan aku jalani, berikan aku ketabahan dan keikhlasan untuk menjalani ini semua." Elisa menangis. Gadis itu terduduk lemas di lantai dengan wajah menunduk, dan kedua tangannya memegangi kakinya yang serasa lemah tak berdaya.
Di sebuah ruangan latihan di rumahnya, Andreas terus memukul samsak sampai tangannya memerah hari ini dia benar-benar marah, bisa-bisanya Elis dengan wajah tanpa dosanya menyebut nama Rico.
Bayang-bayang senyum Elisa dengan wajah pucatnya terus terlihat, kenapa dia harus merasa terluka saat dia hampir membunuh gadis itu, gadis yang sudah membuat adiknya di antara hidup dan mati selama 4 Tahun.
"AKU MEMBENCIMU ELISA KHAN! SANGAT MEMBENCIMU!" Andreas terus melayangkan tinjunya, tidak peduli dengan darah yang sudah menetes di tangannya.
"AKU AKAN MENBUATMU HIDUP SEPERTI DI NERAKA, HINGGA KAMU MEMOHON SEBUAH KEMATIAN UNTUK MU." Setelah mengucapkan kata kata itu, Andreas pergi dari tempat itu, berjalan menuju kamar pribadinya untuk membersihkan diri.
Elisa nampak berjalan menuju kamarnya, tekadnya sudah bulat, apapun yang terjadi dia akan menghadapi semuanya dengan ikhlas. Andreas bisa melakukan apapun untuk menghancurkan ke dua orang tuanya, perlahan gadis itu membuka pintu kamar nya, kemudian dia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Setelah lebih dari tiga puluh menit Elisa keluar dari kamar mandinya hanya mengenakan handuk.
BRAKK!!!
Elisa menoleh ke arah pintu, ketika tiba-tiba saja pintu kamarnya di dorong dengan keras dari luar, disana nampak Andreas dengan wajah tampannya tengah tersenyum horor ke arahnya, senyum yang sangat menakutkan untuk seorang Elisa, gadis itu mundur ke belakang, tubuh mulusnya yang hanya terbalut handuk tersandar pada dinding kamar itu, Andreas mengunci pintu kamar itu dan berjalan ke arah Elisa.
"Jangan An, ku mohon ... kasihanilah aku, jangan lakukan ini, biarkan aku menjadi pelayanmu, tapi bukan wanita hina untukmu." Elisa dengan wajah ketakutannya memegangi erat handuk yang melilit tubuhnya.
"Pelayan itu tidak pantas untuk kamu El, terlalu sayang jika tubuh indahmu aku biarkan begitu saja." Andreas menarik paksa handuk yang melilit tubuh Elisa, sehingga kini gadis itu benar-benar tanpa benang sehelai pun, Elisa terus menangis dengan perlakuan kasar Andreas, dengan ke dua tangannya dia berusaha menutup area terlarangnya, tapi terlambat. Andreas sudah mengangkat tubuhnya dan membantingnya ke kasur, pria itu terus mencumbunya dengan paksa tidak peduli dengan tangis pilu Elisa, Andreas benar-benar ingin menghancurkan gadis itu.
"Andreas Herlambang, tolong ... lepaskan aku." Elisa terus memohon tapi Andreas tidak peduli, bayang bayang Rico yang tersiksa dengan alat-alat medis membuatnya semakin liar, naluri kemanusian nya benar-benar sudah hilang, dia terus mencumbu Elis tanpa ampun, bukan! bukan mencumbu, lebih tepat nya Andreas tengah memperkosa Elisa dengan kasarnya, hingga suara tangisan Elisa tidak terdengar lagi, tapi hanya linangan air mata di pipinya, gadis itu benar-benar tidak berdaya, rasa sakit di area sensitivnya semakin terasa, Andreas benar-benar gila, dia melakukannya dengan brutal, setelah puas dengan aksinya, Pria itu pergi meninggalkan tubuh lemah Elisa dan keluar dari kamar itu tanpa wajah bersalah sedikitpun.
Elisa berdiri dari tempat tidurnya tidak peduli dengan rasa sakit yang ia rasakan, gadis itu nampak menghapus air matanya.
"Tidak! aku tidak akan menyerah dengan keadaan, aku harus tau apa yang membuat Andreas begitu membenciku." Elis berjalan ke arah almari pakaiannya, dan memakai pakaian yang sudah tersedia di sana..
Suara ketokan pintu menyadarkan Elisa dari lamunannya, dengan menahan sakit di area sensitivnya, gadis itu nampak berjalan menuju pintu, disana nampak seorang dokter perempuan dengan sebuah kacamata, tersenyum lembut ke arahnya.
"Boleh saya masuk nona Elisa?" tanya sang dokter lembut.
"Maaf, tapi untuk apa? saya tidak sakit." jawab Elisa bingung.
"Kenalkan, saya dokter Anita yang di tugaskan oleh tuan Andreas untuk menangani Anda." Elisa mengeryitkan keningnya heran.
"Silakan masuk." Elisa mempersilakan dokter Anita masuk ke kamarnya.
"Terimakasih ..." Dokter Anita nampak mengeluarkan alat suntik dan obat obatan.
"Dokter, untuk apa saya di suntik? sudah saya bilang saya tidak sakit." Elisa benar-benar heran dan bingung.
"Berikan lenganmu Elisa." Tanpa bertanya lagi, Elisa hanya menurut memberikan lengannya ke dokter Anita, kemudian tanpa aba-aba, dokter itu menyuntik lengan Elisa.
"Kamu memang tidak sakit, ini hanya obat pencegah kehamilan, aku akan rutin menyuntikannya tiap satu bulan sekali." Elis benar-benar terkejut dengan penuturan dokter Anita.
"Kamu benar-benar memperlakukanku seperti pelacurmu, An ..." gumam Elisa dalam hatinya.
Setelah selesai menyuntik Elisa dokter Anita pergi meninggalkan Elisa yang tampak begitu sedih.
Tidak selang beberapa lama Andreas kembali masuk ke kamar itu.
"Kenapa? apa kamu pikir aku sudi mempunyai seorang anak dari rahimmu, El?" Kata-kata Andreas benar'benar menusuk hati seorang Elisa.
"Aku tau itu, An. Tapi jika suatu saat Tuhan menitipkan seorang malaikat kecil di rahimku, aku akan memperjuangkannya dengan nyawaku, walaupun kamu tidak menginginkannya," ucap Elis seraya memandang ke arah luar.
"Jangan mimpi! karena malaikat kecil itu tidak akan pernah ada di rahim seorang wanita kejam sepertimu." Elis terkejut, memandang ke arah wajah tampan Andreas.
"Wanita kejam? apa maksudmu, An.
Suatu hari kamu akan merasakan apa yang aku rasakan, dimana cinta tulusmu tidak pernah di anggap oleh seseorang yang sangat kamu cintai, Aku wanita bodoh yang masih tetap mencintaimu sampai detik ini, aku selalu berharap Andreasku yang dulu kembali padaku." Andreas diam terpaku dengan kata-kata Elisa, ada rasa marah, benci, cinta bersatu menjadi satu.
"Aku bukan laki-laki yang bisa kamu tipu dengan tubuh dan kecantikanmu, lihatlah kamu sekarang El, mungkin dulu kamu banyak di puja laki-laki tampan karena kamu seorang Elisa Khan. Tapi sekarang, kecantikan dan tubuh kamu hanya pantas untuk menyandang sebagai wanita simpanan, karena kamu bukan siapa-siapa, namamu hanya Elisa, bahkan aku tidak akan pernah sudi memberikan nama Herlambang di belakang namamu." Kata-kata pedas Andreas benar-benar seperti sebuah tamparan bagi Elisa.