Jika Calvin dan yang lainnya tengah berada dalam kondisi cemas mengenai kondisi Clara saat ini, maka ternyata Clara saat ini berada dalam kondisi baik-baik saja. Malah, kondisi Clara jauh lebih baik daripada kondisinya sebelumnya. Ia berbaring di atas ranjang yang sangat nyaman, berbeda dengan ranjang yang sebelumnya yang ia tempati di tempat persembunyian. Clara tentu saja kini sudah terlihat tidak kotor dan berpakaian rapi yang terlihat sangat cantik. Clara saat ini terlihat masih memejamkan matanya dan tertidur dengan nyaman.
Namun, beberapa saat kemudian Clara terlihat bergerak dan pada akhirnya sadarkan diri. Tentu saja Clara tidak bisa segera terbangun atau bereaksi, karena dirinya memerlukan waktu untuk mengumpulkan kesadarannya. Membutuhkan waktu beberapa saat, hingga dirinya bisa mengembalikan pandangannya agar sepenuhnya jernih. Lalu dirinya pun melihat langit-langit ruangan yang terlihat sangat bersih dan cukup mewah. Tentu saja, Clara tidak kenal dengan ruangan tersebut. Hal yang paling penting adalah, ini bukanlah ruangan yang dimiliki oleh bangsa manusia. Mengingat jika manusia tidak mungkin memiliki kemampuan untuk membuat bangunan seperti ini.
Meskipun sadar jika kemungkinan dirinya tengah berada di tempat yang berbahaya, Clara tidak bisa beranjak pergi dari tempatnya. Sebab Clara saat ini merasa nyaman di atas ranjang di mana dirinya berbaring. Ranjang tersebut terasa sangat nyaman dan lembut, berbeda dengan ranjang yang sebelumnya ia tempati. Rasanya, Clara ingin terlelap lagi karena merasa sangat nyaman dengan tempat di mana dirinya berbaring saat ini. Namun, kenyamanan Clara tersebut pun terganggu, saat dirinya mendengar sebuah suara rendah yang membuat dirinya seketika merasa tengah berada dalam bahaya yang mengancam.
“Apa kau merasa sangat nyaman? Jika iya, maka kau bisa kembali tidur. Aku akan memastikan bahwa tidak akan mengganggumu.”
Mendengar sura rendah yang terdengar begitu berbahaya itu, tentu saja Clara segera mengubah posisinya untuk duduk di tengah ranjang yang terasa nyaman, dan dirinya pun segera bertatapan dengan seorang pria yang duduk dengan tenang menghadap ranjang yang tengah ia tempati. Pria itu terlihat memiliki tubuh tinggi besar yang terlihat sangat kekar. Wajahnya tampan, tetapi hal yang paling menarik bagi Clara, adalah mata merah dari pria tampan yang duduk di hadapannya tersebut. Mata merah itu terlihat sangat tajam, dan penuh dengan intimidasi bagi Clara.
Bagi Clara tatapan itu seperti seorang predator, yang segera mengingatkan Clara dengan sosok pria yang terlihat sangat mirip dengan manusia, tetapi ternyata dia adalah salah seorang draconian. Tentu saja hal tersebut membuat Clara merasa sangat cemas dan gugup. Tanpa sadar, Clara yang merasa tengah berada dalam bahaya pun berusaha untuk mundur dan menjauh sejauh mungkin dari pria pemilik mata warna merah yang menurutnya sangat mengerikan tersebut.
Clara yang terlalu tenggelam dengan pikirannya sendiri, telihat tidak menyadari jika gerak dan geriknya sejak tadi sudah diamati oleh pria pemilik warna mata merah yang ternyata adalah Ostra, sang Jenderal Besar bangsa Draconian. Tentu saja, Ostra mengamati gerak dan gerik Clara dengan tenang. Bagi Ostra, saat ini Clara terlihat persis seperti hewan kecil yang bisa diburu dengan sangat menyedihkan dan ketakutan di hadapan seorang predator yang akan segera menerkam dirinya. Tentu saja, menurut Ostra ini adalah pemandangan yang sangat menarik dan menghibur baginya.
“Ka, Kau siapa?!” tanya Clara dengan nada tinggi, terlihat benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa takut yang tengah ia rasakan saat itu. Clara benar-benar merasa jika dirinya kini tengah berada dalam bahaya dan terdesak. Saking terdesak dirinya, ia bahkan tidak bisa berpikir dengan jernih. Padahal, jelas-jelas saat ini situasi di mana dirinya harus menemukan cara untuk melindungi dirinya sendiri.
Ostra yang mendengar pertanyaan tersebut pun menjawab, “Aku rasa, kau sudah tahu jawaban atas pertanyaanmu itu. Kau tau, siapa aku sebenarnya. Tapi, sepertinya aku perlu memberikan jawaban yang kau inginkan sebagai sopan santu, sebab kau saat ini tengah menjadi tamu di kediamanmu. Perkenalkan, aku adalah Kinostragos, Jenderal Besar dari bangsa Draconian. Kau, bisa memanggilku dengan nama Ostra.”
Mendengar konfirmasi tersebut, wajah Clara pun semakin pucat, karena dirinya benar-benar tidak habis pikir. Mengapa bangsa draconian yang memiliki rupa yang mengerikan, kini memiliki penampilan yang sangat mirip dengan tampilan manusia? Di tengah ketakutannya, terlihat dengan sangat jelas bahwa Clara juga terlihat kebingungan dengan situasinya. Saat itulah, Ostra yang menyadari kebingungan tersebut pun bertanya, “Apa yang membuatmu bingung seperti itu?”
Ostra sebenarnya tidak ingin membuat wanita di hadapannya ini merasa terlalu nyaman. Namun, ternyata mempermainkan emosinya terasa sangat menyenangkan. Jadi, ia pun merasa untuk bersenang-senang lebih lama dengan mempermainkan dirinya. Clara yang mendengar pertanyaan tersebut pun balik bertanya, “Kenapa kau meniru penampilan bangsa kami? Bukankah lebih baik tetap dengan penampilan mengerikan kalian, sebagai bangsa Draconian? Itu akan lebih mengintimidasi, karena niat kalian memang pada dasarnya tidak baik, dan ingin menguasai apa yang bukanlah milik kalian.”
Pada awalnya, Ostra berpikir jika suasana hatinya akan semakin membaik. Namun, ternyata dirinya tidak terlalu senang saat melanjutkan pembicaraan dengan manusia satu ini. Padahal Ostra sebelumnya ingin memperlakukannya dengan cukup baik, mengingat kini dirinya tengah membawa benihnya di dalam tubuhnya. Hanya saja, jawabannya terasa sangat menyinggung, hingga Ostra tidak bisa mengendalikan emosinya. Ia pun berkata, “Siapa yang meniru? Ini adalah penampilan kami yang asli. Kami memiliki penampilan yang mirip degan penampilan para manusia. Hal yang berbeda hanyalah kekatan fisik kami yang jelas lebih unggul. Ah, satu lagi. Kami juga memiliki wajah yang lebih unggul dari kalian.”
Clara mengernyitkan keningnya dan bergumam, “Tapi kalian lebih cocok dengan penampilan mengerikan itu, daripada terlihat seperti manusia seperti ini. Sebab rasanya sangat aneh melihat musuh kami ternyata memiliki penampilan yang mirip dengan kami.”
Sebenarnya, gumaman Clara tersebut terdengar sangat jelas oleh Ostra yang memang memiliki indra pendengaran yang lebih tajam daripada makhluk lainnya. Namun, ternyata Ostra yang sedikit tempramen tesebut memilih untuk mengabaikan gumaman Clara yang terdengar cukup menyebalkan itu. Lalu Ostra pun terlihat bangkit dari posisinya dan membawa sebuah nampan untuk mendekat pada Clara. Namun, Clara yang menyadari jika Ostra mendekat pada dirinya, segera berkata, “Berhenti, jangan mendekat padaku!”
Namun, Ostra tidak mendengarkannya dan memilih untuk menyodorkan nampan di tangannya pada Clara lalu berkata, “Berhenti berteriak dan bertingkah menyebalkan. Selagi aku bersikap baik, cobalah untuk bertingkah manis. Sekarang makanlah, saat kau tidur, perutmu terus saja berbunyi dan itu sangat menyebalkan. Karena itulah, isi perutmu dengan makanan ini.”
Bohong rasanya Clara tidak tergiur dengan makanan yang di bawa oleh Ostra tersebut. Mengingat, jika makanan tersebut terlihat sangat lezat, dan aromanya pun luar biasa harum. Selama ini, Clara belum pernah melihat makanan yang terlihat sangat lezat seperti itu. Sebelumnya, makanan yang paling layak yang pernah Clara konsumsi, adalah makanan yang ia terima ketika tinggal di persembunyian besar bersama kelompok yang cukup besar. Namun, ternyata makanan yang sudah dianggap baik tersebut, ternyata bukan apa-apannya dengan makanan yang dimiliki oleh bangsa draconian yang kualitasnya jauh lebih baik.
Meskipun perutnya keroncongan, dan ia sangat tergiur untuk menyantap makanan yang terlihat sangat lezat tersebut, Clara harus meneguhkan pendiriannya. Ia pun menggeleng dengan tegas dan bertanya, “Apa kau pikir, aku orang yang bodoh? Mana mungkin aku mau makan makanan yang diberikan oleh orang yang kejam sepertimu? Aku tau, tidak ada yang gratis di dunia ini. Bisa saja kau memiliki rencana jahat padaku. Apa mungkin, kau menambahkan racun di dalam makanan itu?”
Mendengar pertanyaan itu, tiba-tiba saja kekesalan dan kemarahan yang dirasakan oleh Ostra pun seketika naik dalam waktu yang singkat. Sungguh, ia tidak habis pikir dengan apa yang terjadi saat ini. Bagaimana bisa kebaikan hatinya malah dibalas dengan sangat kurang ajar seperti ini? Ostra pun menipiskan bibirnya dan melemparkan nampan itu begitu saja, hingga makanan yang ada di atasnya berjatuhan begitu saja. Tentu saja Clara yang melihatnya merasa sangat sayang. Ia pun tidak bisa mengalihkan pandangannya dari makanan-makanan lezat itu dan menggigit bibirnya saat dirinya menelan ludah karena merasa kelaparan.
“Aku hanya berusaha untuk bersikap sedikit baik padamu, tetapi ternyata kau malah bertingkah sangat kurang ajar padaku. Apa kau pikir, kau bisa bertingkah seperti itu? Sadarlah, kau sama sekali tidak berada dalam kondisi yang memungkinkan untuk melakukan hal itu. Bisa terbilang, kau sekarang adalah seorang sandera. Bersyukurlah, bahwa aku tidak mengikatmu atau mengurungmu di penjara yang gelap,” ucap Ostra membuat Clara sadar jika dirinya sudah melakukan provokasi yang jelas-jelas sangat tidak menguntungkan bagi dirinya sendiri. Sebab Ostra saat ini terlihat sangat mengerikan dengan aura penuh kemarahan yang melingkupi dirinya.
Meskipun takut, Clara tidak bisa mengatakan permintaan maaf sedikit pun pada Ostra. Selain dirinya terlalu takut, hingga tidak bisa menggerakkan bibirnya, ia juga terlalu keras kepala untuk melakukan hal itu. Clara enggan untuk merendahkan harga dirinya demi meminta maaf pada Ostra. Bagi Clara, apa yang sudah ia lakukan barusan, adalah hal yang sangat benar. Jika dirinya meminta maaf atau lebih menunjukkan bahwa Ostra yang memegang kendali atas hidupnya, hal itu hanya akan membuat Ostra pada akhirnya akan bertindak seenaknya di kemudian hari.
Melihat jika Clara malah menatap dirinya dengan penuh keberanian seperti itu, membuat Ostra semakin jengkel dibuatnya. Karena itulah, Ostra pun berkata, “Jika kau tidak mau makan, ya tidak perlu makan. Toh, aku sama sekali tidak akan rugi karena hal itu. Malah kau yang akan tersiksa karena kelaparan yang berkepanjangan. Asal kau tau, aku tidak akan memberikan makanan padamu, sebelum kau memintanya padaku. Dan tidak akan ada orang yang akan memberikan makanan padamu, sebelum aku memberikan izin untuk itu.”
Mendengar perkataan Ostra, Clara pun ikut merasa geram. Ia kesal karena Ostra yang hanyalah seorang pencuri dari angkasa luar, kini bertingkah arogan di hadapannya. Padahal, Ostra jelas-jelas adalah orang yang sangat menyedihkan karena merebut tempat tinggal orang lain. Karena itulah, Clara pun berkata, “Dasar tidak tahu malu! Seharusnya kau malu mengatakan hal itu padaku, padahal kau hanyalah bagian dari bangsa yang merebut tempat tinggal orang lain. Namun, kini bertingkah arogan. Dasar pencuri!”
Ostra sama sekali tidak merasa terpancing dengan celaan yang dikatakan oleh Clara. Ia malah membalikkan perkataan tersebut dan membuat Clara kesal, dengan berkata, “Aku memang mencuri tempat tinggal para manusia. Namun, bukankah itu cukup untuk membuktikan bahwa bangsa kalian terlalu bodoh untuk memiliki bumi? Terlalu sayang jika kalian menguasai bumi dan membuat bumi hancur seperti ini. Jadi, aku dan bangsaku kini tengah melakukan pekerjaan amal yang baik hati. Kami merebut, untuk merawat bumi dengan lebih baik.”
**
Di sisi lain, saat ini Gaal terlihat sangat jengkel dan mengabaikan Riolo. Tidak sepenuhnya mengabaikan, karena secara diam-diam, Gaal tengah menyusun rencana untuk memberikan pelajaran pada Riolo yang Gaal anggap sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal. Kesalahan yang dimaksud oleh Gaal, tentu saja ulah Riolo yang berakhir membuat Vani yang sudah menjadi hasil penelitian yang hampir sempurna, pada akhirnya mati dan tidak bisa diperbaiki lagi. Gaal tentu saja sangat kesal sebagai seorang ilmuwan yang kehilangan hasil penelitiannya.
“Ayolah, jangan terus merasa kesal seperti itu padaku. Bukankah aku sudah membawa banyak manusia untuk menggantikan hasil penelitianmu itu? Mereka juga berada dalam kondisi yang baik. Selain itu, aku membawa wanita satu yang juga adalah hasil eksperimenmu. Bukankah itu sudah lebih dari cukup untuk menebus kesalahan yang kulakukan tanpa sengaja?” tanya Riolo sama sekali tidak terdengar merasa bersalah atas apa yang sudah ia perbuat tersebut. Tentu saja Gaal yang menyadari hal tersebut menjadi semakin merasa kesal saja.
Gaal pun membanting laporan yang baru saja ia susun dan menatap Riolo dengan ekpresi tersenyum yang membuat Riolo merinding seketika. Menurut Riolo, akan terasa lebih melegakan jika melihat Gaal marah dan mengamuk seperti Ostra, karena setidaknya hal itu sudah bisa diprediksi dan Riolo tahu apa yang akan ia tanggung. Namun, Gaal sama sekali tidak pernah menunjukkan emosinya yang sesungguhnya dan hanya terus tersenyum, membuat sosoknya terasa lebih mengerikan. Riolo tidak bisa memprediksi apa yang akan dilakukan oleh Gaal dan hal itu terlalu menakutkan.
“Kau sama sekali tidak merasa menyesal, karena sudah melakukan hal itu, Riolo. Jangan coba-coba untuk mengelabui diriku,” ucap Gaal memberikan peringatan yang jelas tidak main-main terhadap Riolo yang memang sangat senang bemarin-main tersebut.
Riolo pun mendengkus dan membela diri, “Kenapa kau semarah ini? Ostra saja tidak terlalu marah saat melihatku tanpa sengaja membunuh objek penelitianmu itu.”
Mendengar apa yang dikatakan oleh Riolo, jelas-jelas Gaal mengernyitkan keningnya sebab dirinya merasa ada yang aneh. “Aku yakin, Ostra mengatakan sesuatu yang lain selain dirinya yang tidak terlalu memarahi dirimu atas kesalahan yang sudah kau perbuat tersebut,” ucap Gaal mendesak Riolo untuk mengatakan hal yang sesungguhnya terjadi di sana.
Riolo terlihat mengatupkan bibirnya rapat-rapat, seakan-akan sadar jika dirinya sudah melakukan hal yang salah. Benar, seharusnya ia tidak boleh mengungkit Ostra saat membicarakan hal ini dengan Gaal. Sebab bisa saja Gaal akan memberikan pelajaran yang lebih mengerikan di bandingkan apa yang sudah ia perkirakan. Riolo juga tidak bisa berbohong, karena nantinya Gaal pasti akan mengonfirmasi pernyataan yang ia berikan pada Ostra. Pada akhirnya Riolo pun menghela napas dan berkata, “Dia berkata, bahwa ia tidak akan ikut campur mengenai masalah ini. Gaal yang akan mengambil keputusan atas hukuman yang harus kudapatkan.”
Gaal yang mendengar pengakuan tersebut pun tersenyum. Benar, Ostra yang Gaal kenal tidak mungkin mengkhianati dirinya. Karena itulah, Gaal pun mengangguk, dan memberikan sarung tangan dan beberapa ampul kosong pada Riolo. “Kalau begitu, sekarang kau bantu beberapa bawahanku untuk mengambil sampel darah manusia yang sudah kau bawa kali ini. Tentu saja, kau juga harus menggantikanku untuk mengawasi mereka, sebab aku harus memeriksa kondisi wanita satu yang aku tanamkan benih Ostra,” ucap Gaal membuat Riolo melotot.
“Oh, ayolah! Aku sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan jarum suntik atau alat medis apa pun. Jika kau memintaku untuk mengambil darah mereka, aku akan menggunakan caraku sendiri. Tentu saja cara yang tidak kau sukai, karena aku memotong tubuh mereka,” ucap Riolo membuat Gaal memberikan tatapan tajam, karena jelas tidak menyukai cara bicara saudaranya itu. Rasanya Gaal ingin menyuntikkan racun pada Riolo, untuk menyiksanya dengan cara yang apik dan tidak perlu melumuri kedua tangannya dengan darah. Namun, Gaal masih memikirkan cara lain untuk memberikan pelajaran yang lebih tepat pada Riolo.
“Jika kau tidak mamu membantuku dan timku, karena alasan yang tidak masuk akal itu, maka aku bisa memberikanmu sebuah hukuman yang lebih menarik untuk menggantikannya,” ucap Gaal untuk menawarkan hukuman yang lebih bisa diterima oleh Riolo. Tentu saja, Riolo yang mendengar hal itu merasa sangat tertarik. Setidaknya masih ada pilihan yang bisa membuat dirinya terlepas dengan kegiatan yang membosankan ini.
“Katakan, apa itu? Aku bisa melakukan apa pun, selain melakukan hal yang membosankan seperti membantumu melakukan hal itu,” keluh Riolo dengan ekspresi yang terlihat sangat kesal. Sementara Gaal yang melihatnya pun tersenyum tipis. Merasa senang karena Riolo sudah memakan umpannya.
“Kalau kau tidak ingin membantuku untuk menjalankan penelitian, maka kau bisa menjadi bahan penelitianku,” ucap Gaal ditambah dengan sebuah senyuman yang sontak saja membuat Riolo merinding bukan main. Riolo menggeleng dengan paniknya.
“Apa kau gila? Bagaimana bisa kau menjadikanku sebagai objek penelitianmu? Apa kau mau membelah d**a dan perutku? Ha! Jika pun kau ingin, memangnya kau bisa melakukannya? Ingat, tubuh kita ini sangat keras dan tidak mudah untuk dilukai. Menjadikanku objek penelitianku, hanya akan mempersulit dirimu sendiri,” ucap Riolo terlihat membicarakan banyak omong kosong untuk melindungi dirinya sendiri.
Gaal pun mendengkus, mendengar perkataan Riolo yang menurutnya sangat konyol untuk didengarkan lebih lanjut. Namun, Gaal sendiri ingin menjelaskan sesuatu dengan berkata, “Tidak perlu cemas. Aku sendiri sudah menciptakan banyak alat medis yang bisa digunakan untuk operasi khusus bagi bangsa kita. Walau kecil kemungkinan bagi kita untuk terluka yang membuat kita memiliki luka terbuka atau luka yang membutuhkan operasi besar, tetapi aku sudah menyiapkannya. Jadi, jika kau bersedia, bukan hal yang sulit bagiku untuk menjadikanmu sebagai objek penelitianku.”
“Berhenti mengatakan hal yang mengerikan seperti itu sembari tersenyum! Itu terlalu mengerikan. Sekarang, aku akan melakukan apa yang kau minta di awal,” ucap Riolo pada akhirnya memilih untuk melakukan hal yang menurutnya terasa sangat membosankan. Tentu saja hal tersebut membuat Gaal merasa sangat puas. Sebab saat ini dirinya bisa mengambil waktu untuk fokus dengan pekerjaan yang akan ia lakukan.
Saat Gaal mempersiapkan barang-barang yang akan ia bawa untuk memeriksa kondisi Clara yang saat ini tengah ditangani oleh Ostra, Riolo yang masih belum pergi dari posisinya pun bertanya, “Apa tubuh wanita lemah itu bisa bertahan saat benih milik Ostra itu terus tumbuh di dalam gtubuhnya yang sangat lemah itu?”
Pertanyaan yang diajukan secara iseng oleh Riolo tersebut sebenarnya sudah dipikirkan oleh Gaal secara mendalam olehnya sebelumnya. Kondisi tubuh wanita satu yang akhirnya Gaal ketahui sebagai Clara itu, memang sangat lemah. Sebelumnya, Gaal malah tengah bermain lotre ketika dirinya menanamkan benih Ostra pada tubuh wanita itu. Ia tidak yakin, apakah benih itu tumbuh dengan baik. Jika pun tidak bisa tumbuh karena kondisi tubuh wanita ini lemah, maka Gaal akan menganggapnya sebagai tidak keberuntungan. Namun, ternyata semua berjalan dengan sangat baik, di luar ekspektasinya.
“Tubuhnya memang sangat lemah, jauh lebih lemah daripada tubuh wanita dari bangsa kita. Namun, benih itu ternyata tumbuh dengan baik dalam tubuhnya. Aku tidak memiliki pilihan lain, selain melanjutkan penelitian dan eksperimen yang tengah kulakukan ini,” ucap Gaal menjelaskan situasinya. Tentu saja, Gaal sebagai seorang ilmuwan harus siap dan berani atas setiap risiko serta kemungkinan yang menyertai setiap penelitian dan eksperimen yang ia lakukan.
“Tapi, sepertinya kau sudah mengambil jalan yang sangat sulit. Wanita dari bangsa kita yang terkenal memiliki tubuh yang kuat saja, tidak bisa bertahan melewati masa kehamilan dan proses melahirkan yang sangat sulit lalu berakhir dengan kematian. Apa kau pikir, wanita lemah sepertinya bisa bertahan melalui semua ini? Entah mengapa, aku cemas, jika dia akan mati di tengah proses kehamilannya ini. Jika itu terjadi, aku tidak bisa membayangkan seberapa murkanya Ostra karena kehilangan penerusnya,” ucap Riolo terlihat gelisah.
Sebenarnya kegelisahan tersebut juga dirasakan oleh Gaal, tetapi sebagai seorang ilmuwan dirinya memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Dirinya pun berkata, “Tidak perlu cemas. Aku yakin, aku bisa menjaga kondisi tubuhnya agar tetap stabil saat masa kehamilan dan proses melahirkan nantinya. Aku akan membuktikan jika penelitianku ini sukses, dan ancaman kepunahan yang selama ini mendesak kita sudah teratasi dengan sempurna.”
Melihat kepercayaan diri yang ditunjukkan oleh Gaal tersebut, Riolo hanya menggeleng pelan. Ia sadar, jika ia sama sekali tidak bisa mengatakan apa pun saat Gaal sudah merasa sangat percaya diri seperti ini. Karena itulah, Riolo hanya berkata, “Terserah kau sajalah, hanya saja berhati-hati saat melakukan hal yang berkaitan dengan Ostra dan masalah yang berkaitan dengan benihnya. Karena bisa saja kau mendapatkan pukulan sedap darinya.”
“Aku adalah ilmuwan yang berharga, tidak mungkin Ostra mau melukaiku. Karena itu artinya dia bisa kehilangan sesuatu yang berharga bagi bangsa kita ini,” ucap Gaal dengan penuh percaya diri. Membuat Riolo yang melihat tingkah tersebut mendengkus dan berbalik pergi meninggalkan Gaal yang menurut dirinya sangat menyebalkan.
“Dasar makhluk menyebalkan,” gumam Riolo tidak sadar bahwa dirinya juga adalah makhluk yang menyebalkan menurut orang lain.