Braga tak menghiraukan air mata Sasya yang masih terus mengalir. Dia dengan kasar memperlakukan wanita yang baru saja dia nikahinya. “Kenapa wajahmu begitu kusut, hentikan tangismu, wanita sialan!!” Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Sasya, hingga membuat Sasya menjerit tanpa sadar. Siapa sangka suara jeritan Sasya bukannya menghentikan aktivitasnya justru dia semakin semangat memacu semangat bak penunggang kuda profesional. Braga dengan lihai melakukan semua aksinya. “Hei! Kenapa aku kesulitan menembusnya? Semabuk itukah aku? Jangan melawan kau wanita iblis!!” hardik Braga lagi membuat Sasya meringis kesakitan. Tuhan…kalau boleh, ambil saja nyawaku saat ini. Aku enggan menjalani semuanya sendiri. Menanggung nasib buruk dan kesedihan. Hidup penuh siksaan. Sementara ibu kandungku d