“El …”
Elina menoleh, alisnya menukik tinggi mendapati saudara kembarnya itu melangkah mendekat dengan senyum lebarnya.
“Kok bisa disini?”
Wajar kalau Elina heran, karena tidak sembarangan orang bisa masuk kantor LinZone tanpa izin dari resepsionis lobi. Apalagi lantai atas yang jadi hunian ruang kerja para petingginya. Kalau Aryan tentu saja tidak aneh, karena sebagai patner bisnis dia sudah biasa wira-wiri disini. Namun, tidak dengan Ethan.
“Mau ketemu bosmu?” jawab Ethan.
“Atha?”
“Bukan, bos besar.” jelas Ethan menunjuk ke atas. Elina mengangguk paham, Ibra maksudnya. Namun, dia kembali dibuat penasaran.
“Tumben, ada urusan apa? Kan yang punya proyek disini kakakmu?” tanya El lagi, tapi Ethan justru menoyor kepalanya gemas. Shinta yang di meja samping hanya melirik, tanpa beran
