Pagi ini, Tania sudah di buat repot dengan rapat dadakan yang akan di adakan di kantor. Biasanya memang rapat akan di atur sebagai mana layaknya kantor - kantor pada biasanya, namun kali ini sepertinya akibat ada beberapa masalah mendesak membuat Tania terburu - buru untuk kesekian kalinya. Saat sekretarisnya menelpon tadi, Tania saja bahkan langsung segera bangkit dari tidurnya.
Sambil menerima telepon yang terdengar penting itu, ia berjalan keluar dari dalam kamarnya. Tania tidak ingin membuat suaminya terbangun karena ia tahu betapa lelahnya berkerja, belakangan ini juga suaminya sering kali pulang larut malam karena rapat - rapat atau harus meeting bersama dengan klien.
Meski sebenarnya berbeda perusahaan, namun Tania dan Bayu memang saling bersepakat untuk saling mengerti. Apa lagi hubungan mereka terjalin hampir 5 tahun lamanya, 3 tahun berpacaran dan 2 tahun dalam pernikahan. Tania sengaja tidak berkerja di perusahaan yang di dirikan oleh Bayu, bukan karena tidak ingin tapi Tania tidak ingin mencampur urusan pribadi dengan pekerjaan. Itulah sebabnya Tania lebih nyaman untuk bertahan dengan pekerjaanya sekarang, lagi pula Tania merasa nyaman dengan pekerjaannya dan berkat kantornya sekaranglah Tania dulu bertemu dengan Bayu.
"Baik saya akan segera bersiap satu jam lagi saya akan jalan," ucap Tania lalu mengakhiri panggilan itu, tangan Tania memijat belakang lehernya yang terasa pegal.
Meski dengan langkah yang malas, Tania yang masih setengah mengantuk kembali masuk ke dalam kamar. Ia melihat di ranjang tempatnya tidur Bayu masih tertidur dengan pulas, Tania tersenyum kecil melihat pemandangan itu kemudian berjalan menuju kamar mandi dengan langkah yang pelan, sebisa mungkin Tania tidak ingin menganggu tidur suaminya itu.
***
Selepas bersiap diri, Tania mematut dirinya di depan cermin sambil memeriksa kembali penampilannya. Tania tersenyum merasa sudah puas, ia melirik jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 06.15 pagi, artinya waktu Tania sudah semakin terbatas.
"Sudah mau berangkat?" tanya Bayu yang baru saja membuka matanya, suara Bayu terdengar serak khas orang yang baru bangun tidur.
Tania mengarahkan pandangannya menatap Bayu lalu menganggukkan kepalanya, "aku ada rapat mendadak," ucap Tania pasrah, sudah menjadi makanan tersendiri bagi Tania dengan jadwal rapat yang terkadang tidak terjadwal.
Bayu membangunkan dirinya, ia mengubah posisinya menjadi bersandar sambil meminum air putih yang ada di atas lemari tepat di samping tempat tidur.
"Aku pergi ya," ucap Tania menghembuskan napas berat.
Bayu meletakkan gelasnya ia memeluk pinggang Tania meletakkan kepalanya tepat di perut Tania, "aku masih kangen," ucap Bayu yang menurut Tania itu sangat menggemaskan.
Tania mengusap kepala Bayu, "sayang sekali aku gak bisa nikmatin tingkah manja kamu lebih lama, maaf banget mas aku harus berangkat. Aku juga kangen kamu mas," ucap Tania dengan senyum tipis, pelukan itu terlepas.
Tania memegang rahang Bayu lalu mendongakkan kepalanya, mata mereka bertemu dalam tatapan lalu Tania mendekatkan wajahnya dengan cepat mengecup bibir Bayu.
"Morning kiss," ucap Tania dengan kekehan, Bayu juga ikut terkekeh mendengarnya.
Mata Bayu masih menatap ke arah Tania, "hati - hati ya," ucap Bayu dengan nada suara rendah.
Tania menganggukkan kepalanya, "sampai jumpa nanti malam," ucap Tania lalu berjalan pergi keluar dari kamar.
Selepas Tania keluar dari kamar, beberapa saat kemudian Bayu mendengar suara mobil milik Tania yang mulai pergi meninggalkan rumah. Bayu menguap, rasa kantuknya bergabung dengan rasa lelahnya.
Drtttttt! Drtttttt!
Dering ponsel Bayu membuatnya langsung membuka laci yang ada di samping ranjangnya, ia mengambil ponsel miliknya yang memang biasanya ia selalu letakkan di sana.
Kita jadi sarapan bareng 'kan?
06.21
Tentu, sampai bertemu nanti.
06.21
Senyum di bibir Bayu tidak dapat ia sembunyikan, ia meletakkan kembali ponselnya lalu berdiri dari posisinya. Entah ke mana perginya rasa mengantuk yang tadi seakan siap sedia menyergapnya, mata Bayu terasa terbuka lebar saat ini setelah rasa kantuknya menghilang kemudian melangkahkan kakinya berjalan menuju kamar mandi untuk menyelesaikan rutinitasnya.
Sesaat kemudian Bayu keluar dengan setelan pakaian yang sudah di siapkan oleh Tania, ia berdiri di depan cermin setinggi dirinya masih dengan rambut yang sudah tersisir rapi namun masih agak basah. Sambil melilitkan dasi di lehernya, Bayu terlihat cepat menyelesaikan semuanya. Langkahnya berganti ke tas jinjing yang ada di atas kasur, Bayu mengambil tas kerjanya itu lalu berjalan keluar dari kamarnya.
"Pak sarapan dulu saya sudah siapkan makanan," ucap Bibi yang memang berkerja di rumah Tania dan Bayu.
Sebenarnya Tania dan Bayu tidak tinggal sendirian di rumah yang cukup besar ini, ada Bibi yang bertugas membereskan pekerjaan rumah dan memasak, ada 2 orang satpam yang bertugas menjaga di depan dan juga ada tukang kebun yang bisanya datang 2 kali dalam sebulan.
Bayu tersenyum tipis kemudian menggelengkan kepalanya, "saya ada pekerjaan di kantor Bi, saya sarapannya di kantor aja. Saya buru - buru," ucap Bayu lalu melangkahkan kakinya menuju ruang tengah.
Bibi mengikuti dari belakang, "ini makan siangnya Pak, tadi Ibu yang minta buat di masukin ke kotak bekal."
Sambil memakai sepatu di depan pintu depan Bayu menoleh, "untuk saya Bi?" tanya Bayu.
Bibi mengangguk, "iya pak," jawabnya lembut.
Bayu menganggukkan kepalanya dan meraih paper bag yang di sodorkan oleh Bibi, "saya kerja dulu ya Bi," ucap Bayu lalu melangkahkan kakinya ke luar rumah.
Tangan Bayu berputar, ia melirik jam yang ada di pergelangan tangannya. Ia semakin buru - buru masuk ke dalam mobil ketika ia sadar ia hampir telat, kemudian Bayu memakai sabuk pengamannya dan mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Keadaan jalanan saat ini agak sedikit lenggang sebenarnya, membuat Bayu bisa menambah kecepatannya. Ponselnya berbunyi, ia memasang earphone ke telinganya dan menjawab panggilan itu.
"Di mana?" tanya suara yang ada di balik telepon.
Masih dengan pandangan yang fokus pada jalanan Bayu menjawab, "sebentar ya ini sudah masuk parkiran, aku cari tempat parkir dulu. Aku matiin ya," ucap Bayu, ia mengakhiri panggilan di telepon itu setelah mendengar helaan napas berat dari balik telepon.
Bayu melajukan mobilnya menuju ujung lorong, ia menemukan tempat kosong untuk memarkirkan mobil. Setelah itu Bayu keluar dari dalam mobil, ia berjalan menuju lift yang berada tidak jauh dari tempatnya memarkirkan mobil. Beberapa detik kemudian pintu lift terbuka, Bayu masuk ke dalamnya sambil menekan ke angka lantai 20 yang merupakan lantai tertinggi dari hotel ini.
Sesaat kemudian pintu kembali terbuka, Bayu langsung melangkahkan kakinya keluar dari lift. Ia kemudian berjalan menuju pintu restoran yang ada tepat beberapa langkah dari pintu lift, Bayu kemudian mendorong pintu itu dan masuk ke dalam restoran dengan suasana tenang namun terasa dengan jelas kemewahan dalam restoran itu.
"Atas nama siapa?" tanya seorang pelayan yang menyambut kedatangan Bayu.
"Nindiana Khania," sautnya.
Pelayan itu tersenyum, "biar saya antar," ucapnya kemudian, Bayu langsung mengikuti langkah pelayan itu menuju sebuah ruangan.
Pintu di ketuk dari luar oleh pelayan itu, kemudian gagang pintu di dorong perlahan. Tangan pelayan itu seakan memberi tanda mempersilakan Bayu untuk masuk ke dalam, Bayu mengangguk lalu melangkah perlahan.
"Terima kasih," ucap Bayu sebelum benar - benar masuk di dalam ruangan itu.
Saat pintu kembali di tutup dari luar, Bayu melihat seorang wanita duduk dengan wajah yang datar menatapnya dari balik meja makan. Namun, beberapa detik kemudian wajah datar itu berubah menjadi penuh senyuman. Wanita bernama Nia itu berjalan mendekat ke arah Bayu, ia bahkan tidak malu atau ragu untuk melangkah.
Saat jalak mereka perlahan menghilang Bayu juga ikut mendekat, lalu tanpa berlama - lama Bayu kemudian mencumbu bibir Nia merasakan betapa lembutnya bibir Nia.
"Hari ini orange?" tanya Bayu sambil terkekeh setelah ciuman singkat mereka berakhir.
Nia mengedipkan sebelah matanya, "bagaimana kamu tahu?" tanya Nia terlihat bingung sesaat, senyum di bibirnya tidak menghilang sama sekali.
"Aku lebih suka kamu pakai ini daripada lipstick dan sejenisnya," ucap Bayu lalu meraih pinggang Nia, kemudian Bayu melangkahkan kakinya menuju kursi di tempat Nia duduk tadi.
"Sepertinya aku harus membeli semua rasa dari lip cream itu agar kamu tidak bosan," saut Nia sambil tertawa kecil, Bayu ikut tertawa sambil melangkahkan kakinya duduk di kursi yang ada dihadapan Nia.
"Ayo kita sarapan dulu," ucap Bayu, Nia mengangguk pelan lalu mereka mulai menyantap sarapan yang ada di atas meja makan yang sebelumnya sudah di pesan oleh Nia.