Chapter 3

1054 Kata
Seorang gadis duduk di bangku taman, menceritakan keluh kesahnya dengan benda mati yang sedang dia duduki. Menatap hampa rerumputan dan pohon di depannya. Tetesan air turun dari langit. Gadis itu berlari mencari tempat berteduh sebelum air yang lebih banyak turun membasahi pohon dan semua yang ada di bawahnya. Luciana. Gadis 17 tahun itu mengulurkan tangan menerima tetesan hujan sambil menatap langit yang gelap persis seperti suasana hatinya sekarang. Teringat apa yang beberapa saat lalu ia lihat, hatinya sakit entah untuk yang keberapa kalinya dalam beberapa tahun ini. Senyum getir saat matanya kembali melihat pria yang dia cintai tengah tertawa bahagia betsama perempuan lain di dalam sebuah mobil yang lewat tak jauh dari tempat Lucy berteduh dari hujan. Lucy meremas baju nya, air mata menetes melewati wajahnya. Akhirnya dia menerobos hujan untuk menyamarkan air mata, tidak peduli jika setelah ini dia akan demam. Sampai di rumah Lucy membersihkan diri setelah itu berbaring menatap ponsel di mana pada layar utama ada foto Gama yang sedang tersenyum. Lucy sangat berharap Gama bisa tersenyum seperti ini saat bersamanya, tapi sudah 8 tahun lamanya ia mengenal Gama dan tak sekalipun lelaki itu menganggapnya ada sebagai seorang perempuan. Dia mematikan hp nya dan menatap ke langit langit kamar membayangkan Gama sebelum pintu terdengar berderit. Lucy pura pura tidur. Terasa selimut menutupi sebagian badannya tak lama kecupan hangat di dahi dan usapan lembut di rambut. Lucy menatap punggung Liora yang berjalan membelakanginya sebelum menutup kembali pintu kamar Lucy. -- "Selamat pagi ma!" seru Lucy sambil memeluk Liora dari belakang. "Pagi anak kesayangan mama yang paling cantik" Liora mengecup kening Lucy. "Kemarin kamu tidur lebih awal jadi mama gak tega bangunin. Itu mama udah buatkan roti lapis kesukaanmu" "Makasih ma" Lucy mengambil sarapan dan menghabiskannya. Setelahnya gadis itu berlari kerumah Gama. Ini hari minggu biasanya dia dan Gama akan bersepeda ke sport center. "Pagi tante Farah" Sapa Lucy. "Wah pagi-pagi sudah bahagia sekali" Farah meletakkan makanan ikan yang dia pegang. "Gama di rumah kan tante?" tanya Lucy. Farah terlihat mencuci tangan. "Samperin aja di kamarnya pasti dia masih tidur lagian kok anak cowok jam segini belum bangun gimana nanti kalo sudah ada istrinya" Lucy tekekeh pelan dia berlari menuju kamar Gama dan langsung masuk. Terlihat cowok itu memang sedang tidur, Lucy mulai gemas untuk membangunkan Gama. "Gama! Bangun woy ini akhir pekan tau buruan" teriak Lucy. Gama mengambil bantal untuk menutupi telinganya. Lucy menarik bantal Gama dan mengguncang lengan Gama. "Ayo buruan" "Berisik!" Gama mengambil bantal lain, Lucy kembali menariknya. "Gama! Bangun!" Teriak Lucy lagi. Gama langsung duduk dengan kesal. "Keluar gak!" Lucy menggeleng "Gak mau kalo kamu gak bangun" "Ini kan hari minggu harusnya aku habiskan dengan kasur dan bantalku kenapa kamu gangguin orang aja sih" Dumel Gama tidak suka. Lucy tersenyum tanpa dosa. Gama memalingkan wajah kesal dan akan berbaring lagi namun Lucy menarik tangan nya. "Aku bilangin tante farah loh kalo gak mau bangun atau aku letusin balon yang banyak biar-" "Cerewet!" Gama melemparkan bantal terakhir yang ada di sambingnya ke arah Lucy. Lucy menghindar "Gak kena Wleee" "Ayo ke sport center mumpung masih pagi nih" "Ya udah kamu keluar sana aku mau mandi" "oke! 10 menit ya jangan lama lama" Kemudian Lucy keluar dari kamar Gama. Gama mengacak rambutnya gusar, kesal kerena mimpi indahnya tidak bisa di ulang lagi gara-gara gadis pengganggu itu. Lucy menunggu Gama di ruang tamu. Mama Gama datang menghampiri "Gama sudah bangun?" tanya dia pada Lucy. "Udah tante katanya mau mandi jadi aku tunggu di sini" jawab Lucy senang. "Tante mau masak apa. Lucy boleh bantuin gak?" ucap Lucy menawarkan diri. "Udah bantuin mama aja kalo gitu aku mau tidur lagi" Sahut Gama dari tangga terakhir. Lucy langsung menghampiri Gama dan menarik tangan pria itu. "Tante. lain kali aja Lucy bantu, hari ini aku mau main sama Gama" "Ya udah kalian jangan kesiangan ya. Mama bikin makanan buat kalian" "Siap tante" Sahut Lucy. "Aku antarin anak penyu ini ke sport center dulu ya mah" pamit Gama. Lucy memanyunkan bibir. "Aku bukan anak penyu" protes Lucy. "Lalu apa? Anak macan?" "Ih kamu kok ngeselin sih" "Lebih ngeselin mana orang lagi enak enak tidur malah di gangguin. Kamu gak sadar kalo kamu lebih ngeselin" "Enggak tuh" jawab Lucy sambil cekikikan. Farah tersenyum, Kedua orang Itu memang tidak pernah akur kalau bertemu tapi pemandangan seperti ini sudah biasa Farah merasa kedua orang itu sangat cocok andai saja dia punya anak perempuan seperti Lucy. Farah menghela nafas pelan. Lucy dan Gama menaiki sepeda mereka masing-masing. Setiap akhir pekan mereka akan bersepeda santai kecuali Gama sibuk dengan pekerjaannya. Namun lagi-lagi Lucy harus mendesah kecewa saat melihat Gama bertemu dengan Nadine. Kekasih Gama. "Kamu datang juga sama adik kamu" Tanya Nadine saat melihat Lucy. Gama mengedikkan bahu "Cuman sepeda santai aja soalnya si penyu bawel banget" Lucy mencebikkan bibir dan memutar bola matanya malas. "Tadinya aku males datang kesini tapi pas liat kamu jadi semangat lagi" ucap Gama. Nadine tersenyum lalu menggandeng tangan Gama. Lucy menatapnya tidak suka. Harusnya dia yang di posisi itu bukan Nadine. "Kakak kakak yang cantik dan ganteng kalian gak liat ada anak di bawah umur liat kalian pacaran. Jangan rusak mata suciku ini dong" celetuk Lucy muak. "Ih adik kamu gemesin banget sih" Nadine mencubit pipi Lucy gemas. Lucy menepis tangan Nadine. Jelas jelas perempuan ini hanya membual untuk menarik perhatian Gama. Gama meliriknya namun Lucy memalingkan wajah menatap orang orang yang berdatangan. "Lain kali ketemuan lagi ya. Aku mau sepedaan lagi nih, pegel kaki gak pernah olahraga" ucap Gama sambil tersenyum. "Aku juga mau lanjut jogging. Daahh" Nadine melambaikan tangan. Gama juga melambaikan tangannya. Lucy berdecih sambil mengayuh sepedanya. Gama mengikuti dari samping. "Mau rute yang mana?" tanya Gama. "Gak ada rute rutean aku mau pulang aja. Bosen" jawab Lucy dengan nada ketus sambil mengayuh cepat meninggalkan Gama. Moodnya hari ini hancur, bukan pertama kalinya Gama bersikap seperti ini saat bertemu dengan kekasih kekasihnya. Selama Lucy mengenal Gama entah berapa kali lelaki itu berganti pacar. Lucy ingin Gama hanya miliknya saja. Tapi mustahil. Sedetikpun Gama tidak mau menatapnya. Hatinya seperti di remas. Jika akan seperti ini terus Lucy tidak yakin dia akan tetap memilih nama Gama untuk mengisi hatinya. Sudah cukup perasaannya selama ini ia tahan. Jika perasaannya sudah berpindah ke lain hati Lucy bisa pastikan Gama hanya akan menjadi masa lalunya saja. _______ Terima kasih sudah mau mampir. Tinggalkan komentar ya. Jumpa besok...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN