Happy reading
Seolah tidak terjadi apapun Firna tersenyum dan tertawa lepas melihat anime yang ditontonnya lewat ponselnya pagi ini. Diruangan itu hanya ada Firna seorang karna Fares tadi izin pergi untuk membeli sesuatu ke luar.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi hari, Firna yang memang sudah mulai bosan karna berjam-jam hanya diam dan menonton akhirnya bosan dan bertanya-tanya kenapa suaminya pergi begitu lama tidak biasanya.
Sepuncuk surat yang Fares tinggalkan diatas nakas kembali Firna liat dan baca. "Kak Fares kemana ya, tumben banget lama." Ucapnya lalu turun dan berjalan keluar ruangan itu melihat kanan dan kiri lorong yang cukup sepi.
Untuk menghilangkan bosan dan jenuhnya Firna memutuskan untuk pergi ke taman rumah sakit, sudah beberapa hari dia disana tidak menghirup udara segar.
Saat berjalan menuju taman Firna tidak sengaja berpapasan dengan tiga orang perawat yang sedang bergosip dengan serius, sayup-sayup Firna denger pembahasan yang sedang mereka bicarakan.
"Kasian banget ya, belum lama lahir ke dunia udah harus balik lagi aja."
"Aku denger-denger dari perawat yang kebetulan ada disana, katanya kena step tau."
"Ngeri banget ya, step emang bahaya kalo gak ketahuan terjadi nya."
Kira-kira seperti itu lah percakapan yang Firna dengar dirinya tidak mendengar banyak Karna kaki nya terus berjalan menuju taman rumah sakit.
Sampai ditaman Firna duduk dikursi taman menatap kesekeliling orang-orang yang berada disana. Tidak ada pemandangan yang menarik disana, Firna hanya menatap lurus daun-daun yang bergoyang tertiup angin.
Firna memejamkan matanya menikmati terpaan angin yang menyentuh halus kulit wajahnya, rasanya sangat lega sekali bisa menghirup udara segar tanpa bebauan obat-obatan.
"Kenapa perasaan aku gak enak gini ya? Sebenernya apa yang terjadi kenapa semuanya terasa aneh?" Bingung Firna memegang letak ulu hati nya yang merasakan pirasat tidak enak.
Saat sedang melihat kesekeliling Firna tidak sengaja melihat ambulans yang baru kembali entah dari mana, Firna yang awalnya hendak menghampiri dokter yang baru turun dari ambulans itu mendadak mengurungkan niatnya saat dokter itu berbicara dengan seseorang dari sambungan telepon nya, Firna memilih untuk berhenti dan mendengarkan obrolan dokter itu.
"Bayi? Meninggal?" Firna semakin kebingungan dengan topik pembahasan orang-orang sekarang, sebenarnya bayi siapa yang meninggal?
"Dokter, maaf." Panggil Firna saat dokter itu hendak pergi setelah menutup telponnya.
Dokter itu menoleh kearah Firna dan cukup tertegun melihat keberadaan Firna yang ada disana tanpa sepengetahuannya. Sebisa mungkin dokter itu bersikap dengan tenang dan santai merespon Firna. "Iya, ada yang bisa dibantu?" Tanya Dokter itu, Firna menggeleng.
"Ngga, aku cuman mau nanya gimana keadaan baby Dino hari ini, dokter belum ada ngasih tau." Ucap Firna membuat dokter itu kebingungan untuk menjawabnya.
"Aku udah boleh liat baby Dino kan, sekarang?" Pertanyaan Firna berhasil buat dag-dig-dug dokter itu apalagi Fares yang tidak ada disana bagaimana dirinya harus menjelaskannya sekarang?
"Maaf sebelumnya--"
"Keadaan baby Dino baik-baik aja kan? Aku khawatir apalagi denger gosip katanya ada bayi yang meninggal, itu bukan baby Dino kan?"
Deg.
Firna menatap ragu dokter itu yang hanya diam didepannya. "Dokter?" Panggil nya.
"Baby Dino baik-baik aja kan, dok?"
"Iya, bayi nya baik-baik saja." Jawab dokter itu berdusta.
Firna menghela nafas lega lalu tersenyum kecil. "Syukurlah, perasaan aku gak enak banget tadi denger bayi meninggal tapi untungnya bukan baby Dino." Ujar Firna dokter itu ikut tersenyum lebih tepatnya tersenyum getir, entah dirinya akan mendapatkan dosa apa karna telah membohongi seorang ibu dari bayi yang baru meninggal dibawah pertanggungjawabannya.
"Apa ada yang mau ditanyakan lagi?" Firna menggeleng.
"Kalo begitu saya pergi dulu." Pamit dokter itu berlalu dari sana dengan perasaan berkecamuk, ada rasa bersalah ketika melihat senyuman Firna karna kebohongan nya, jika saja dia tau apa yang sebenarnya terjadi mungkin tidak akan ada senyuman melainkan tangisan.
*****
"Kak, kakak kemana aja kenapa lama banget?" Tanya Firna saat Fares masuk ke ruangannya.
Fares melihat Firna sebentar, tersenyum lalu membuka jaket yang dikenakannya meninggalkan kemeja hitam yang masih dipakainya.
"Kak, aku mau liat baby Dino bisa kan?" Tanya Firna, gerakan tangan Fares yang sedang menggulung lengan kemejanya berhenti sejenak sebelum kembali melanjutkan nya.
Fares mendekat pada Firna yang sedang duduk di sofa duduk disebelahnya, mengusap rambutnya dengan sayang lalu kembali tersenyum. "Nanti ya, Na." Ucap Fares.
"Kenapa?"
Fares diam bingung memberikan alasan apa kepada Firna. Firna kembali bertanya. "Kak, kok diem?" Tanya nya menatap wajah suaminya yang nampak sedang memikirkan sesuatu.
"Na, gua cape."
"Gua boleh merem dulu sebentar?" Lanjut Fares, Firna yang tidak tega mengangguk dan suka rela membiarkan Fares bersandar di atas bahu nya, tangan kecilnya bergerak mengusap rambut lebat Fares.
Dalam terpejamnya mata Fares membayangkan betapa hancur nya Firna jika mengetahui bayi nya sudah tidak ada, apa yang akan terjadi nanti? Apakah Fares bisa menguatkan Firna padahal dirinya juga sedang rapuh karna kehilangan bayi nya.
Firna tidak tau apa yang Fares pikirankan tapi dari raut wajah dan sikapnya seperti nya ada masalah yang cukup besar dipikiran Fares, tapi apa? Kenapa Fares tidak cerita kepadanya padahal dirinya bisa menjadi tempat keluh kesah suami nya.
Beberapa menit diposisi itu Fares menegakan badannya, menghela nafas pelan lalu berucap. "Na, untuk sementara kita gak bisa liat Dino dulu." Ucapnya, alis Firna mengkerut.
"Kenapa gitu, kak?"
"Tunggu beberapa hari lagi ya, setelah itu baru Dino bisa pulang."
"Beneran kak?" Fares mengangguk dengan ragu.
"Tapi baby Dino gapapa kan tanpa Mimi dari aku?"
"Ngga, Na."
"Oke, aku bakalan sabar demi kesehatan nya Baby Dino."
Melihat senyuman Firna Fares sangat merasa bersalah, jika seperti ini terus sama saja Fares memberikan harapan palsu kepada Firna.
Dirinya harus segera memberitahu Firna, tapi bagaimana caranya? Fares tidak mampu membuat rangkaian kata untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
*****
Malam ini Firna tidak dapat tidur dengan tenang, sudah ke empat kalinya dirinya terbangun dari tidurnya. Hati nya selalu merasa ada yang mengganjal di setiap kali dirinya tidur seolah ada yang tidak dirinya ketahui.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah lima pagi, Firna memutuskan untuk tidak tidur lagi karna merasa percuma. Langkah kaki nya berjalan perlahan menuju kamar mandi untuk buang air kecil terlebih dahulu.
Sampai didalam kamar mandi Firna langsung buang air kecil, namun saat hendak mencuci tangannya Firna tidak sengaja melihat kantong plastik hitam yang berada diatas wastafel.
"Tumben banget kak Fares lupa taro gini." Gumamnya menyampingkan plastik itu terlebih dahulu lalu cuci tangan dan muka sebelum keluar.
Ditaruhnya plastik itu keatas nakas lalu membaringkan diri diatas berangkar kemudian bermain ponsel, Firna sama sekali tidak ada rasa penasaran dengan isi dalam plastik itu.
Perhatian Firna terambil alih oleh tontonan anime lucu diponselnya, bahkan saking terlalu asiknya menonton Firna sampai tidak sadar bahwa dirinya sudah menghabiskan waktu dua jam hanya untuk menonton.
Firna meregangkan otot-otot tangannya, menguap kecil saraya melihat kearah jam. Mentari pagi pun sudah mulai masuk ke celah-celah gordeng jendela yang tertutup.
"Kayanya keliling taman seger." Gumam Firna berinisiatif.
"Tapi kak Fares masih tidur, kasian juga kalo dibangunin." Lanjutnya, jadi tanpa membangunkan Fares Firna memutuskan untuk pergi ke taman rumah sakit sendirian.
Saat Firna keluar dari ruangannya ternyata sudah banyak orang yang mulai melanjutkan kesibukan mereka, beberapa perawat yang tak sengaja berpapasan dengan Firna tersenyum saat Firna menyapa mengucapkan selamat pagi.
Firna duduk dibangku seorang diri pandangan nya fokus kedepan memperhatikan seorang perawat yang sedang mendorong kursi roda pasien yang tidak bisa berjalan karna hanya memiliki satu kaki saja.
Melihat pasien itu tertawa lepas diatas apa yang sedang dirinya alami membuat Firna ikut tersenyum melihatnya.
"Hallo."
Firna menoleh saat ada seseorang yang menyapa nya. "Hai." Balas Firna melihat seorang perawat cantik berdiri dengan senyuman manis kepada nya.
"Kenapa sendirian pagi-pagi begini, keluarga nya mana?" Tanya perawat itu.
"Suami aku masih tidur, aku gak tega bangunin." Jawaban Firna cukup membuat perawat itu terhenyak sesat.
"Oh maaf, mbaknya udah nikah ya. Saya kira masih sekolah, abis muka nya keliatan muda banget." Firna hanya tersenyum tipis menanggapinya.
"Mau saya temani biar engga sendirian?" tanya perawat itu menawarkan diri.
"Boleh kalo suster ngga sibuk."
"Ngga kok, saya lagi luang bingung juga mau ngapain."
"Oh gitu, yaudah deh."
"Mbaknya disini sakit apa? Atau Suaminya yang sakit?" Tanya perawat itu memulai topik pembicaraan.
"Baby aku sakit, udah beberapa hari dirawat disini." Lagi-lagi perawat itu terkejut, rupanya Firna sudah mempunyai bayi.
"Pasti bayi nya perempuan ya?" Firna menggeleng, membuat perawat itu sedikit kebingungan.
"Laki-laki?" Firna mengangguk.
Perawat itu diam sebentar mengingat sesuatu. "Mbak yakin?" Tanya perawat itu ragu, apa Firna sedang bergurau dengan nya?
"Aku becanda?" Tanya balik Firna.
"Maaf mbak, saya ngga bermaksud apa-apa cuman yang saya tau dirumah sakit ini hanya ada dua bayi yang masih menjalani perawatan setelah beberapa hari dan keduanya itu perempuan, saya ingat betul soalnya saya juga ikut menangani nya." Ujar perawat itu.
"Tapi baby Dino itu laki-laki, sus. Kalo suster gak percaya suster bisa tanya sama dokter Anton." Ucap Firna.
Perawat itu kembali diam sejenak lalu teringat sesuatu, ditatapnya lekat wajah Firna lalu bertanya. "Maaf mbak, apa mbak sadar bayi mbak udah meninggal saat pagi kemarin?" Tanya perawat itu.
Deg.
"Soalnya memang ada bayi laki-laki yang dirawat dari lusa kemarin tapi sayangnya kemarin pagi bayi itu meninggal karna mengalami step, jadi apa Mbak yakin?" Lanjut perawat itu.
Firna diam seribu bahasa, apa benar yang dikatakan perawat itu jika bayi nya yang meninggal kemarin? Tapi bagaimana mungkin, Fares dan dokter bilang bayi nya baik-baik saja. Kenapa dirinya seperti orang bodoh yang tidak tau bagaimana kondisi bayi nya sendiri.
"Mbak?"
"Suster tau nama bayi yang kemarin meninggal? Aku gak yakin kalo itu baby Dino."
"Bayi mbak namanya Aldino Yulian Pratama?"
Deg.
To be continued