Tale 11

1336 Kata
Selama Siva sedang membuatkan minuman, gue mengamati sekeliling ruang tamunya. Rumah ini megah banget. Sebelas dua belas - lah sama rumah gue yang digarap oleh arsitek nomor wahid. Berarti ... Siva emang benar - benar anak orang tajir. Tapi dilihat dari penampilannya, Siva sangat sederhana. Bener - bener nggak mencerminkan keaslian dari hidupnya. Satu nilai positif sudah gue dapat dari Siva. Gadis yang baru gue kenal selama dua jam. Kayanya gue udah nemuin orang yang tepat buat ngisi hati gue. Namun terlintas satu halangan di benak gue. Siva sudah punya pacar. Dan kelihatannya Siva sayang banget sama pacarnya itu. Yang paling ngenes, Siva nerima sang Pacar apa adanya. Buktinya Siva udah jadi pacarnya sejak sebelum si Uki terkenal. Waktu itu, kan, dia masih miskin. Siva rela melakukan apapun demi ngebahagiain Uki. Meski pun pada akhirnya dia sendiri yang harus tersakiti. Bego banget cowok yang udah tega nyakitin cewek sebaik Siva! "Nih, Ga!" Siva menyodorkan secangkir kopi hitam. "Thanks!" Siva tersenyum, manis banget. "Diminum, dong!" "Iya." Gue ngambil cangkir yang terletak di meja dan minum kopi buatan Siva. "Mantep banget, Siv!" puji gue tulus. "Halah kopi doang, di mana enaknya coba? Di mana - mana kopi rasanya, ya, begitu!" Siva kemudian tertawa lagi. Gue menikmati renyahnya tawa Siva. Indah banget. Wajahnya cantik, senyumnya manis, dan dia juga rendah hati. "Gue nggak bohong, Siv! Kopi item buatan lo, numero uno!" Gue malah ngikutin iklan di tivi. Seketika Siva semakin terbahak - bahak. "Lo tiap hari sendirian begini?" tanya gue kemudian. "Nggak, kok. Ada pembantu!" jawabnya. "Cuman jam segini mereka udah pada tidur." "Ya elah, sama, dong, kayak gue! Gue juga cuman ditemenin pembantu di rumah!" Gue perhatiin wajah Siva untuk yang ke sekian kalinya. Ini udah larut. Lampu di rumah ini juga hanya beberapa saja yang masih menyala. Suasana jadi romantis. Seperti candel light dinner yang manis. Dan Siva ... posisinya begitu deket sama gue. Tangan gue menggapai wajah Siva. Gue elus pipinya yang chubby. Perlahan gue dekatkan wajah ke Siva. Siva pun tidak menolak. Kami seperti terbawa suasana. Sudah sedikit lagi. Dan kami akan segera melakukannya. Tapi tiba - tiba Siva tersentak mundur. Well ... gue juga akhirnya sadar. BEGO BEGO BEGO. Kenapa bisa nggak terkontrol, sih? Siva menepis gue dengan cepat sebelum hal itu benar - benar terjadi, dan menodai cinta suci Siva dengan Uki selama ini. "Sorry, Siv!" ucap gue segera. Setan banget perbuatan gue tadi. Gimana gue bisa berniat buat ngelakuin itu, sih, tadi? "Nggak apa - apa. Salah gue juga!" Wajah Siva menunduk sekarang. Gue tahu bahwa dia juga sangat menyesal. Bener - bener pacar yang baik dan setia. Andai yang telah memelikinya adalah gue. Pasti gue bakal jadi yang terbaik buat dia. Nggak kayak si Uki itu! "Gue salut sama lo. Uki bener - bener beruntung dapetin lo." Siva tersenyum tipis. "Dan gue berharap, bahwa gue juga beruntung ngedapetin Uki." Siva terlihat kembali murung. Salah ngomong, deh, gue tadi. Kenapa harus ngomongin Uki g****k itu. Siva, kan, jadi kebawa perasaan lagi. "Siv, gue minta nomer HP lo, dong! Boleh?" Gue segera ngalihin pembicaraan. Biar nggak kelamaan canggung sama Siva. Siva dengan hatinya yang mulia, segera ngasih nomor HP dia ke gue. "Kapan - kapan gue telepon, ya!" kata gue sambil cengar - cengir. "Iya." "Betewe, gue pulang aja, ya, Siv! Udah malem banget ini. Gue nggak pengen tiba - tiba khilaf kayak tadi." Siva mengangguk, setuju dengan pernyataan dan acara pamitan gue. Gue dan Siva berjalan beriringan menuju pintu depan. "Makasih udah nganterin, ya, Ga!" Siva ngomong makasih lagi. "Gapapa, Siv. Udah gue bilang, nggak usah ngomong makasih! Gue juga yang maksa tadi." Gue cengengesan lagi. Siva tertawa seperti tadi. Gue ikut tersenyum menyaksikan gelak tawa Siva sembari masuk ke dalam mobil. Tiba - tiba ada orang yang menyelinap di antara kami. Wait ... wajahnya nggak asing. Dia itu bukannya .... "Uki? Kamu di sini?" Siva tersenyum senang menyambut kedatangan si Uki. "Dia siapa, Siv?" ketusnya. Gue mencium bau sesuatu yang tidak baik akan terjadi. Untuk itu gue segera turun lagi dari mobil buat lurusin semuanya. Sebelum Uki benar - benar salah paham! "Cewek lo sayang banget, Bro, sama lo! Lo beruntung dapetin dia!" ucap gue. "Lo siapa?" Dia ketus banget sama gue. "Gue Naga. Tadi gue nggak sengaja ketemu Siva di resto. Dia lagi sendirian, nangis! Makanya gue hampirin dia." Uki mengamati gue dari ujung kaki hingga kepala. Siva menatap kami dengan was - was. Sedangkan gue? Sedikit merinding juga dengan cara si Uki mengamati gue. Gue harap dia bukan ... homo. "Gue pengen ngomong sama lo bentar!" ucap Uki. "Apa?" Gue bingung, mau ngapain si Uki ngajakin gue ngomong? Uki mengecup kening Siva singkat. Dia kemudian ngasih isyarat ke gue buat ngikutin dia. Gue dan Uki melenggang pergi menjauh dari Siva yang makin terlihat khawatir. "Lo suka, kan, sama Siva?" tanyanya. DEG. "Bro ... gue bisa ...." Gue pengen banget jelasin bahwa semua hanya salah paham. Tapi ... ya emang bener, sih, kalo gue tertarik sama Siva. "Nggak apa - apa, gue nggak marah. Gue malah mau bilang makasih sama lo!" kata Uki lagi. Apaan? Nggak salah denger gue? Uki malah bilang makasih? "Maksud lo apa, sih, Bro?" bingung gue. "Gue minta tolong sama lo, please jagain Siva! Meski pun gue baru kenal sama lo, tapi gue yakin, bahwa lo adalah cowok yang baik, dan pastinya bisa jagain Siva gue!" "M - maksud lo?" "Udah ... gue minta tolong sama lo, ya, Ga!" Uki kemudian berbalik, melenggang pergi. "Heh, Ki!" cegah gue. Gue masih mau berusaha ngintrogasi Uki. Tapi dia udah jalan cukup jauh. SH1T! Apa - apaan, sih, ini bocah? Uki akhirnya berhenti di depan Siva. Gue yang dari tadi berusaha ngejar dia, juga ikut berhenti. "Siv, aku rasa kita sampai di sini aja. Naga lebih baik dari aku!" kata Uki ke Siva. Siva terperagah. Gue juga! Apa maksud Uki bilang begitu? Uki bener - bener aneh! "K - kamu mutusin aku, Ki?" Siva sudah kembali menangis, sama seperti saat di restoran tadi. "Iya," singkat Uki. "T - tapi ... kenapa?" "Aku bukan cowok yang cukup baik untuk kamu Siva!" "Uki ... aku cinta sama kamu!" kata Siva di tengah - tengah isakan. "Aku juga cinta sama kamu, Siv! Tapi aku nggak cukup baik buat kamu!" "Ki, apa ini gara - gara kamu ngerasa bersalah udah sering ninggalin aku? Aku nggak apa - apa, Ki. Aku bisa ngerti, kok!" "Kalo aja aku bisa bilang apa sebabnya, Siv! Tapi udah cukup kamu menderita gara - gara aku selama ini. Semua ini aku lakuin untuk kebaikan kamu. Mungkin Naga bisa jadi pengganti aku, yang lebih layak untuk kamu!" "Tapi, Uki ...." BUG! Sebuah bogem mentah menghantam pipi Uki. Dari siapa lagi kalau bukan ... DARI GUE! Gue mencengkeram kerah kaos Uki. "Heh, lo pikir sebegitu gampangnya bisa mutusin Siva? Apa lo nggak mikir pengorbanan dia selama ini, hah?" maki gue. Uki memegangi pipinya yang habis gue bogem sementah - mentahnya. Tapi Uki justru tersenyum. Gila kali dia, ya? Apa tonjokan gue kurang sakit? "Siva itu selama ini sabar nungguin lo, Ki! Dia berharap bahwa suatu hari nanti bakal dapet hal yang setimpal sama penantian dia. TAPI APA? Lo malah tiba - tiba mutusin dia. Lo sama sekali nggak hargain dia!" "Justru karena gue hargain dia, makanya gue putusin dia, Ga!" Uki melepaskan cengkeraman gue dari kerahnya. Dia segera memeluk Siva dengan erat setelah itu. Sebelum akhirnya, dia pergi duluan dengan mobilnya. "Siva ...." Suara gue terhenti kala melihat Siva yang dengan tatapan putus asa menatap kepergian Uki. Gue tadi sebenarnya ingin sekali ngasih dia dukungan. Semacam kata - kata positif mungkin. Tapi setelah lihat wajah pilunya, gue jadi nggak tega. "Siv ...." Gue mengelus pundak Siva, kemudian meluk dia dengan erat. Siva nangis sejadi - jadinya dalam pelukan gue. Segumpal rasa benci yang mendalam, telah tertanam dalam hati gue ... untuk Uki. Seonggok sampah lain, yang baru saja gue kenal. Dan sebuah rasa simpati yang tulus, untuk seorang gadis manis yang sedang ada di dalam pelukan gue sekarang ini. Gue janji dalam hati, bahwa gue bakal jagain Siva sebaik mungkin. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN