Lucy menunggu kedatangan Felix di depan gerbang sekolah sejak 15 menit yang lalu tapi tak ada tanda tanda bocah tengil itu akan datang bahkan sampai sekarang Felix belum membalas pesan yang lucy kirimkan.
"Lucy duluan ya!" Ucap teman kelas Lucy saat melewatinya di gerbang. Cewek berpipi tembem itu hanya tersenyum manis menanggapi teman temannya yang menyapa.
Gadis itu celingukan ke ujung jalan sebelah kiri dan ke sebelah kanan berulang kali sebelum dia menyerah untuk menunggu kedatangan sahabat karibnya itu.
"Nunggu Felix ya?" Tanya Toni teman satu kelas Lucy saat kelas satu sma.
"Iya nih orangnya gak muncul muncul" jawab Lucy jujur.
Toni terkekeh pelan "Mending ke kelas aja deh entar kalo datang dia pasti akan masuk kelas. Bukannya sebangku ya sama kamu?" Ucap Toni sambil keduanya berjalan beriringan menuju kelas masing masing.
Lucy hanya tersenyum dan mereka berdua pisah di lorong. Toni berjalan lurus dan Lucy belok menaiki tangga.
Masih heran tentang keadaan sahabatnya yang tiba tiba tak bisa di hubungi.
Begitu pulang sekolah Lucy langsung memesan ojek online menuju kediaman Felix di perumahan elit di daerah serang. Sekitar 10 kilo dari rumah Lucy.
Gadis berponi itu menatap rumah besar di depan sana yang terhalang gerbang tinggi. Lucy berjalan mendekati satpam yang mengenalnya kemudian Lucy di biarkan masuk ke lingkungan rumah Felix yang begitu luas.
Lucy yakin kedua orang tua Felix pasti tidak sedang di rumah mengingat tugas kedua orang tua Felix yang begitu padat terlebih mama nya yang seorang dokter.
"Mbak nur. Felix di rumah?" Tanya Lucy pada salah satu pekerja rumah tangga yang akrab di panggil mbak nur itu.
"Oh neng Lucy ya. Lama gak main kesini neng?" Sahut perempuan 37 tahun itu.
Lucy tersenyum "Felix di rumah?" Tanya Lucy sekali lagi.
"Wah aden mah lagi keluar negeri neng. Gak bilang ya?"
"Keluar negeri?" Lucy membeo.
"Iya. Neneknya Aden kemarin meninggal jadi aden langsung ke luar negeri" tutur mbak nur menjelaskan.
Jadi ini kenapa Felix tidak pernah menjawab telfon atau pesannya.
"Oh iya lupa neng. Aden juga pindah sekolah ke sana"
Deg
Pindah?
Lucy belum siap kehilangan sahabat terbaiknya itu. Kalau mau pindah kenapa Felix gak pernah bilang?
"Mbak nur Lucy pulang kalo gitu ya. Oh ya kira kira kapan felix pulang ke indo?"
Mbak nur terlihat berpikir
"Kurang tau juga neng. Tapi biasanya aden kalo di luar negeri gak lama kok apa meneh mau ngurus kepindahannya juga"
"Tapi kan felix udah kelas tiga kenapa gak sekalian dia selesai sekolahnya?"
"Ya mboh. Mbak e gak reti" jawab perempuan itu dengan aksen bahasa jawanya.
Lucy tersenyum tipis.
"Daah mbak nur. Lucy pulang ya"
Perempuan itu melambaikan tangan "Ati ati neng dalan cah ayu" Seru perempuan dua anak itu.
Hari harinya akan sepi tanpa Felix. Lucy tidak mau kehilangan sahabat nya di waktu yang beberapa bulan lagi mereka jalani di sma. Bibirnya mengeluarkan nafas rendah tatkala Felix benar benar pindah siapa sahabat yang akan membuatnya tertawa lagi?
Lucy berharap Felix tidak benar pindah sampai mereka lulus.
Saat tiba di rumah, Lucy meletakkan tas di belakang pintu yang udah ada tempatnya gantungan nya. Gadis 17 tahun itu masuk ke kamar mandi untuk beberapa saat dan keluar lagi setelah ia mengembalikan kesegaran tubuhnya.
Memakai kaos putih kebesaran dan celana pendek Lucy berlari menuruni tangga menuju rumah Gama. Tadi dia sempat melihat mobil lelaki itu di depan rumah yang artinya Gama sedang di rumah.
Gadis 17 tahun itu langsung nyelonong masuk begitu saja seperti masuk kerumahmu sendiri. Saat melihat Farah, Lucy melemparkan senyum dan berseru
"Tante Farah!" Ucapnya girang entah karena apa.
"Samperin aja orangnya lagi di kamar" sahut tante Farah yang tau tujuan Lucy.
Gadis itu dengan senyum lebar berjalan menaiki tangga menuju kamar Gama.
Tangan ramping nya mendorong pintu kamar Gama sedikit kuat dan...
Jrenggg....
Gama menatap Lucy kaget begitupun juga Lucy. Keduanya saling tatap. Gama yang hanya memakai handuk melingkari pinggang dan handuk kecil di kepalanya menatap horor ke arah Lucy.
Berbeda dengan keterkejutan Gama melihat lucy tiba tiba hadir. Lucy justru kaget nya saat melihat perut kotak kotak milik Gama yang tidak tertutupi.
"Wah..." gumam bocah berkuncir kuda itu.
Gama berbalik arah sambil menggosok rambut basahnya dengan handuk kecil "Kalo masuk kamar orang ketuk pintu dulu dong gimana kalo aku lagi gak pakai apa apa masa kamu mau liat aku yang kaya gitu" cerocos Gama sambil membuka lemari bajunya.
Badan Gama membeku saat dari arah belakang tubuhnya sepasang tangan melingkari perutnya.
"ku pikir aku cuman liat beginian di tv. Ternyata kamu juga punya padahal dulu aku liatnya belum kayak gini"
Gama berbalik cepat memegang kedua pundak Lucy yang saat ini menatap Gama dengan kagum. Cowok itu menghela nafas rendah.
"Apa kamu tau gerakan yang kamu buat itu bisa bahaya buat kamu sendiri?" Ucap Gama mengingatkan.
Lucy yang oon pun malah bengong tidak paham sama yang Gama omongin.
Cowok 26 tahun itu menepuk keningnya.
"Mending kamu keluar dulu deh biar aku pake baju"
"Kamu kan bisa pake sekarang" dengan polosnya Lucy berkata.
Gama menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal tapi pas Lucy bicara tiba tiba langsung menjadi gatal. Dengan canggung Gama menggeleng sebenarnya makhluk apa yang dia hadapi ini? Masuk ke sarang buaya tanpa takut sedikit pun.
Daebak!!
Gama sedikit mencondongkan wajahnya menatap manik mata Lucy yang juga menatapnya.
"Jadi aku juga boleh dong liat apa yang kamu punya di balik bajumu itu?" ucap Gama dengan pelan tapi penuh makna.
Lucy mengangguk tapi sedetik kemudian dia langsung mundur beberapa langkah. Gama yakin Lucy tau maksudnya, bibirnya membentuk senyum miring.
"Sekarang belum boleh tapi pas udah nikah boleh"
Sontak saja rahang Gama nyaris menyentuh lantai dengan ucapan Lucy. Gadis ini menatangnya atau bagaimana?
Gama mendorong Lucy hingga cewek imut itu bersandar di dinding di tengah kedua lengan kokoh Gama. Cowok itu sedikit menunduk menyamai tinggi gadis nakal di depannya ini.
Tapi yang ada Lucy malah menatapnya seperti menerima tantangan Gama meskipun jantungnya berdetak seperti disko di sebuah klub malam.
Bayangan Gama mencium Nadine tiba tiba membuat Lucy sesak nafas. Hatinya tidak terima, dia tidak terima calon masa depannya ini dekat dengan wanita lain.
Deg
Gama di buat bingung dengan Lucy. Gadis di depannya ini tiba tiba berlinang air mata tanpa dia sentuh.
"Hei kenapa malah nangis aku kan belum apa apain kamu" Ucap Gama dengan nada rendah.
Lucy justru meraih leher Gama meski harus sedikit berjinjit. Kenapa dirinya sangat cengeng di depan Gama. Lucy menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Gama.
Gama meremang pasalnya bibir kenyal Lucy mengenai lehernya yang begitu sensitif.
"Lucy lebih baik kamu keluar dari kamarku. bisa bahaya kalo terlalu lama" Gama melepaskan tangan Lucy yang melingkari lehernya.
Gadis itu mengusap air mata dengan punggung tangannya dan tertawa bodoh.
"Aku cengeng banget ya" ucapnya tertawa geli menyadari kebodohannya sendiri.
Gama mendesah berat, lucy berhasil mengobrak abrik perasaannya. Gadis kecil itu tidak tau jika saat ini Gama sangat menahan agar tidak menerkam nya.
Dia berbalik kembali menuju lemari mengeluarkan kaos polo hitam bergaris merah maroon. Memakainya di dalam kamar mandi agar Lucy tidak semakin membuatnya naik darah.
Begitu Gama selesai Lucy sudah tidak ada di kamarnya. Terdengar suara gadis nakal itu tertawa di lantai dasar bersama mama nya.
Gama memijit keningnya sambil duduk di tepi tempat tidur.
"Bisa gila aku kalau gini terus"
_____
Jangan lupa tinggalkan komentar kalian ya. Dukungan itu penting loh bagi seorang penulis