Chapter 17

1081 Kata
Lucy menghela nafas panjang untuk yang kesekian kalinya. Mendongak melihat langit yang tengah menangis dengan derasnya. Sekali lagi terdengar helaan nafas panjang. Sudah hampir satu setengah jam Lucy berdiri di halte bus tidak jauh dari gerbang sekolah nya saat hujan turun beberapa saat lalu. Hp canggihnya juga mati total terlebih ia lupa membawa payung. Mau minta nebeng sama teman namun sudah tidak ada orang yang seliweran terlebih Lucy tidak dekat dengan siapapun jika ada felix pasti dirinya tidak merasa kesepian seperti ini. Oh ya felix? Kira kira apa yang membuat anak itu tadi pergi dengan buru buru? Lucy belum sempat bertanya apa lagi hp nya sedang kehabisan daya. "Hujan nya kok ya lama banget sih padahal udah sore ini" gumam gadis cantik itu sembari memeluk dirinya sendiri karena udara yang mulai berhembus membawa hawa dingin. Lucy menggosokkan kedua tangannya mencari kehangatan. Sejak dari tadi lucy ingin menerjang hujan yang tengah lebat itu tapi dia ingat jika badannya terkena hujan dia pasti akan demam sedangkan besok ada ujian yang tidak bisa ia lewatkan. Piiimm piiimm Kedua bola mata hitam itu menoleh. "Hei ngapain kamu disitu!?" Teriak Gama dari dalam mobilnya. Lucy mengembangkan bibirnya membentuk senyuman. "Hujan!" Jawab Lucy tak kalah berteriak sambil menunjuk langit. Terlihat Gama seperti mendengus dan cowok itu berbalik ke jok belakang seperti mengambil sesuatu. Tak lama Gama memegang payung lipat "Ini tangkap! pakai dan cepat masuk mobil" ucap Gama masih tetap berusaha menaikkan volume suara agar di dengar Lucy dari derasnya hujan. Gadis berpipi tembem itu menangkap payung Gama membukanya dan memakainya sebelum dia masuk ke mobil lelaki itu. Seketika senyum di bibir Lucy hilang saat menyadari jika Gama tidak sendirian di dalam mobil nya. "Kamu udah pulang dari tadi kenapa malah berdiri di sana nanti kamu masuk angin loh" Ucap Nadine memberikan botol minyak aroma terapi untuk Lucy. Gadis itu memaksakan seulas senyum menerima botol kecil itu. "Terima kasih" ucapnya sambil membuka tutup botol dan menghirup aromanya. Dan sekarang Lucy sadar dialah yang menjadi orang ketiga di antara hubungan Gama. Di kursi depan Nadine dan Gama sesekali melemparkan candaan mengabaikan jika dirinya masih ada di situ menyaksikan mereka. Gama juga tidak mengatakan apa-apa sejak Lucy duduk di jok belakang mobil cowok yang sangat di cintainya itu. Tiba tiba ada rasa sesak di d**a Lucy saat sebelah tangan Gama mengusap wajah Nadine dan satunya tetap memegang setir kemudi. Lucy memalingkan wajah memilih melihat tetesan hujan yang menghantam kaca jendela mobil. "Kamu mau aku antar langsung atau mau mampir kerumahku dulu" Ucap Gama pada kekasihnya itu. Nadine terlihat tersenyum tipis sambil melihat jam di pergelangan tangan. "Hari ini gak bisa soalnya udah sore juga dan aku udah ada janji temu sama papa ku" "Papa mu sudah pulang dari pelayaran?" tanya Gama. Terlihat Nadine mengangguk "Yah makannya aku kangen banget sama papa ku itu. Kan dia susah banget di telpon pulang aja setahun dua kali" Bibir Nadine di monyongkan, Gama terkekeh pelan tak lupa tangan nya mengacak rambut kekasihnya. "Ya udah aku antar kamu pulang dulu" kemudian berbalik melihat Lucy yang duduk di kursi belakang "Lucy gak papa kan kamu ikut aku antar Nadine dulu kerumah nya?" Ucap Gama. Lucy mengangguk rupanya cowok itu tidak lupa jika masih ada makhluk lain di mobilnya. Gadis cantik yang duduk sendiri itu termenung. Pikirannya masih berpikir kenapa Felix terburu buru seperti tadi, tidak seperti biasanya cowok tinggi yang sudah hampir tiga tahun ini menemaninya sebagai seorang teman yang baik tiba tiba terlihat sangat khawatir terlebih dengan wajah cemas nya Felix tadi. Sibuk akan lamunannya Lucy tidak sadar jika mobil yang mereka tumpangi sudah tiba di depan rumah Nadine bahkan terlihat perempuan itu sedang melambaikan tangan ke arah Gama. "Lucy!" "Lucy! Hoy malah ngelamun" Seru Gama melemparkan tisu ke wajah Lucy. Gadis itu kelabakan. "Ha?" "Pindah ke depan" "Aku di sini aja" jawab Lucy tak mau menatap Gama. Cowok di depannya itu menghela nafas "Kamu marah sama aku?" tanya Gama to the point soalnya dari mereka pulang dari kampung halaman nenek Gama kemarin Lucy tak pernah kerumahnya lagi. "Enggak" Gama menghela nafas "Terus sejak tiga hari ini kenapa kamu gak pernah datang lagi kerumah?" Kepala Lucy bergerak sedikit menatap Gama yang juga sedang menatapnya "Lagi ujian" jawabnya ketus. "Hhh..." Gama kembali menatap ke depan menginjak gas mobil nya dan kendaraan beroda empat itu melaju meninggalkan depan gerbang rumah Nadine. "Gama" Panggil Lucy dengan lirih. "Hmm." Sahut Gama. "Kamu beneran cinta sama Nadine?" "Kenapa kamu tanya kayak gitu. Ya cinta lah kan dia pacarku" Jawab Gama sambil menepikan mobilnya untuk dia berbalik menatap wajah Lucy yang tenang. Gadis berponi dan berpipi tembem itu menatap Gama tak berkedip sebelum memalingkan wajahnya. "Terus aku bagaimana?" ucap Lucy tak mau menatap Gama ia merasa jika dirinya menatap Gama saat mengatakan itu ia tak sanggup untuk menahan air matanya. Lucy tau dari dulu Gama memang tidak mencintainya. Jangankan mencintai, Gama bahkan tidak meliriknya sama sekali setelah beberapa tahun belakangan Lucy sudah berusaha dekat dengan lelaki di depannya ini. Tak di sangka Gama bergerak mengusap puncak kepala Lucy. "Kamu ya kamu emang mau bagaimana?" Tanya Gama balik. Lucy mendengus menepis tangan Gama. "Bukannya kamu udah punya cowok. Tiap hari aku liat dia antar dan jemput kamu. Kalian juga terlihat bahagia kalo lagi bareng" "Maksudmu Felix?" Lucy memperbaiki duduknya. Gama mengedikkan bahu karena memang dia belum mengenal cowok yang bernama Felix itu. Sekali lagi Lucy menghela nafas. "Dia bukan cowok ku kita cuman-" "Kalau kamu sama dia cocok loh" Sahut Gama entah kenapa kalimatnya itu justru menyakiti dirinya sendiri. Lucy diam untuk beberapa saat "Udah sore lebih baik kita pulang" ucap Lucy mengingatkan. Dalam batin nya Lucy tersenyum pedih, sebegitu mudahnya kah Gama berkata, apa dia tidak tau jika dari dulu dirinya tetap mencintainya seorang. Keduanya tidak bicara, suasana di dalam mobil hening hingga mobil Gama berhenti tepat di depan rumah Lucy. Gadis itu turun dari kendaraan Gama, kebetulan hujan memang sudah reda hanya menyisakan rintikan kecil yang tidak akan membuatnya basah. Kaki kecilnya berlari, bibir nya tetap terkatup rapat tanpa meninggalkan sepatah kata untuk Gama yang memperhatikan langkah demi langkah gadis itu hingga tidak terlihat lagi oleh mata Gama. "Hhh.." Gama mendesah memejamkan mata sambil bersandar. "Aku ini kenapa?" tanya Gama pada dirinya. Sekali lagi dia menatap rumah Lucy sebelum meninggalkan tempat ia menurunkan Lucy barusan. Gama tidak tau harus bagaimana, setiap kali bersama dengan Lucy Gadis itu berhasil mengobok obok perasaannya hingga campur aduk seperti ini. Jika seumpama Gama adalah ikan yang ada di dalam sebuah kolam kecil maka saat ini dia pasti sudah terlena. ________ To be continue
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN