Happy reading
Pagi ini setelah memandikan dan menyusui bayi nya, Firna bergegas untuk membuat sarapan karna Fares akan pergi ke cafe nya, sarapan yang dibuatnya tidak susah Firna hanya membuat nasi goreng dan telor mata sapi sebagai menu sarapan pagi ini.
Selesai membuat sarapan Firna pergi ke kamarnya untuk melihat apakah Fares sudah selesai mandi atau belum. "Kak." Panggil Firna, Fares yang sedang menyisir rambutnya menoleh kepada Firna yang berdiri diambang pintu kamar.
"Aku udah buat sarapan, ayo makan." Ujar Firna, Fares menaruh sisir yang dipegangnya lalu berjalan menghampiri Firna.
"Dino tidur lagi?" Tanya Fares seraya berjalan menuju meja makan bersama Firna.
"Iya, Abis mandi sama mimi s**u tadi langsung tidur lagi." Jawab Firna seraya mengambilkan nasi goreng ke piring lalu menuangkan air kegelas untuk Fares.
Fares langsung memakan nasi gorengnya dengan lahap tanpa berkomentar tentang rasa, Firna yang melihatnya tersenyum senang karna Fares menikmati masakannya.
Selesai sarapan Fares kembali ke kamar untuk mengambil dompet dan kunci motornya lalu pergi keluar rumah ditemani oleh Firna.
Fares memanaskan motornya terlebih dulu lalu menghampiri Firna yang menunggunya diteras rumah mereka. "Kalo ada apa-apa langsung telpon gua." Ucap Fares, Firna mengangguk.
Fares tersenyum tipis mengelus rambut Firna lalu mengecup singkat keningnya. "Yaudah, gua berangkat ya." Ujarnya setelah itu langsung mengendarai motor pergi dari halaman rumah mereka menuju cafe nya.
Firna masuk kedalam rumahnya menutup pintu dan menguncinya. Ia berjalan menuju kamar anaknya untuk mengecek bayi nya yang tumben sekali nyenyak tidur dan tidak rewel.
Merasa anaknya masih nyenyak tidur, Firna memutuskan untuk berbaring di ranjang yang ada dikamar itu lalu mulai memejamkan matanya karna terasa berat akibat bangun pagi-pagi sekali.
Perlahan kesadaran Firna mulai menghilang berganti dengan suara dengkuran halus yang keluar dari bibirnya. Rasa ngantuk membuat Firna tertidur dengan pulas tanpa ada yang mengganggu.
Waktu terus berjalan keheningan terus terjadi dikamar, entah sudah berapa jam Firna tidur hingga perlahan kelompok matanya yang semula terpejam mulai terangkat terbuka mengimbangi dengan cahaya yang masuk kepenglihatannya.
Firna melenguh pelan lalu bangun dan mengerjab melihat ke sekeliling kamar dan terfokus pada tempat tidur bayi nya, alis Firna mengkerut bingung dan merasa aneh karena tumben sekali bayi nya pulas tidur biasanya sebentar saja sudah bangun dan menangis minta s**u.
Firna turun dari kasur mendekat ke tempat tidur bayi nya kemudian menatap lekat wajah bayi nya yang nampak pucat. Tangan Firna terulur menyentuh kening bayi nya dan seketika bola matanya membulat saat merasakan panas yang lumayan tinggi.
Tanpa pikir panjang lagi Firna langsung lari ke kamarnya untuk mengambil ponselnya lalu segera menelpon Fares. Tapi sialnya, suara deringan telpon terdengar dari saku jaket milik Fares yang tergantung.
Fares lupa membawa ponselnya, Firna mulai kalang kabut ia kembali ke kamar anaknya lalu segera memesan taksi online untuk pergi ke rumah sakit terdekat.
Tangannya bergetar takut dengan kondisi anaknya, Firna memakaikan jaket pada bayi nya lalu menggendong nya dan membawanya keluar rumah menunggu taksi yang dipesannya tadi.
Selang beberapa menit menunggu dengan perasaan tidak tenang, akhirnya taksi yang dipesannya sampai. Firna langsung masuk dan menyuruh supir nya untuk cepat-cepat jalan menuju rumah sakit.
Sepanjang perjalanan Firna terus melihat bayi nya yang masih belum bangun, sesekali Firna mengecek nafas bayi nya untuk memastikan. Air matanya keluar tanpa terasa membasahi kedua pipinya, dalam hati Firna berdoa agar tidak terjadi sesuatu dengan bayi nya, Firna juga merutuki kecerobohan nya karna meninggalkan bayi nya tidur.
"Pak, bisa lebih cepet gak?"
"Bisa mbak." Supir taksi itu langsung menambah kecepatan mobilnya sesuai permintaan Firna.
Firna melihat keluar jendela mobil menatap langit yang tampak mendung hendak hujan. Rasa khawatir dan takut menghantui dirinya, bagaimana jika bayi nya kenapa-kenapa sebelum sampai dirumah sakit?
"Tahan ya baby, sebentar lagi kita sampai rumah sakit." Ucap Firna mencium kening bayi nya.
*****
Disisi lain Fares baru saja memarkirkan motornya dihalaman rumahnya, Fares sengaja pulang lebih awal karna memang sudah tidak ada yang perlu dirinya urus lagi selain itu juga Fares tadi lupa membawa ponselnya jadi dirinya cepat-cepat pulang.
Kening Fares mengkerut melihat pintu rumah yang tidak ditutup dengan rapat tumben sekali Firna tidak menutup pintu dengan benar, Fares segera masuk kerumahnya dan mencari keberadaan Istri nya itu.
Fares memanggil-manggil Firna tapi tidak ada sautan sedikit pun, kedua kamar dirumah itu pun kosong tidak ada orang sama sekali, Fares mulai kebingungan mencari keberadaan Istrinya.
Setelah mengambil ponselnya yang ia taruh di saku jaket nya, Fares langsung menelpon Firna. "Ck. Kemana sih." Gumam Fares khawatir saat telponnya tidak diangkat oleh Firna, padahal berdering.
Fares terus menelpon Firna namun lagi dan lagi telponnya tidak dijawab. "Argh... Kemana sih sebenarnya, gak biasanya dia pergi tanpa izin dari gua." Ucap Fares frustasi mengacak-acak rambutnya.
Saat sedang pusing-pusing nya memikirkan dimana istri dan anaknya seseorang tiba-tiba menelpon ke ponsel nya awalanya Fares pikir itu Firna tapi ternyata panggilan itu dari Samuel.
"Kenapa, Sam?" Tanya Fares setelah mengangkat telpon nya.
"Kerumah sakit ***** sekarang."
"Kenapa lagi?"
"Gak usah banyak tanya, istri lo disini."
Mendengar ucapan Samuel, Fares langsung bergegas keluar rumah. "Gua otw sekarang." Fares mematikan telepon nya dan segera menjalankan motor pergi menuju rumah sakit yang Samuel bilang tadi dengan kecepatan tinggi.
Sebenarnya apa yang terjadi kenapa istri nya ada disana, apa terjadi sesuatu tanpa dirinya ketahui? Pikiran Fares terus bertanya-tanya.
Fares mengendarai motor nya dengan cepat membuat dirinya tidak membuang waktu lama untuk sampai di rumah sakit itu. Fares memarkirkan motornya dan berlari masuk ke rumah sakit itu, langkah Fares melambat saat ponselnya bergetar dari saku celananya.
Satu pesan masuk dari Samuel yang memberitahukan dimana keberadaan nya. Fares kembali berlari melewati lorong-lorong rumah sakit yang sedang ramai.
"Mana istri gua?" Tanya Fares pada Samuel yang sedang duduk dikursi tunggu.
"Didalem sama istri gua."
Fares langsung masuk kedalam ruangan itu dan terpaku melihat Firna yang menangis tersedu-sedu dipelukan Kara. Kara yang melihat keberadaan Fares, mengelus pelan bahu Firna melepaskan pelukannya dan tersenyum tipis. "Ada suami kamu, aku keluar dulu ya." Ucap Kara lembut lalu pamit keluar meninggalkan Fares dan Firna diruangan itu.
Fares mendekat pada Firna yang masih menangis diatas berangkar rumah sakit. "Na." Panggil Fares pelan menyentuh rambut Firna, Firna yang membenamkan wajahnya ditumpuan lututnya mendongak menatap Fares dengan air mata yang berlinang.
"Kak." Suara Firna bergetar lirih.
Fares duduk diatas berangkar itu lalu membawa Firna kedalam pelukannya, mengelus kepalanya dengan sayang. "Sssstttt.... Kenapa, mana dino?" Tanya Fares.
Firna tidak menjawab ia terus terisak didalam pelukan Fares dengan sesegukan. Fares yang tidak tega dengan kondisi Firna yang seperti ini semakin memeluknya berusaha menenangkannya.
"Kakak."
Fares menangkup wajah Firna menghapus air matanya menatapnya dengan lekat. "Ngomong pelan-pelan, jangan maksain kalo susah." Ucap Fares membelai halus pipi Firna yang basah dengan air mata.
"B-baby Dino kak, a-aku takut." Ucapnya dengan suara serak dan bergetar.
"Pelan-pelan. Atur nafas, baru ngomong."
Firna mengikuti arahan Fares, Fares dengan sabar menunggu istrinya untuk tenang terlebih dahulu walaupun dirinya sudah sangat khawatir dengan bayi nya tapi Fares tidak ingin memaksakan Firna. setelah beberapa menit dan dirasa sudah cukup tenang baru Fares kembali bertanya dengan lembut pada Firna.
"Kenapa?"
*****
Fares menatap sedih bayi nya yang lemah tidak berdaya dari balik kaca ruang IGD, setelah mendengarkan cerita Firna Fares langsung melihat keadaan bayi nya yang telah diberikan penanganan namun masih belum bangun.
Dokter juga bilang bayi nya mengalami demam yang lumayan tinggi dan sempat mengalami step, tapi beruntung cepat ditangani jika saja terlambat mungkin bayi nya sudah tidak tertolong.
"Temenin Istri Lo dulu, gua yakin dia masih syok setelah kejadian ini." Ujar Samuel menepuk bahu Fares.
"Makasih udah nemenin istri gua, sebelum gua dateng."
"Simpen ucapan makasih lo buat Kara, dia yang nenangin istri lo bukan gua." Ucap Samuel lalu berjalan kembali keruangan dimana Kara dan Firna berada.
Sampai diruangan itu Fares langsung mengucapkan terima kasih pada Kara yang sedang menemani Istrinya. "Makasih ya Ra, udah nemenin istri gua." Kara tersenyum dan mengangguk.
"Aku sama Arga pamit pulang ya, soalnya mau langsung ke rumah bunda jemput Samudra." Ucap Kara, Fares mengangguk.
"Makasih kak." Ucap Firna dengan mata yang sebab.
"Gua duluan, jagain istri lo yang bener." Timpal Samuel lalu pergi bersama dengan Kara.
Setelah Samuel dan Kara pergi, Firna diam dan tidak berani menatap Fares. Dirinya takut jika Fares marah karna kebodohannya yang lalai menjaga bayi mereka. Kenapa Firna berpikir seperti itu? Karna setelah Firna cerita tadi Fares langsung pergi keluar tanpa berbicara apapun lagi.
"Kak."
"Na."
Keduanya berbicara secara bersamaan, Firna langsung menundukan pandangan ketika tidak sengaja berpapasan dengan Fares.
"Lo duluan."
"A-aku minta maaf. Aku benar-benar gak tau kalo baby Dino sakit, mangkanya tadi pagi aku mandiin." Ucap Firna penuh penyesalan.
Fares masih diam.
"Aku gak bisa jadi mamah yang baik buat baby Dino." Lanjutnya tidak terasa kembali meneteskan air matanya.
Fares menatap tidak tega istrinya. "Sini." Fares memeluk istrinya mengecup keningnya dan tersenyum kecil. "Gua juga minta maaf, dikondisi darurat kaya tadi gua malah gak ada." Ujarnya.
"Kakak gak marah kan sama aku?"
"Kenapa harus marah? musibah gak ada yang tau, Na." Ucap Fares membuat Firna lega mendengarnya.
"Kita belajar jadi orang tua yang baik buat Dino, ya?" Firna mengangguk. Fares kembali tersenyum lalu mengelus rambut Firna dengan sayang dalam pelukannya.
To be continued