Episode 25

1322 Kata
Hari ini kelas sebelas IPA dua lagi rame banget. Mereka semua pada ceritain tentang kakak kelas yang mencoba SNMPTN. Ada yang heboh kayak Devany,dan ada yang gak peduli sama sekali kayak cowok yang satu ini. Dia lagi melakukan siaran langsung didepan meja guru. "Mes, pegangan yang kenceng banget Mes. Gue takut Lo jatuh." "Iya bang,adek pasti pegang p****t Abang kuat-kuat. Adek takut jatuh bang,sakit." Yap. Siapa lagi kalau bukan Ciko dan James. Salah satu aktor pilem yang gak laku nomer satu di Indonesia. Sudah dari tadi mereka sibuk sendiri. Si Ciko yang gak ada hujan atau badai atau bahkan jalan aspal berjalan malah dengan pedenya memakai helm di kelas. Mereka menyatuin dua kursi,lalu mereka duduk di atasnya. Si Ciko paling depan,dan James dibelakang. Ceritanya mereka lagi naik motor balap milik si Lorenzo. Dalam mimpi. Trus si Ciko berperan sebagai supir sekaligus pacar si James, sedangkan James berperan sebagai penumpang sekaligus ceweknya si Ciko yang lagi hamil delapan bulan 'Kata mereka'. "Bang,awas bang,ada semut lewat!!" Seru James kuat. Dia memeluk Ciko lalu menyenderkan kepalanya di bahu Ciko. "Kayaknya kita bakalan kecelakaan dek. Abang harap Lo yang mati deluan. Jagain anak kita di kahyangan." Balas Ciko kuat juga. Mereka teriak-teriakan kayak lagi naik motor dibawah hujan deras. Padahal lagi dikelas dengan suasana biasa aja,karena semua siswa lagi nonton acara live Ciko dan James yang terbilang absurd ini. "Loh,kok gue yang mati deluan. Seharusnya abanglah. Kan yang bawa nih motor Abang," Ucap James gak terima. Dia menjitak kepala Ciko dari belakang. Teman sekelas semua pada ketawa. "Yah kalau adek masuk kahyangan,adek bisa ngerawat anak kita sampai besar. Gak make sekolah,gak bayar uang makan. Cukup terbang-terbang aja." Ucap Ciko sambil menahan tawa. Sedangkan yang lain udah terbahak-bahak melihat kekonyolan mereka berdua. "Yaudah deh bang,kalau gitu,anak kita aja yang mati deluan." "Lah,kalau anak kita mati,anak kita siapa dong?" "Yah nyetak lagilah. Hahahha" James sama si Ciko ketawa lepas. Hingga kelas mendadak hening kayak kuburan. "Loh,kemana orang-orang? Kok sepi? Udah pada ngopi belomm? Diam-diam baek." Ucap Ciko dengan suara paling kuat yang pernah dia keluarkan. Kelas tetap hening. "Udah bang. Kopi s**u campur sianida." Ucap seseorang dari belakang Ciko. Ciko sama James menoleh kebelakang bersamaan. Jengjengjeng.. Bu Suci lagi berdiri dengan mata super mematikan yang pernah ada. James langsung kejang-kejang! Sedangkan Ciko mendadak terkena kanker otak. Mereka memelas dengan wajah penuh kasihan. "Pagi Bu," Ucap mereka bersamaan. "Pagi nak. Udah sarapan belom?" Tanya Bu Suci ramah. "Udah Bu. Kalau ibu sendiri?' Tanya Ciko balik dengan mata puppy-nya. Mereka berdua berdiri lalu masing-masing memegang satu kursi. "Belum nak. Kayaknya ibu lapar deh,bisa gak kalian tengkurap di lantai,biar ibu tinggal nelen kalian bulat-bulat?" Ucap Bu Suci masih ramah. Krik...Krikk... Kelas yang awalnya diskon besar-besaran seketika hening. Bahkan suara detak jantung entah siapa pun itu bisa kedengaran. "Bu..." "DIAM!!! KALIAN INI MEMANG YAH... BUKANNYA BELAJAR,BIAR PINTAR,MALAH MAIN-MAIN DI KELAS. SEHARUSNYA KALIAN BELAJAR,BAHAS SOAL. INI KAYAK PASAR LAGI DISKON GEDE!! Ucap Bu Suji penuh penekanan. Ciko sama James menunduk ke bawah. Yah memang gini,kalau udah dimarahi baru mukanya polos kayak anak gak berdosa. Tiba guru pergi,kelas macam antri panjang minta sembako. Dasar,anak sekolah namanya. "YAUDAH,KALIAN DUDUK!! SEBELUM SAYA MENELAN KALIAN BENAR-BENAR!!" Seru Bu Suci lagi. Ciko sama James bergerak cepat. Sampai-sampai James mau terpeleset di lantai gara-gara takut kalau Bu Suci mendadak kumat. Mereka sampai di bangku mereka. Sedangkan Bu Suci berjalan menuju mejanya. Semua siswa nampaknya udah pada siap buat belajar,tapi Bu Suci tetap memandangi sesuatu tanpa suara. Akhirnya satu kelas pada ngikutin arah pandangan ibu itu. Dan... "Ciko,lepasin helm Lo." Bisik Devany. Yaelah,ini nih. Gara-gara keasikan menghayal make motornya Lorenzo, sampe-sampe si Ciko lupa ngelepasin helmnya dia! "Ah masa? Oh iya.. lupa.."Ucap Ciko lalu dia melepaskan helmnya santai. Kemudian meletakkannya di samping meja. Pelajaran dimulai. Semua mata mengarah kepada Bu Suci. Tapi kelas ini kok kayaknya gak hening yah? Oh iya, ternyata Ciko sama James lagi berbisik-bisik sambil tertawa pelan. Bagaimanapun juga,telinga Bu Suci yang mampu mendengar suara bahkan radius sepuluh km saja bisa, apalagi suara ricuh dari belakang sana. "Ciko!" Seru Bu Suci awalnya pelan. Oke fix,Ciko diam. Pelajaran kembali dilanjutkan. Brukk.. Helm Ciko jatuh. Semua mata mengarah kepadanya. Dia hanya tersenyum lalu mengambil helm itu dan mengembalikannya ke posisi semula. Pelajaran kembali dilanjutkan. Brukkkk.. Kali ini tas Ciko jatuh. Kembali siswa melihatnya. Ada yang tertawa,dan ada yang menatap tajam kepadanya. Devany... "Diam dong Ciko,Lo bising banget sih." Pekik Devany pelan. Ciko cuma tersenyum. Dan pelajaran kembali dilanjutkan. Untuk beberapa waktu kelas masih fokus mendengarkan penjelasan Bu Suci. Hingga Brukk... Treng,teng,teng.. Helm sekaligus penggaris besi Ciko jatuh bersamaan. Menimbulkan suara yang menyakitkan gendang telinga. Bu Suji akhirnya berdiri. Dia menarik nafas dalam-dalam hendak menelan Ciko dengan matanya. "CIKOOOOOOO!!" Tuing.. Kembali Ciko menghasilkan bunyi. Semua mata memandangi dia. Dan ternyata,dia sedang memutuskan tali gitar yang dibuat di bawah mejanya. Bu Suci kehabisan kesabaran. "CIKKKKKOOOOOO!!!! ARGGHHHHH" ??? Hampir dua jam Ciko dihukum berdiri menghadap tembok di depan kelas. Anehnya,dia gak ada bergerak sedikitpun suara tau bersuara. Kelas begitu sunyi,dan Bu Suci asyik banget menjelaskan teori. Sangking sunyinya, sampai-sampai banyak siswa yang mengantuk. Begitulah anak SMA. Butuh freeles sekali seminggu,kalau pr pengen didiskon,guru killer didoain biar sakit trus gak datang,dan terakhir kalau guru lagi menjelaskan pengennya tidur tanpa gangguan. Begitu ajaibnya! "Nah,jadi kalian mengerjakan tugas ini secara berkelompok. Ibu harap kalian bisa mengerjakan nya dengan baik dan tepat waktu." Ucap Bu Suci lalu duduk ke kursinya. Kelas lama-kelamaan agak ribut. Sibuk membentuk kelompok dan memanfaatkan waktu untuk mengeluarkan suara. Semua udah pada stay sama teman sekelompoknya, kecuali Devany. Dia masih memandangi badan Ciko dari belakangnya dan berharap Bu Suci menghentikan hukuman Ciko. "Loh Devany. Kenapa kamu diam saja? Ayo gabung dengan kelompokmu." Ucap Bu Suci sambil menunjuk Devany dengan telunjuknya. Ciko langsung berpaling kebelakang. Dia melihat Devany yang lagi melihat dia juga. Mata mereka kembali bertemu. "Saya sekelompok dengan Devany Bu," Tiba-tiba Ciko menjawab tanpa ada komando. Bu Suci dan Devany melihat kearah si Ciko. Bu Suci menaikkan salah satu alisnya. "Jadi?" Tanyanya datar. Ciko menarik nafas dalam-dalam. "Makanya Devany sendirian ibu,dia butuh saya sebagai pelengkap hidupnya." Prett.. Devany langsung menunduk menahan tawa. Ciko memang yah,udah dihukum tapi gak kapok-kapok juga. "Jadi?" Tanya Bu Suci untuk yang kedua kalinya. "Ah,tenang sajalah Bu. Anggap saja saya hanya iklan tadi. Anggap saja Bu,saya lagi santai-santai di depan tembok putih yang gak mau bergerak. Hehehe" Ucap Ciko sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Lalu kembali dia memandang tembok itu. Bu Suci kembali menghadap lurus. Tak berapa lama kemudian,dia memanggil Ciko dan menyuruhnya menghadap ke depan kelas. "Kamu taukan kesalahan kamu?" Tanya Bu Suci kepada Ciko. Ciko hanya tersenyum manis,tanpa rasa malu dia memandangi wajah setiap teman sekelas. "Saya tau Bu," Jawabnya sopan. "Jadi,masih mau kamu ulangi?" Tanya Bu Suci lagi. Kali ini nada suaranya agak naik sedikit. Ciko diam sebentar. Sepertinya dia lagi berpikir keras untuk menjawab pertanyaan guru kesayangannya itu. "Masihlah Bu. Saya kan manusia,saya tidak bisa tau kapan benda disekitar saya ingin jatuh." Jawabnya santai. Kembali Bu Suci narik nafas dalam-dalam. Sedangkan Devany menutupi wajahnya dengan buku paket. "Loh,kenapa begitu? Tapi yasudah lah. Kamu memang susah dibilangin. Lebih baik kamu duduk saja!" Perintah Bu Suci dengan ekspresi pasrah. Ciko tersenyum lalu duduk disampingnya Devany. "Pagi Dev," "Diam Lo. Malu banget tau,gue ngelihat Lo dari tadi. Kapan sih Lo berubahnya? Gak bikin onar dikelas atau setidaknya gak buat gue marah satu kali aja." Ucap Devany pelan. Ciko yakin,pasti beberapa saat lagi devanyeminta supaya mereka gak usah cakapan dulu. "Yah maaf. Gue gak sengaja Dev,gue udah jagain barang gue. Cuma,mereka aja yang gak mau gue bilangin." Balas Ciko konyol. Devany berdecak kesal. "Terserah Lo deh,gue marah sama Lo. Kita gak usah cakapan dulu. Sampai Lo benar-benar tau kesalahan Lo." Pekik Devany pelan. Ciko langsung ketawa pelan. Benar dugaannya. "Berapa menit?" "Dua jam,tiga puluh sembilan menit, delapan belas detik ditambah kita gak usah pulang bareng hari ini. Ngerti? Mulai dari sekarang." Ciko menghela nafas panjang. Dia tengah memikirkan sesuatu. Memikirkan suatu rencana supaya Devany mau berbicara dengannya. Tapi gimana caranya yah? Aha,gue dapet ide .... ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN