Bangsa Draconian
Sebuah pesawat tempur yang terlihat sangat canggih, tampak melaju dengan kecepatan yang sangat luar biasa. Meskipun bergerak dengan kecepatan setinggi itu, pesawat tersebut sama sekali tidak menimbulkan suara sedikit pun. Menunjukkan bahwa pesawat tempur tersebut memang dibuat dengan teknologi terbaru yang sulit untuk ditiru. Selain memiliki mesin yang tidak menimbulkan suara yang bising, pesawat tersebut dibekali fitur-fitur canggih lainnya.
Pesawat itu memiliki lapisan khusus pada badannya, memastikan jika serangan apa pun tidak akan bisa menembus dan merusaknya. Tentu saja, ada banyak kemampuan lain yang pada dasarnya memang harus dimiliki oleh sebuah pesawat tempur. Lalu beberapa saat kemudian pesawat tersebut tiba-tiba menghilang dari pandangan. Bukannya benar-benar menghilang, tetapi pesawat tersebut memiliki kemampuan kamuflase yang membuat keberadaannya tidak terlihat secara kasat mata.
Jelas saja, itu adalah teknologi yang sangat luar biasa, dan rasanya sangat wajar dimiliki oleh para bangsa Draconian yang dianggap sebagai makhluk asing yang memiliki kecerdasan tinggi. Benar, pesawat tempur tersebut adalah pesawat yang dibuat dan dikemudikan oleh bangsa Draconian. Bangsa Draconian sendiri adalah bangsa yang kini tengah berusaha untuk menginvasi bumi. Benar, bangsa asing ini tengah berusaha untuk menguasai dan merebut bumi dari para manusia yang seiring berjalannya waktu, kian melemah saja. Saking lemahnya, saat ini para petinggi dari banga Draconian tengah menyerukan untuk menangkap para manusia yang tersisa.
Melihat ke dalam pesawat perang tersebut, jelas ada kendali yang canggih dan berbagai tombol rumit yang tidak mudah untuk dimengerti oleh orang awam. Namun secara mengejutkan, di dalam pesawat perang yang besar tersebut. Hanya ada dua orang pria bertumbuh tinggi dan kekar. Salah satu dari mereka memegang kemudi pesawat, sementara yang satunya tampak duduk di tengah area pesawat tersebut dan menyilangkan kakinya. Tampak begitu santai dengan posisinya. Ia bahkan memejamkan matanya, terlihat menikmati waktu yang ia lewati.
Pria yang tengah mengemudikan pesawat terlihat mengernyitkan keningnya saat dirinya sama sekali tidak menemukan apa yang ia inginkan. Sepanjang perjalanan yang ia tempuh, hanya ada padang pasir dan reruntuhan banguna yang terlihat sangat menyedihkan. “Di mana mereka semua, kenapa sulit sekali hanya menemukan satu saja dari mereka? Apa mereka masih bersembunyi seperti seekor tikus yang bergerombol?” tanya pria yang ternyata memiliki warna netra kuning yang berkilau selayaknya predator yang sangat berbahaya.
Pertanyaan tersebut jelas didengar oleh pria yang duduk di tengah pesawat tersebut. Pria itu tampak tenang dengan posisinya yang memejamkan mata dan menikmati waktunya tersebut. Namun, ketenangannya tidak bertahan lama, sebab pria pemilik warna mata kuning itu terus saja mengoceh. Mengganggu waktunya yang tenang, padahal ia tengah memikirkan strategi yang penting, tetapi ia terus saja diganggu dengan ocehan tidak penting yang selalu saja masuk ke dalam telinganya yang sensitif. Pada akhirnya, pria itu pun membuka matanya. Seketika netra merah terlihat menyorot dengan dinginnya.
Pria tampan pemilik netra merah tersebut segera berkomentar, “Para manusia yang masih memiliki akal sehat, pasti kini tengah bersembunyi. Akan semakin sulit bagi kita untuk menangkap mereka setelah perburuan besar terakhir kali. Mereka pasti akan sangat waspada atas kehadiran kita, dan memilih untuk tidak berkeliaran di saat matahari masih terik seperti ini, Riolo.”
Benar, nama pria yang tengah mengemudikan pesawat tempur tersebut tak lain adalah Riolo. Sementara pria yang baru menjawab pertanyaan Riolo adalah Ostra. Keduanya sama-sama memiliki kedudukan yang tinggi di bangsa mereka. Namun, Ostra memiliki posisi yang lebih tinggi dibandingkan Riolo. Karena itulah, Ostra bisa dengan mudah mengendalikan Riolo dengan kata-katanya. Dalam situasi saat ini pun, Riolo paham dengan apa yang harus ia lakukan. Meskipun begitu, terkadang Riolo yang memiliki jiwa yang agak nakal, sering kali bertingkah untuk membuat Ostra yang tak lain adalah atasannya kesal dibuatnya.
Seperti saat ini, Riolo yang mendengar jawaban Ostra pada akhirnya memilih untuk membuat pesawatnya berjalan dengan otomatis, dan ia pun berbalik untuk menatap Ostra. “Bagaimana jika saat ini kita mengubah target saja?” tanya Riolo berusaha untuk menawarkan idenya yang bisa saja terdengar lebih menarik.
Ostra tidak mengatakan apa pun, tetapi ia mendengarkan apa yang dikatakan oleh pria yang duduk di hadapannya ini. Ostra malah memberikan tatapan yang sulit untuk diartikan. Sebenarnya, Riolo sangat jengkel, ketika Ostra bertingkah seperti saat ini. Namun, karena ada hal yang tengah Riolo inginkan dari Ostra. Jadi, ia memilih untuk berusaha menahan kekesalannya tersebut. Lalu berusaha untuk mengungkapkan apa yang ia pikirkan lebih jauh. Setidaknya untuk membujuk Ostra untuk mau mendengarkan apa yang ia inginkan.
Melihat Ostra yang masih tidak merespons, Riolo pun melanjutkan, “Saat ini para mhonyedt, pasti tengah berkeliaran untuk mencari makanan. Ada titik pasti di mana mereka berkeliaran di saat-saat seperti ini. Menemukan mereka pasti jauh lebih mudah. Jadi, bagaimana jika sekarang kita memburu para mhonyedt lagi?”
Jelas Riolo berharap jika Ostra menyetujui usulannya ini. Sayangnya, Ostra yang mendengar pertanyaan tersebut malah menatap Riolo dengan tajam. Tatapan tajam yang membuat Riolo merasakan firasat buruk yang sangat kuat. Namun, Riolo masih tidak akan berhenti. Sebab Riolo tidak akan berhenti, ketika dirinya masih memiliki peluang untuk menang dan mendapatkan apa yang ia inginkan. Sebutlah dirinya keras kepala, karena Riolo sendiri sadar jika dirinya seperti itu. Ia bahkan merasa bangga dengan sifat keras kepala yang ia miliki tersebut.
“Untuk apa kau menangkap para manusia yang sudah kehilangan kecerdasan atau bisa kubilang kehilangan akal sehat itu?!” tanya Ostra tampak jengkel dengan tingkah Riolo yang memang sangat senang bermain-main ini. Rasanya ia sudah terlalu sering menoleransi berbagai tingkah Riolo yang terkadang membuat kepalanya pusing. Riolo terkadang bertingkah seperti anak kecil. Ia tidak akan berhenti, sebelum mendapatkan peringatan yang sangat keras atau celaka sendiri karena tingkahnya.
Ostra menghela napas panjang. Saat ini, usahanya untuk menguasai bumi menghadapi kendala. Selain karena para manusia yang masih cerdas sulit untuk ditangkap, populasi para mhonyedt semakin meninggi saja. Mhonyedt sendiri adalah manusia yang sudah tidak memiliki kecerdasan. Kapasitas otak mereka menyusut, dan pada akhirnya membuat insting hewani mereka lebih besar. Tentu saja hal tersebut mendorong mereka bertingkah selayaknya hewan liar yang sangat tidak terkendali.
Ostra berdecih. “Mereka benar-benar menjadi seperti yang diramalkan. Jelas saja bumi menjadi kacau seperti ini karena tidak ada yang merawat.”
Pada awalnya, Ostra yang berstatus sebagai Jenderal Besar, pemimpin tertinggi bangsa Draconian, datang ke bumi untuk bekerja sama dengan para ilmuwan manusia yang kemungkinan bisa memberikan solusi atas ancaman kepunahan yang tengah mendesak mereka. Namun, ternyata Ostra sama sekali tidak bisa berharap pada para manusia. Karena sudah jelas, tidak banyak hal yang bisa mereka lakukan sekarang, dengan kondisi yang seperti ini. Jadi, lebih baik Ostra sebagai pemimpin mengubah rencana dan memutar haluan. Ia memutuskan untuk menginvasi bumi.
Jelas, ia akan mencari jalan untuk menyelesaikan ancaman kepunahan yang masih mengancam bangsanya. Setidaknya, dengan menginvasi bumi, mereka sudah menemukan sebuah solusi dari masalah mereka. Yaitu menemukan tempat tinggal tetap sebagai pengganti dari planet mereka yang sudah benar-benar tidak bisa ditinggali. Planet mereka tidak bisa lagi ditinggali karena sudah tidak ada lagi sumber daya yang bisa mereka manfaatkan sebagai penopang kehidupan mereka. Jadi, bumi yang kaya akan sumber daya jelas menjadi pilihan terbaik sebagai pengganti planet mereka.
Riolo pun mengernyitkan keningnya berkata, “Ya, aku juga tidak menyangka jika ramalan dari ilmuwan gila itu menjadi kenyataan. Kini, di abad ke 50, peradaban manusia yang sebelumnya mencapai titik kejayaan, hancur begitu saja karena titik balik yang membuat para manusia kembali sebelum mengenal peradaban. Sungguh disayangkan.”
“Memangnya apa yang perlu disayangkan?” tanya Ostra pada akhirnya bangkit dari kursinya dan menatap pemandangan yang mereka lewati. Pemandangan itu berupa tanah kering dan reruntuhan bangunan yang terlihat sangat menyedihkan. Tentu saja siapa pun bisa menilai, jika semuanya adalah tanda-tanda dari kehancuran yang terlihat sangat menyedihkan. Selain itu tidak terlihat tanda-tanda kehidupan di area yang luas tersebut.
Jelas Riolo menatap Ostra dan menunggu apa yang akan dikatakan selanjutnya oleh Ostra. Tentu saja Ostra menyadari tatapan yang diberikan oleh Riolo tersebut. Ia kembali berdecak. Ternyata Ostra pun berkata, “Tidak ada hal yang perlu kita sayangkan. Jika para manusia menjadi bodoh, maka kita hanya perlu memanfaatkannya. Kita rebut bumi, dan jadikan bumi sebagai sepenuhnya milik kita.”
Mendengar apa yang sudah dikatakan oleh Ostra. Riolo pun mengangguk setuju. Menurutnya, perkataan Osra memang tidak ada satu pun yang terasa salah. Semuanya memang bisa diterima. Tentu saja Ostra melihat reaksi yang diberikan oleh Riolo atas apa yang sudah ia katakan. Karena itulah Ostra pun berkata dengan penuh penekanan, “Jika kau setuju, maka kau harus fokus dengan tugasmu, Letnan Jenderal.”
Ostra memanggil Riolo menggunakan jabatan resminya sebagai Letnan Jenderal, atau dengan kata lain adalah orang yang menduduki pangkat tertinggi kedua di bangsa Draconian yang memang menganut sistem kemiliteran dalam pemerintahannya. Mendengar jika Ostra sudah menyebut jabatannya seperti ini, jelas Riolo harus mendengarkan apa yang diperintahkan oleh Ostra. Ia harus melakukan semuanya sesuai dengan apa yang diperintahkan, jika tidak maka Ostra akan memberikan pelajaran padanya.
Riolo pun pada akhirnya berkata, “Baik. Akan kulakukan sesuai dengan perintahmu, Jenderal Besar!”
Lalu Riolo menyalakan radar untuk menemukan keberadaan para manusia yang tengah bersembunyi. Jelas menunjukkan jika dirinya saat ini serius dengan apa yang akan ia lakukan. Riolo menyeringai dan berkata, “Ayo, muncul dari persembunyian kalian.”
Sementara di sisi lain, kini ada beberapa manusia yang tampak mengenakan pakaian lusuh. Mereka berkumpul di sebuah saluran pembuangan air yang besar dan berada di bawah tanah. Tempat tersebut tentu saja menjadi persembunyian yang cukup aman bagi para manusia, untuk menghindari para bangsa Draconian yang jelas tengah memburu mereka. Tentu saja mereka tidak ingin sampai tertangkap oleh bangsa asing yang mengerikan itu.
Mereka sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi jika mereka tertangkap oleh bangsa Draconian, sebab tidak ada siapa pun yang bisa lepas setelah tertangkap. Secara alami para manusia yang masih memiliki kecerdasan, jelas bisa menyimpulkan jika bangsa Draconian melakukan sesuatu yang buruk jika mereka tertangkap. Jadi, mereka memilih untuk terus bersembunyi dan melarikan diri. Tentu saja ini adalah situasi yang tidak pernah mereka duga akan terjadi, bagaimana peradaban hancur dan kini mereka berada dalam pengejaran di bumi mereka sendiri.
Kembali ke area pembuangan air di mana ada sekelompok manusia berpakaian lusuh, mereka tampak kurus. Jelas terlihat jika mereka kekurangan nutrisi. Sebab para manusia memang kesulitan untuk mencari makanan. Selain karena cuaca ekstrim yang membuat beberapa tanaman sulit untuk tumbuh, mereka juga tidak bisa menjelajah mencari makanan karena berbagai ancaman yang mereka hadapi. Salah satu makanan yang bisa mereka harapkan adalah beberapa serangga yang cukup tinggi protein. Semacam belalang yang bisa bertahan di suhu yang ekstrim.
“Makanlah, Clara,” ucap seorang pemuda bernetra hijau pada sosok gadis yang memiliki banyak kemiripan dengannya, dan memiliki netra yang sama dengannya. Hal itu terjadi, karena keduanya adalah saudara kembar. Namun berbeda jenis kelamin, dan hanya memiliki kemiripan sekitar lima puluh persen saja. Meskipun begitu, keduanya sama-sama memiliki ikatakan yang kuat seperti saudara kembar yang lainnya. Keduanya memiliki intuisi yang kuat sebagai saudara kembar, dan berbagai perasaan yang sama.
Gadis bernama Clara itu mengernyitkan keningnya saat melihat belalang yang sudah di keringkan di tangan sang kakak. “Tidak mau, Kakak. Aku tidak mau makan itu. Melihatnya saja membuatku mual,” ucap Clara pada pada pemuda yang tak lain adalah sang kakak.
Pemuda itu bernama Calvin. Ia adalah pemimpin di kelompok tersebut. Hal tersebut terjadi karena kini dirinya adalah pria tertua di kelompok tersebut. Karena itulah, Calvin mengemban tanggung jawab yang begitu besar di sana. Calvin menghela napas panjang saat adik kembarnya yang memang akhir-akhir ini semakin rewel karena situasi yang memang sangat sulit saja. Kini mereka semua semakin lemah, dan mereka semakin kesulitan mencari sumber makanan.
“Clara, kau harus makan. Apa kau ingin tertinggal saat perjalanan nanti?” tanya Calvin sembari membujuk sang adik. Sejujurnya, ia sudah tahu jika adiknya memang sangat tidak menyukai makanan seperti ini. Jika dibiarkan memilih, Clara akan lebih memilih untuk makan rumput. Namun, kini menzari rumput atau tumbuhan yang layak dimakan sangat sulit. Karena itulah, mereka tidak memiliki pilihan lain selain mengnsumsi serangga yang bisa mereka temukan dengan mudah dan memiliki nutrisi yang cukup. Setidaknya, hal ini cukup untuk mengisi perut mereka.
Sebagai pemimpin kelompok, Calvin memang sudah memutuskan untuk memulai perjalanan. Sebab kini kelompoknya sudah tidak lagi bisa bertahan sendiri. Sebagian besar anggota kelompoknya adalah wanita dan anak kecil yang jelas lemah. Jadi, lebih baik Calvin mengambil risiko dengan membawa mereka semua menuju sebuah daerah yang ia yakini menjadi tempat persembunyian teman-temannya. Clara yang mendengar hal itu pun terlihat antusias. Setidaknya, jika mereka berpindah, mereka bisa mendapatkan tempat yang lebih nyaman.
Selain itu, mereka bisa semakin aman sebab berkumpul di dalam kelompok yang lebih besar. Mungkin, perjalanannya akan terasa sangat sulit. Sebab ada berbagai macam bahaya yang harus mereka hadapi. Namun, semuanya akan setimpat dengan apa yang akan mereka dapatkan nantinya. Clara sudah sangat mengharapkan situasi ini sejak lama, hingga ia tidak bisa menyembunyikan senyumannya yang terlihat sangat cerah. Ia menggenggam tangan kakaknya dengan erat, dan memberikan tatapan penuh harap pada sang kakak.
“Kakak serius? Kita akan pergi? Kapan? Apakah sekarang juga?” tanya Clara benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa senang karena pada akhirnya mereka bisa berkumpul dengan kelompok yang jauh lebih besar. Tentu saja Calvin bisa menangkap kebahagiaan adiknya yang manis tersebut.
Calvin mengangguk, membuat Clara seketika memeluk kakaknya itu dengan erat. “Terima kasih, Kakak. Aku harap kita bisa segera berkumpul dengan yang lain,” ucap Clara.
Calvin sendiri membalas pelukan adiknya. Ia mengecup puncak kepala adik yang memang ia jaga dengan sepenuh hatinya ini. Perjalanan ini seharusnya Calvin mulai sejak lama, tetapi kondisi jantung Clara yang cukup lemah membuat Calvin harus mengundurnya untuk beberapa saat. Perjalanan akan sangat berbahaya dan kondisi jantungnya tidak memungkinkan untuk melewati perjalanan yang sangat berbahaya. Calvin juga harus menyusun rencana dan mempertimbangkan jalur yang akan mereka ambil untuk bergabung dengan kelompok yang lebih besar.
Setelah sekian lama menunda untuk memulai perjalanan, akhirnya sekarang Calvin sudah bisa memulai perjalanan bersama dengan kelompoknya. Ia sudah menyusun rencana, sekaligus mempersipakan Clara. Calvin sudah memastikan jika Clara dalam kondisi yang baik, hingga dirinya bisa melanjutkan perjalanannya tersebut. Calvin berusaha untuk menyakinkan dirinya sendiri dan menguatkan tekad. Perjalanan ini benar-benar harus sukses. Mereka harus bergabung dengan kelompok yang lebih besar. Tentu saja demi Clara sendiri, dan semua anggota kelompok.
Calvin pun berharap, jika keputusan yang ia ambil ini tidak salah. Ia mengecup puncak kepala Clara lagi dan berbisik, “Selama perjalanan yang sulit ini, kau harus berjanji untuk tetap bertahan dan berada di sisi Kakak dalam waktu yang lama.”
“Aku berjanji, Kak. Aku akan mendengarkan Kakak baik-baik,” ucap Clara berjanji dengan penuh kesungguhan. Mendengar perkataan Clara tersebut, Calvin kembali mengecup puncak kepala sang adik dengan penuh kasih sayang. Calvin sangat menyayangi adiknya, dan selalu ingin memberikan hal yang terbaik untuk adiknya satu ini.
Jujur saja, hal yang membuat Calvin bertahan hingga detik ini dan melakukan semua hal yang sulit ini, demi Clara seorang. Anggota keluarganya yang tersisa hanyalah Clara, dan itupun adalah saudari kembarnya. Ikatan perasaan mereka sangat kuat. Jika sampai Clara menghilang dan ia harus bertaan hidup sendiri, sudah dipastikan jika Calvin akan kehilangan tujuan hidup. Sebab itulah, Calvin akan melakukan segala cara untuk melindungi adiknya ini, dan hidup bahagia bersama nantinya.
“Kita akan terus bersama. Harus,” gumam Calvin selayaknya merapalkan mantra yang ia harapkan menjadi sebuah kenyataan nantinya. Benar, ia akan berusaha untuk terus bersama dengan sang adik, melindunginya dan menjalani kehidupan yang lebih layak nantinya.