“Ib …”
Ibra hanya melirik sebentar tanpa mau menyahut panggilan Reza yang sedari tadi tampak galau mengotak-atik handphonenya. Tanpa bertanya pun mereka tahu sudah pasti dia sedang berusaha menghubungi dan mengirim chat ke Lala, tapi tidak digubris oleh adik mendiang Dini itu.
“Beri aku kesempatan untuk bertemu dan bicara dengan Lala. Tega banget kamu tiba-tiba melarangku untuk datang menemuinya. Biarpun aku salah, tapi bukan begitu konsepnya asal main pisah paksa, Ib. Ya?” ucapnya mencoba meluluhkan kemarahan Ibra.
“Nggak, mau apa lagi kamu mencarinya? Kalau mau curhat cari saja orang lain, Lala bukan tempat sampahmu. Jangan karena dia terlalu baik, lalu seenaknya kamu manfaatkan. Yang punya hati dan perasaan bukan cuma kamu,” tegas Ibra tetap pada keputusannya tidak mengizinkan Lala d
