"Lucy berangkat sekolah dulu mah" Pamit Lucy pada Liora sambil mencium pipi mamanya itu.
"Belajar yang pinter ya" pesan Liora. Lucy mengangguk dan tersenyum.
Begitu dia keluar, mobil Gama sudah terparkir di depan. Pengemudinya juga menatapnya tanpa ekspresi.
"Ayo aku antar kamu sekolah" ujar Gama.
Lucy memalingkan wajah "Gak usah aku udah ada yang mau jemput kok" ucapnya sambil melihat ke ujung jalan, sekitar dua menit kemudian terdengar deruan motor Felix melewati mobil Gama. Lucy tersenyum.
"Sorry buat kamu nunggu lama. Tadi ban nya kempes"
"Lo tiup dong" sahut Lucy.
Felix tertawa "Kembung dong pipi gue" jawab Felix. matanya melihat mobil yang terparkir 5 meter darinya.
Lucy naik ke jok motor Felix.
"Ayo berangkat" ucapnya. Cowok itu kemudian melajukan kendaraan nya.
"Tadi siapa?" tanya Felix.
"Tetangga nawarin antar ke sekolah" jawab Lucy.
Setelah itu Felix tidak bertanya lagi. Mereka tiba di sekolah 5 menit kemudian karena sekolah memang tidak jauh apa lagi yang mengendarai adalah kembaran Rossi yang gagal audisi balap.
Lucy memperbaiki rambut saat melepaskan helm.
"Minggu depan udah ujian kamu kalo mau belajar bareng datang aja kerumah"
"Gak papa nih. Kamu loh yang nawarin" Sahut Felix turun dari motornya dan mereka berjalan beriringan.
"Lagian bosen juga belajar sendiri terus" ucap Lucy.
"Oke deh dengan senang hati apa lagi yang nawarin adalah calon masa depan"
Lucy memukul Felix pelan.
"Oh ya omong omong Cowok tadi beneran tetangga kamu. Baik sekali dia mau antarin kamu ke sekolah?" tanya Felix mencoba mengoreksi sedikit jawaban dari pertanyaan nya.
Lucy tersenyum "nanti aku ceritain ya soalnya udah bel tuh"
Felix berdecak kesal
"Lama-lama bel nya aku copot aja sekalian biar gak ganggu orang lagi ngomong" gerutu Felix sambil berlari mengejar Lucy menuju kelas.
----
"oh jadi tadi itu adalah cowok yang udah rebut hati calon masa depanku. Gak bisa di biarin dong kalo kayak gini terus" geram Felix setelah mendengar cerita dari Lucy.
"Eh awas aja ya kamu sampai berantem sama dia" Tegur Lucy.
Felix tertawa pelan "kamu tenang aja. Aku ahlinya dalam hal ini untung kamu bertanya ke orang yang tepat. Memang aku gak bisa berantem tapi masalah gak harus di selesaikan pakai otot kan?" Felix memainkan kedua alisnya naik turun.
Lucy menghela nafas "Aku cerita ke kamu karena kamu temanku. Tapi kalau sampai ada perkelahian aku gak akan maafin kamu"
"Santai aja dong mukanya" Felix mencubit sebelah pipi Lucy yang langsung di tepis si pemilik.
"Aku gak se sangar itu juga kalee. Mending aku baring baring ganteng dari pada berantem"
"Tapi tadi kamu bilang berapa tahun. 2 tahun ya?" tanya Felix memperjelas perasaan suka Lucy terhadap Gama sudah berapa lama.
"Hampir sembilan tahun aku suka Gama. Tapi selama itu juga dia mengabaikanku" jawab Lucy mencoba tenang padahal dia menahan rasa gondok di lehernya.
Felix manggut manggut "Tapi kok kayaknya dia peduli sama kamu loh. Buktinya mau antar kamu ke sekolah"
Lucy tersenyum pedih "Padahal dia udah punya pacar" katanya sambil menunduk. Felix mengusap bahu Lucy.
"Kamu serahin semuanya sama aku. Meskipun harus lepasin kamu sama orang lain aku rela asal kamu bahagia" ucap Felix namun nada bicara nya seperti orang bercanda.
"Alay nya kumat deh"
"Eh aku serius tau. Kamu mau kemana?"
"Kantin. aku lapar" jawab Lucy.
"Traktir ya"
"Asal gak kamu bungkus aja se gerobaknya sih ayo"
Felix melompat berjalan mengikuti Lucy. Mereka ikut mengantri untuk mendapatkan makanan pesanan mereka. Felix mengorbankan diri untuk menerobos sedangkan Lucy
menunggu sambil duduk cantik memperhatikan Felix.
Akhirnya Felix berhasil membawakan dua mangkuk siomay dan jus mangga.
Lucy tertawa "kerja keras banget ya mas" celetuk Lucy saat Felix terengah akibat berdesakan.
"Udah gak usah banyak omong makan aja keburu masih anget"
"Panas tau" Lucy mengeluarkan kembali siomay yang di jejalkan Felix.
"Maaf gak tau" sahut Felix khawatir.
Lucy kembali ketawa
"Bohong kok. Siomay nya gak panas"
Felix memanyunkan bibirnya ia kira sudah hampir membunuh sahabatnya sendiri.
Setelah selesai dengan pelajaran sekolah Felix mengantarkan Lucy Pulang.
"Gak bisa mampir nih ketemu calon mertua. Soalnya ada urusan di rumah" ucap Felix.
"Kebetulan mama juga belum pulang dari butik gak enak kalo kamu main ke rumah cuman berduaan"
"Takut yang ketiganya setan ya" Felix menunjuk Lucy. Gadis itu tersenyum sambil balas menunjuk Felix.
"Nah itu tau" kemudian mereka tertawa dan Felix pamit pulang.
Begitu Felix tidak terlihat Lucy mengeluarkan kunci cadangan rumahnya untuk membuka pintu.
"Lucy" panggil Gama. Lucy menoleh dan tersenyum.
"Mama lagi gak di rumah kalo kamu mau cari dia" Ucap Lucy.
Gama terlihat membuang nafas dan memberikan paper bag.
"Nih di kasih mama buat kamu katanya oleh oleh"
Lucy menuruni tiga tangga untuk sampai ke Gama. Gadis itu gelandotan di sebelah tangan Gama seperti yang sering dia lakukan.
"Makasih loh kamu mau antarin kesini. Mau aku buatin jus?"
"Gak usah" Gama melepaskan tangan Lucy darinya. Memberikan paper bag tadi dan pergi.
Lucy memanyunkan bibirnya dia berlari mengejar Gama dan memeluk cowok itu dari belakang.
"Kenapa sih kamu jutek banget sama aku. Aku kan gak salah apa apa" Lucy memandang punggung Gama.
Cowok itu berbalik menatap Lucy yang lebih pendek darinya.
"Kesalahan kamu itu suka ganggu aku tau. Gak sadar ya, udah aku mau pulang yang penting sudah aku kasih ke kamu kan hadiah nya"
"Gama sampai kapan kamu kayak gini?" Tanya Lucy saat gama sudah berjarak dua meter darinya.
Gama tidak berbalik maupun menengok tapi dia menjawab
"Selamanya"
tanpa menghiraukan keberadaan lucy.
Lucy berdiri melihat Gama sampai hilang dari penglihatannya. Tapi untuk sekarang dia akan mempertahankan perasaan ini. Lucy belum mau menyerah jika Nadine dan Gama belum menikah itu artinya masih ada kesempatan.
Wajahnya kembali cerah saat melihat sebuah bandana biru dengan bunga bunga kecil hadiah dari mama Gama. Ada juga sepatu warna putih kesukaan Lucy.
Gadis itu melompat lompat girang saking senangnya sambil masuk ke dalam rumah.
Pukul tujuh malam, keluarga Lucy sedang berkumpul di ruang tamu saat pintu rumah mereka di ketuk. Lucy bangkit dari duduknya.
"Biar Lucy aja yang buka mah" Gadis itu berjalan ke arah pintu.
"Siapa sayang? Ajak masuk dong tamunya" seru papa Lucy.
"Ayo kak masuk. Papa sama mama di dalam kok" Ajak Lucy.
Kedua orang tua Lucy menatap Dewa.
"Oh nak Dewa. Sini duduk sepertinya ada yang mau di omongin ya" Ucap papa Lucy.
Dewa terlihat canggung meski ini bukan Pertama kalinya dia kerumah Lucy.
"Maaf ini om tante, Aku datang mau ajak Lucy keluar soalnya kemarin udah janji mau ajak jalan-jalan"
Lucy tersenyum tipis "Wah iya nih pa, kak Dewa kemarin udah janji sama Lucy cuman karena sibuk sekolah Lucy jadi lupa" ucap Lucy.
Desta- papa Lucy tertawa pelan. Keluarga nya dan keluarga Dewa sudah lama kenal baik bahkan sebelum mereka pindah, karena Dewa pria itu juga yang membantu Lucy belajar naik sepeda dulu.
"Boleh kok kamu ajak Lucy tapi pulangnya gak boleh terlalu malam apa lagi jalannya sama cowok kan bahaya"
Dewa tersenyum
"Aku udah anggap lucy adik kok om. Aku pasti jaga dia kaya aku jaga adik sendiri"
"Ya udah om percaya kok sama kamu. Lucy kamu di ajak keluar malah gak siap-siap" tegur Desta pada anak gadisnya itu.
Lucy langsung tersadar, dia berlari ke kamarnya dan langsung mengganti pakaian tak lama turun lagi.
"Wah ilmu kilat nih kayaknya" kekeh Dewa.
Lucy tersenyum malu
"Mah pa, lucy main sama kak Dewa dulu ya"
"Kalian hati-hati jangan ngebut ngebut kalo naik kendaraan" pesan Liora.
Lucy mengangguk mengiyakan dan mereka berdua keluar menuju motor sport biru Dewa.
_______
Jangan lupa tinggalkan komentar ya