Setelah beberapa hari, akhirnya Danieru datang lagi ke rumah keluarga Alistair. Camilla juga sudah sangat lemah, ia tidak mendapatkan keinginannya dalam beberapa hari terakhir ini. Tubuh Camilla sudah mendapat banyak suntikan pemenang, ia benar-benar seperti mayat hidup. Wajahnya pucat, binar cerah di matanya bahkan tak ada lagi.
Biasanya setiap malam ia akan mendapatkan sentuhan dari pria-pria tampan, tetapi sejak Danieru datang ke kediaman keluarganya, Camilla tidak bisa bepergian. Pengawasan di kediaman Camilla diperketat, Camilla tidak diizinkan keluar, dan terkekang dengan aturan pria itu.
Danieru beralasan jika Camilla lebih baik di rumah, tidak membuat masalah, karena Danieru sendiri sudah memberitakan pernikahan mereka pada awak media.
Jam di sudut ruangan baru menunjukkan pukul dua belas siang, cuaca cukup panas. Camilla baru saja bangun dari tidurnya, ia berusaha bergerak dan beranjak dari tempat tidurnya. Tubuh Camilla terasa sangat sakit, ia tak mengerti bagaimana dirinya bisa semenyedihkan ini sekarang. Danieru benar-benar membuat hidupnya bagai di neraka, dan ini semua karena ibu sialannya itu.
Camilla yang sudah berhasil duduk segera menarik napasnya panjang, rasanya begitu lelah dan sangat lemah. Ia berusaha untuk berdiri, tetapi kakinya gemetar. Ia perlu sentuhan seorang pria sekarang, ia perlu mendapat kepuasan agar kegilaannya menghilang.
Camilla mengalihkan tatapan, ia mendengar langkah kaki mendekatinya. Wanita itu ingin sekali memaki, bagaimana ia tidak menyadari kehadiran Danieru di kamar tidurnya? Apa yang pria lakukan?
Wanita itu tetap diam, rasa kesal memasungnya dan membuat rasa benci bersarang si hatinya. Ia tak menyukai cara Danieru, seharusnya pria itu tahu kebutuhannya.
“Apa kau ingin membunuhku?” tanya Camilla yang tahan, bibirnya terasa sangat gatal untuk mengucapkan kata-kata ketus nan kasar pada Danieru.
“Apa aku gila? Aku tak mungkin membunuh calon istriku.” Danieru berdiri di hadapan Camilla, ia melemparkan sebuah dokumen ke atas ranjang Camilla.
“Baca dan tanda tangan,” ujar Danieru.
Camilla mendengus kesal, ia segera meraih dokumen itu dan membaca isinya. Ia membaca juga percuma, Danieru pasti akan terus memaksakan kehendaknya sendiri. Camilla tahu, perjanjian hanya formalitas bagi pria itu. Camilla juga tak ingin menambah masalah sekarang, ia segera meraih bolpoin yang juga ada di kasurnya.
“Kau tidak membacanya lebih dulu?” tanya Danieru.
Camilla tak menyahut, ia segera menandatangani surat perjanjian itu. Wanita itu kemudian menatap Danieru, memberikan dokumen perjanjian mereka kepada Danieru.
“Good girl, benar-benar menawan dan pintar.” Danieru membungkuk, ia menatap wajah Camilla. Jarak wajah mereka hanya beberapa inci, dan itu membuat Danieru melihat jelas wajah cantik Camilla. Pria itu menyeringai, ia mengangkat tangan dan menyentuh bagian bibir Camilla dengan ibu jarinya.
Camilla tidak bereaksi, ia kini sedang menahan hasratnya sendiri. Ia tak akan tertarik pada Danieru, ia tak akan memuaskan keinginan birahinya dengan pria gila itu. Camilla menelan kasar ludahnya, dirinya merasa gugup sekarang.
Sial ... aroma maskulin yang menguar dari tubuh Danieru membuat Camilla tak bisa tetap tenang. Ia mulai membayangkan hal gila, dan sialnya lagi Camilla merasa daerah kewanitaannya basah.
Camilla memalingkan wajahnya, secara otomatis tangan Danieru yang memegang bagian dagunya juga terlepas. Wanita itu menggigit bibir bawahnya, kenapa harus lepas kendali? Kenapa ia sangat ingin Danieru menyentuhnya?
“Pergilah,” ujar Camilla yang masih berusaha tetap bertahan. Ia menahan napas agar aroma maskulin Danieru tidak tercium olehnya. Ia tak akan membuat harga dirinya semakin hancur, ia yang membeli pria dengan uang, dan ia tak akan melakukan hubungan intim dengan seorang pria seperti Danieru.
“Bagaimana jika aku tak ingin?” tanya Danieru.
Camilla kembali memalingkan wajah, tetapi sangat sial karena ia berciuman dengan Danieru. Jantung Camilla berpacu cepat, darahnya berdesir, dan Camilla menelan ludahnya kasar.
Danieru segera membaringkan Camilla di atas ranjang, ia melumat bibir wanita itu dan membelai lembut bagian paha Camilla. Danieru menyeringai saat Camilla tidak melawan, ia juga merasa menang saat wanita itu membalas lumatan bibirnya.
Camilla sudah benar-benar tak bisa menahan hasratnya lagi, jangan salahkan dia sekarang, dirinya sedang terdesak. Keinginan Camilla untuk berhubungan intim menanjak tajam, ia tak akan menjaga harga diri untuk sekarang.
Ia rindu saat para gigolo itu menjilati tubuhnya, memujanya, bahkan menjilati bagian intimnya. Camilla memejamkan mata, membalas lumatan bibir Danieru yang terkesan lembut secara dengan lebih kasar.
Danieru juga sama, ia segera meraba bagian p******a Camilla, diremasnya pelan. Pria itu bisa merasakan p****g p******a Camilla yang mengeras, ia segera memasukkan tangannya ke dalam baju Camilla.
“Eum!” Desahan Camilla tertahan, ia menggeliat manja di bawah tubuh Danieru. Tangan Danieru yang entah sengaja atau tidak menyentuh p****g payudaranya, membuat birahi Camilla kian tak terkendali.
Danieru yang mengerti keinginan Camilla segera melakukannya. Ia memilin p****g p******a Camilla pelan. Danieru yang ingin mendengar desahan Camilla segera melepas pautan bibir mereka, pria itu menyerang bagian leher Camilla, menjilatinya, dan menekan p****g p******a Camilla.
“Ah ... faster!” ujar Camilla. Matanya terpejam menahan nikmat, ia tak bisa mengendalikan diri. Napas Camilla memburu, sedangkan tubuhnya bergerak gelisah sejak tadi. Ia ingin Danieru melakukan lebih, ia ingin Danieru tidak menyiksanya lagi.
“Sebut namaku, Camilla.” Danieru menjilati daun telinga Camilla, embusan napas pria itu begitu lembut.
“Ssssttt ... ah, Danieru! Ja-ngan, ah yah! Jangan permainkan aku,” ujar Camilla di sela desahannya.
Danieru melumat daun telinga Camilla, tangannya kembali meremas p******a Camilla dengan agak kasar.
“Danieru,” ujar Camilla dengan suara bergetar.
Danieru kembali menjilati bagian leher Camilla, ia segera bangkit dan membantu Camilla membuka baju. Mata pria itu menatap bagian p******a Camilla, sangat berisi dengan p****g yang mengeras dalam posisi tegak.
Camilla menatap Danieru yang masih termenung menatapnya, wanita itu menarik tangan Danieru hingga pria itu terjatuh dan menindihnya.
“kau sangat tidak sabaran,” ujar Danieru.
Camilla segera mengecup bibir Danieru, wanita itu menuntun tangan Danieru untuk meremas payudaranya.
Danieru yang mengerti keinginan Camilla menahan tangannya, ia segera melepas lumatan bibir mereka dan melumat p****g p******a Camilla.
“Ah ... Danieru, ah yah!” Camilla memejamkan mata, ia merasa kenikmatan menyerang begitu cepat. Rasa geli saat Danieru menyusu pada payudaranya begitu nikmat, ia sampai membelalakkan mata karena rasa itu terus menghujaninya.
Danieru sengaja menyusu seperti bayi, ia sedikit menggigit bagian p****g p******a Camilla. Tangan pria itu meraba bagian kewanitaan Camilla, ia kemudian melepaskan celana pendek nan longgar yang Camilla kenakan. Camilla tidak mengenakan pakaian dalam, dan itu membuat Danieru mudah menelanjangi calon istrinya itu.
Danieru melepas lumatannya pada p****g p******a Camilla, ia membuka membuka kancing bagian atas kemejanya. Pria itu segera menatap bagian intim Camilla, bersih dari bulu, begitu menggoda.
Camilla yang tidak mendapatkan sentuhan lagi merasakan kecewa, ia segera duduk, menarik Danieru dan membaringkan pria itu di atas ranjang. Camilla menindih tubuh Danieru, ia menggesekkan bagian kewanitaannya pada kejantanan Danieru yang sudah menegang dan masih disembunyikan oleh celana.
“Apa kau ingin memperkosaku?” tanya Danieru.
Bukannya menjawab, Camilla malah melepaskan satu-persatu kancing kemejanya Danieru, setelah selesai, ia menelan ludah. Tubuh Danieru begitu terawat, bagian otot pada bagian perut membuat Camilla tambah menginginkan Danieru.
Danieru menyeringai, ia segera membalikkan keadaan. Kini Camilla kembali berada di bawah kuasanya, dan Daniel juga kembali menyusu pada p******a Camilla.
“Danieru, ah ... cepatlah,” ujar Camilla.
Danieru meraba bagian kewanitaan Camilla, ia memasukkan satu jarinya dan menyentuh bagian k******s Camilla.
“Danieru, ah ... yah! Ssst ... faster!” Camilla tak bisa bertahan, rasanya semakin nikmat saat Danieru memainkan klitorisnya. Ia bergerak gelisah, ia ingin Danieru memasukinya tanpa henti. Bayangan percintaan panjang yang panas menghantui Camilla, ia benar-benar ingin Danieru mengakhiri permainan ini.
Tetapi berbeda dengan Camilla, Danieru malah lebih senang mempermainkan Camilla. Pria itu ingin membuat Camilla tersiksa dengan nafsunya sendiri, ia ingin melihat sampai pada batas mana wanita itu terlihat begitu bodoh.
“Danieru, ah yah! Masuki aku, cepat.” Camilla sudah sangat memaksa, ia hampir menangis karena Danieru masih betah mempermainkannya.
Danieru segera memasukkan dua jarinya ke dalam liang nikmat Camilla, ia menyeringai saat Camilla terlihat menahan kenikmatan. Pria itu memaju-mundurkan tangannya, dari tempo yang pelan, terus dan menjadi tempo cepat.
“Ah ... ah ... ah, Danieru ... lebih cepat!” Camilla bergerak gelisah, ia meremas payudaranya kuat.
BRAK!!!
Pintu segera terbuka, seorang pria dengan setelah jas hitam segera masuk. Ia membungkuk, sedangkan matanya menatap lekat ke arah Danieru.
“Tuan, waktunya kita kembali ke kantor. Ada rapat pemegang saham yang harus segera kita hadiri,” ujar pria itu.
Danieru masih terus bermain dengan Camilla, ia menyeringai saat Camilla membuka mata. Wajah kaget wanita itu begitu lucu, tatapan kata Camilla juga sangat menarik.
“Aku harus segera pergi, dokter akan datang dan menyuntikmu.” Danieru segera menyudahi permainannya, ia segera berdiri tegak dan menatap Camilla. Pria itu menatap tangannya yang tadi bermain dengan kewanitaan Camilla, dua telunjuknya terlihat basah.
“b******n! Kau mempermainkanku,” ujar Camilla.
“Kita akan melanjutkannya lain waktu,” sahut Danieru. Ia segera melumat dua telunjuknya yang basah. Setelah selesai, Danieru menatap Camilla.
“Lain waktu aku akan menjilatinya hingga kau tak sadarkan diri,” ujar Danieru.
Camilla membuang muka, ia benar-benar kesal. Tetapi, tubuhnya memang terasa lebih ringan sekarang.
Danieru tak peduli, pria itu segera keluar bersama bawahnya. Sedangkan seorang dokter yang dikhususkan untuk Camilla segera masuk, ia membawa alat-alat suntik dan tersenyum hangat.
Camilla segera mengulurkan tangannya, ia sudah sangat paham dengan apa yang akan dokter itu lakukan.
“Anda sangat cantik jika tidak mengenakan busana, Nona.” Dokter itu segera melakukan tugasnya, ia tak peduli pada respons Camilla selanjutnya.
Camilla yang sudah mendapatkan suntikan segera tenang, ia terbaring di atas ranjang dan menutup matanya. Kembali pada kegelapan, dan itu semua karena Danieru. Sebelum kesadarannya benar-benar lenyap, Camilla ingat jika ibu kandungnya adalah dalang di balik penderitaannya.