Bab 2. Bukan Aca, Tapi Ara!

2258 Kata
"Sumpah dingin banget. Se-niat ini gue ternyata sama kak Ken. Awas aja kalau gue gak jodoh sama dia." Gerutu Ara masuk ke dalam pesawat. Dia lupa membawa jaket dan hanya memakai baju tipis aja akibat terlalu terburu-buru. Ini saja sebenarnya sudah perjuangan banget untuk tidak ketahuan oleh kakaknya. Ara buru-buru mengambil selendang tipis dari dalam tas punggung bawaannya, menutupi kepalanya. Ia mencari tempat duduk sesuai dengan tiket pesawat yang sudah ia pesan. Agak kesusahan karena ia selalu saja disalip oleh penumpang pesawat yang lainnya. "Nah, itu dia!" Kata Ara sangat senang ketika melihat nomor kursi yang sesuai dengan tiketnya. Ia terburu-buru menuju ke kursi itu, hampir berlari jika ia tidak diseru untuk jangan membuat keributan. "Iya, pak. Maaf." Ujarnya meminta maaf. Ia kini berjalan hati-hati menuju kursinya. Namun ketika bokongnya hendak menyentuh kursi, ia tak sengaja melihat Ken dengan Kasandra yang duduk berdampingan. Itu membuatnya cemburu akut. Ia bahkan sampai menarik-narik kain yang entah siapa pemiliknya karena fokus matanya masih pada dua sejoli yang romantis itu. "Maaf, mbak. Jangan tarik jaket saya." Kata seorang perempuan, membuat Ara terkejut. Ia sontak meminta maaf dan langsung duduk. Tapi tak alih, matanya masih memperhatikan ke arah belakang, tepatnya ke arah Ken dan Aca. Ia mengeluarkan cermin di tasnya, di tempel di kursi di depannya agar ia bisa tetap memantau dua orang itu. Ia begitu kesal, sepanjang waktu menggerutu, memberikan sumpah serapah dalam hati kepada Kasandra yang sudah berani memacari idolanya. Untung saja kegiatan Ara yang seperti ini tak diketahui oleh Ken dan pacarnya. "Ish, kok mereka senyum-senyum gitu!" "Woi Kasandra!. Kak Ken punya gue, bukan punya Lo!" "Sumpah, tangannya geli banget nyentuh-nyentuh wajah suami halu gue!" "Woi Kasandra!" Kiranya seperti itu gerutuan batin Ara kepada Kasandra yang notabennya sebagai pacar resmi namun dirahasiakan oleh Ken. "Mbak, kaki saya jangan di injak-injak ya, mbak." Peringat perempuan di sampingnya. Ara melihat ke bawah, dan ternyata benar kalau tanpa sadar kakinya sudah menginjak kaki perempuan itu, bahkan juga menjadi kotor oleh alas sepatunya. "Eh, maaf mbak. Gak sengaja." Ujarnya. Ia tersenyum merasa bersalah. Ia mengambil cermin yang tadi ia gunakan, menaruhnya kembali ke dalam tasnya. "Aish!" Gerutu Ara. Perempuan yang ada di dekatnya tertawa melihat Ara. "Mbak suka sama aktor Ken ya, mbak?." Tanyanya. Ara menoleh ke arah perempuan itu, nyengir, "banget. Dia idola aku banget. Kalau bahasa gaulnya sih suami halu aku, mbak. Mbak suka juga?" Perempuan itu menggeleng. "Anak saya yang suka, mbak. Dia sampai tergila-gila dengan aktor Ken. Sampai-sampai setiap malam tidak bisa tidur kalau belum melihat fotonya. Aneh banget kan ya, mbak?" Dengan tegas Ara menggeleng, "tidak. Anak mbak tidak aneh, tapi KEREN!. Soalnya aku juga melakukan hal yang sama, mbak. Gak bisa tidur, bahkan gak mampu nafas kalau gak lihat foto kak Ken." Jelas Ara terdengar berlebihan. "Mbak terlalu berlebihan. Kalau dengan tidak melihat aktor Ken membuat mbak tak bisa bernafas, bagaimana kalau dia bersama perempuan lain. Contohnya sekarang, dia bersama perempuan lain dan bermesraan di dalam pesawat. Perasaan mbak pasti sakit melihat idola sendiri bersama perempuan lain dan lebih mesra, kan?" Tanya perempuan itu yang masih muda itu. Deg. Ara tak bisa mengatakan apapun, namun perasannya sakit mendengar hal itu. Pada hakikatnya, apa yang dikatakan perempuan di sampingnya ini sangatlah benar. "Mbak umurnya berapa? Anak mbak umurnya berapa juga?" Tanya Ara. "Umur saya masih 32 tahun, mbak. Sedangkan anak saya baru 10 tahun. Dia menyukai aktor Ken dari film yang kemarin rilis. Saya sendiri sampai kebingungan bagaimana cara mengakalinya agar tidak terlalu menyukainya." Jawab perempuan berkepala tiga itu. "Keren banget. Umur segitu udah nge-fans sama kak Ken. Dia pasti gak cemburu kalau melihat idolanya bersama perempuan lain, sedangkan aku disini malah kretek-kretek hatinya." Gumam Ara pelan. Ia menghela nafas kasar, cukup menyesali keputusannya untuk ikut ke Bali hanya demi melihat kemesraan mereka. "Apa gue balik ke Jakarta lagi ya?." Tanyanya pelan. Ia memerosotkan tubuhnya lemah. "Kakak, jemput." Rengek Ara lemah. *** Dari kejauhan Ara masih memantau Ken dan Aca yang menunggu di depan Bandar Udara Internasional Ngurah Rai. Ia menyembunyikan sebagian wajahnya dengan selendang tipis. "Gak. Gue gak boleh nyerah gitu aja. Gue sampai sejauh ini, bahkan sampai bohong sama papa. Kali aja kak Ken luluh sama perjuangan gue. Siapa tahu?!" Ujar Ara. Ia melipat tangannya di depan d**a, tatapannya tajam mengarah kepada dua orang itu. Bahunya ditepuk pelan, ternyata dari perempuan yang ada di sampingnya tadi. "Mau barengan, mbak?" Tanya perempuan itu. Ara menggeleng, "tidak, mbak. Terimakasih." Jawab Ara. "Kalau begitu saya duluan ya, mbak." "Hati-hati!" Ara beranjak lebih dekat dengan mereka, namun tetap menyembunyikan keberadaannya. Ia terlihat seperti memata-matai Ken dan Kasandra. Beberapa orang menatapnya aneh, tapi Ara hiraukan hal itu. Ia menganggap kalau Ken lebih penting dibandingkan pendapat mereka semua tentangnya. "Ke Ulu Segara Luxury Suites & Villa ya, pak." Sayup-sayup terdengar Ken memberitahukan alamat kepada sopir taksi yang berhenti di depan mereka. Kemudian mereka masuk dan pergi meninggalkan bandara. Ara membulatkan mata ketika mendengar nama tempat itu yang disebut oleh idolnya. "Widih! Ulu Segara Luxury Suites & Villa. Kayak mau honeymoon aja kalian berdua!" Cerca Ara dalam hati, tidak suka dengan pilihan mereka yang terlalu romantis, menurutnya. "Gue juga harus ke sana!" Putus Ara. Ia menarik kopernya, melambaikan tangan pada salah satu taksi yang lewat dan masuk dengan cepat sesaat setelah kopernya dimasukkan ke bagasi. Ia menyebutkan alamat yang sama dengan yang disebutkan oleh Ken sebelumnya. "Ulu Segara Luxury Suites & Villa, pak." Katanya. "Siap!" "Gapapa deh jadi nyamuk, asal mereka gak berduaan. Enak aja!" Gerutu Ara pelan. Ia mengaktifkan ponselnya dan juga data internet untuk melihat update terkini dari idolanya, tentu saja. Terkait kuliah, ia sengaja izin pada dosennya selama seminggu, setidaknya sampai ia benar-benar memastikan rasa penasarannya pada pasangan itu. "Wuih! Rame amat!" Ujarnya. Ia melihat begitu banyak notifikasi yang masuk ke dalam ponselnya, dan kebanyakan semuanya adalah menanyakan kabar terkini tentang Ken yang memiliki pacar. Ia kemudian teringat dengan ucapan sang kakak kalau hal ini tidak boleh bocor ke media, sehingga ia memutuskan untuk melakukan klarifikasi. Aish! Klarifikasi?!. Please. ~•~ DEAR KAWAN GUE, SAYANG ONLINE GUE, Kalian semua nunggu klarifikasi dari gue tentang babang Ken kan, ya?. Jadi gini guys, kayaknya kemarin gue mabuk deh makanya sampai ngetik gak jelas di grup. Jadi, yang benar itu babang Ken kita gak punya pacar. Jadi, dia seutuhnya masih miliki KITA. YEAY!!! Jadi, stop ya mikir negatif. Sekarang kita fokus ngerajut kehaluan yang luar biasa tentang babang Ken saja. Dan ya, satu hal lagi guys. Jangan kangen ya, gue gak bakal muncul lagi selama beberapa hari. Gue mau hibernasi dulu. SEKIAN, SALAM SAYANG, ISTRI HALUNYA BABANG KEN ~•~ Terkirim. "Mampus deh kalian gue kibulin!" Kata Ara. Ia mematikan ponselnya, melihat ke arah jalanan. Ia kembali memikirkan tentang ucapan perempuan yang ada di sampingnya itu. "Bagaimana kalau benar-benar terjadi kalau kak Ken nikah sama orang lain? Gue sanggup gak, ya?. Apa gue harus membakar semua poster tentang kak Ken? Menghapus fotonya yang hampir 10 GB di laptop gue?. Gak rela banget rasanya.." gumam Ara. Tidak lama, ponselnya kembali ribut dengan notifikasi. Kebanyakan diantaranya menanyakan tentang apakah kabar yang ia berikan itu sudah valid atau belum, dan beberapa memberikan ucapan padanya untuk enjoy masa hibernasi seperti yang ia katakan di grup fanbase itu. "Maaf guys, tapi udah gue bilang sebelumnya kalau kak Ken milik kita bersama, tapi kalau bisa milik Ara seorang aja." Katanya dan menonaktifkan data internetnya. Drtt... Drtt.... My Bro Ed is Calling... Tanpa ragu, Ara menggeser ikon merah, menolak panggilan dari kakaknya. Dia tak mau mendengar ceramah selama lebih dari satu hari, dengan topik yang seputar itu-itu saja. "Maafin gue kali ini, kak Ed. Mau memperjuangkan hati dulu. Nanti aja gue post foto Lo yang pake boxer pink," ujarnya. Tidak lama, kembali terdengar suara pesan masuk. Itu dari kakaknya, Edward. 'Kenapa gak bilang sama kakak kalau pergi ke Bali buat hadirin pesta temen?. Kakak udah transferin uang buat belanja. Jangan lama-lama, entar kakak gak ada temen berantem. Enjoy!' Membaca pesan itu membuat Ara berdecih. "Bisa juga takut gue lama pulang. Mana ngirimnya banyak banget lagi. Yaudah deh, gue gak jadi post foto aib Lo." Kata Ara, merasa senang melihat perhatian dari kakaknya. 'Thanks.' balas Ara. Terkirim. *** "Wow!" Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut seorang Arabella alias Ara ketika melihat pemandangan dari villa yang ia tempati. Ia sengaja memilih villa yang berdampingan dengan Ken. Tapi untungnya lagi adalah kamar villa Ken dan Kasandra itu terpisah. Itu membuat Ara senang dan sedikit tak menyesali keputusannya untuk mengekori keduanya sampai di tempat ini. "Pantas saja kak Ken milih tempat ini. Bagus banget view-nya. Kalau gue sama kak Ken nanti nikah, bakal lebih bagus lagi gak ya view-nya?" Tanya Ara, mulai nge-halu. Dia mengabadikan pemandangan ini dari ponselnya, kemudian mempostingnya di akun Insta9ramnya. Caption yang ia tulis sangat lah kocak. ~•~ Dear gue, istri halunya babang Ken. Entah darimana gue dapet keberanian sampe kesini. Tapi yang pasti, harapan gue cuman satu. Tuhan, buatlah babang Ken jadi milik gue seorang. Gue cuman minta itu aja, selebihnya pending aja kalau belum perlu. Tapi kalau yang ini urgent banget, harus disegerakan. Maksudnya segera memiliki babang Ken, hehe. Btw, view-nya bagus kan? Gak kayak hati gue sekarang yang kretek-kretek. Did you see it? So hurt!. Hhh... Lama-lama lelah juga ya?. ~•~ "Ternyata lelah juga ya." Gumam Ara. Dia membaringkan tubuhnya sambil menscroll media sosial. Tanpa sadar, hal itu membuatnya terbuai dengan rasa kantuk. Ia tertidur. *** Sore hari Ara baru terbangun. Ia bahkan belum sarapan sedikitpun. Sebelum keluar, ia memutuskan untuk membersihkan diri. Tak lupa, ia menyetel lagu yang pernah dinyanyikan oleh Ken di sebuah konser. Ia selalu menyetel lagu itu, tak pernah ganti. Mengikuti setiap alunan lagu, sambil menggosok-gosok badannya. "I love you kak Ken!" Soraknya, kemudian berdansa gila. Ia bahkan sengaja menumpah lebih banyak sabun mandi cair ke lantai, kemudian menggosoknya hingga keluar busa yang begitu banyak. Kakinya tak henti-hentinya berhentak, menari di atas lantai yang licin. Brak! "Aww! Bok*ng gue!" *** Sendirian, adalah hobi Ara. Dia ke Bali sendiri, tidur di kamar sendiri, bahkan pergi mencari makan pun sendiri. Tapi untungnya, tekadnya yang begitu kuat membuatnya tak bisa menyerah dengan cepat. Tadi, ia sempat melihat Ken dan Kasandra yang balik dari tempat ia makan sekarang. Ia ingin mengikuti mereka lagi, namun perutnya sudah meronta-ronta ingin di isi. Alhasil, daripada menyakiti diri sendiri, ia akhirnya makan sendirian. Di meja makan sendirian. Yang lebih parahnya lagi adalah di pojokan!. Mampus!. "Apes banget dah. Kok gini banget ya nasib gue?" Tanyanya keheranan, meminum jus jeruk yang ia pesan, sambil melihat pemandangan pantai di depannya. Drtt... Drtt.... Kali ini tidak seperti sebelumnya. Ara menerima panggilan dari sang kakak. Memencet ikon loud-speaker tanpa harus menempelnya di dekat telinga. "What?!" Tanya Ara. "Dimana dek?" Tanya Ed langsung. "Lagi makan, nih." Jawab Ada singkat. "Sama siapa?" "Cogan!" "Hah?" Tanya Ed tak percaya. "Ya sendiri lah!. Udah tahu adiknya ini sudah memutuskan untuk jomblo dan akan memecah rekor itu ketika kak Ken melamar Ara. Kenapa masih tanya lagi?. Kenapa emangnya? Mau nemenin? Gak bisa Ed!" Kata Ara dengan nada berapi-api. Entah kenapa, ia kesal setiap kali kakaknya bicara. Tangannya gatal pengen comot bibirnya buat berhenti bicara. Canda, "Kakak kangen. Gak ada yang ganggu kakak seharian ini. Pengen nyusul, tapi nanti takut ganggu adek sama temennya. Hmm..." Kata Ed terdengar lemah. Seketika, Ara terdiam. "Yaudah, besok Ara pulang." Tut.... Ara memutuskan lebih dulu telpon tersebut. Ia menatap lamat ponselnya dan tersenyum. "Kenapa itu orang? Kesambet kali ya?." Tanyanya. *** Ara resah, gelisah, setelah melihat postingan dari  Ken yang menampilkan sebuah view malam yang begitu indah. Samar-samar terlihat siluet seorang perempuan yang membelakangi kamera. Dan sayangnya, Ara tahu siapa perempuan itu. Terlebih, caption yang ditulis oleh Ken juga semakin menambah keresahan jiwa dan raga Ara. 'Malam yang sangat indah bersamamu. K (emot love)' "Inisial K itu pasti maksudnya Kasandra. Bukan Ken. Aish!" Kesalnya. "Tidak. Ini tidak bisa dibiarkan. Jiwa bar-bar ku keluar. Aku harus menemui kak Ken. Toh dia tidak akan memarahiku!" Ara keluar dari kamar villanya menuju villa Ken. Sepi, tidak ada orang. Pantas saja, Ken sedang bersama dengan Kasandra alias Aca. Karena model kamar villanya dengan Ken sama, ia bisa dengan mudah mengenali setiap sudut ruangan itu. Ara menuju kamar Ken. Baru saja masuk, ia langsung berbaring di ranjang Ken. Ia menghirup aroma maskulin yang keluar dari kain itu. "Aroma parfum kak Ken." Gumamnya. Ia beranjak, membuka lemari pakaian Ken. Mengambil satu baju dan memeluknya layaknya orang gila. "Serasa bisa digapai kalau kayak gini." Gumamnya, lagi. Tak sampai di situ, ia juga masuk ke kamar mandi dan mencoba memakai sikat gigi Ken. Katanya seperti ini, "biar pernah ciuman sama kak Ken lewat jalur gigi." Terlalu lama tour di kamar Ken, ia lelah sendiri, membuatnya berbaring di ranjang Ken. Terlalu lama membuatnya terhanyut dan ketiduran. *** Tidur Ara terganggu ketika ia merasakan banyak sentuhan di tubuhnya. Ketika ia benar-benar sadar, ia tahu kalau yang melakukan itu adalah Ken. Ia memang senang bisa dekat dengan idolanya, di atas kasur yang sama seperti yang ada di setiap mimpi halunya, hanya saja ia risih dengan perlakuan Ken yang semakin lama semakin kasar. Terlebih, nafas yang ia hembuskan menandakan kalau dia sedang mabuk. "Kakak mabuk?" Tanya Ara. Dia mencoba bangun, tapi Ken kembali menarik tubuhnya hingga terjatuh. Dia berada tepat di bawah Ken yang sekarang sedang menatapnya dengan kesadaran yang dipertaruhkan. "Aca, kenapa kamu menolak lamaran ku?" Tanya Ken di bawah kendali alkohol. Deg. "Sakit sekali. Ternyata kak Ken melakukan ini bukan karena suka dengan Ara, tapi karena dia menganggap gue sebagai Aca." Batin Ara. Dia terlihat syok mendengar itu. "Ini bukan Aca, kak. Ini Ara," ujar Ara menolak setiap sentuhan Ken padanya yang terkesan memaksa. "Tidak. Kamu adalah Aca-ku."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN