BAB 5

1325 Kata
Sekar mencoba memejamkan matanya berkali-kali, namun, selalu saja gagal. Ia merasakan kakinya kebas dan itu membuatnya tak bisa tidur. Sekar bangun dan mencoba memijit kakinya sendiri. Kaki yang selama ini menjadi tumpuan untuk berjalan mulai terasa kebas dan ngilu. Andai kaki kiri ini pun lumpuh, apa yang harus Sekar lakukan? Sekar sudah tak bisa tidur lagi, ia memilih keluar kamar dan berjalan bolak-balik agar kakinya tidak terasa bergitu kebas. Saat ia melewati kamar Rahma, ia samar-samar mendengar sebuah doa. Suara laki-laki, apakah itu Hamdan? Sekar mencoba mendekat dan menempelkan telinganya, namun tetap tak terdengar. Ia pun memilih untuk menjauh dari kamar itu. Ia tak boleh seperti ini, ini tidak baik. Sekar membuka pintu belakang di mana ada taman yang luas dan juga kolam renang. Ia terus berjalan walau harus terseok-seok. Ia tak mau terlihat lemah dan tak berdaya, ia harus bisa berguna bagi Rahma dan Hamdan. Ia tak mau hanya numpang makan dan tidur saja. Dan yang penting adalah ia tak boleh sakit. Karena jika ia sakit maka semuanya akan repot. Sekar tak mau itu terjadi lagi. Sekar terus berjalan mondar-mandir hingga kakinya terasa lelah dan semakin cenut-cenut. Ngilu dan sakit jadi satu. Sekar menarik nafas lelah, ia pun duduk di kursi panjang taman. Mengurut kakinya kembali agar terasa lebih baik. Apa yang harus ia lakukan sekarang? “Sekar?” Sekar tersentak dan langsung bangun, namun karena kakinya sakit ia tak mampu menompang berat tubuhnya yang berdiri secara mendadak. Kaki Sekar pun oleh dan jatuh. Hamdan yang melihat itu langsung lari dan membantu Sekar. “Aduh sakit,” keluhnya tanpa sadar, karena memang ia jatuh dengan p****t lebih dulu. Rasanya ngilu. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Hamdan yang terlihat khawatir. Sekar menggigit bibir bawahnya agar tak kembali mengeluh. “Saya bisa bangun sendiri.” “Jangan keras kepala, biar saya bantu,” ujar Hamdan yang membantu Sekar berdiri. Tubuh Sekar ia dudukkan di kursi taman sementara Hamdan jongkok di bawah Sekar. “Mas, kamu ngapain?” tanya Sekar tak enak. “Diamlah.” Hamdan mencoba memeriksa kaki Sekar yang nampak besar sebelah karena kaki kanan Sekar sudah mati rasa dua tahun yang lalu. “Ini sudah mulai terkena imbas dari si kanan. Besok saya antar kamu ke dokter.” “Apa? Dokter, tidak perlu, Mas. Saya tidak apa-apa kok.” Hamdan menatap Sekar dengan tajam. “Kamu istriku kan?” Sekar terdiam. “Kalau kamu anggap saya suami, maka dengarkan perkataan saya. Paham?” Sekar mengangguk dengan takut. Hamdan menarik tubuh Sekar dan membawanya kembali ke kamar. “Tidurlah, ini sudah malam. Besok pagi setelah sarapan saya antar kamu ke rumah sakit.” “Terima kasih, Mas.” Hamdan menoleh dan menatap Sekar sejenak kemudian berlalu dari kamar Sekar.   ****     Rahma tengah duduk di ranjang saat Hamdan kembali. Ia memperhatikan suaminya dengan raut penasaran. “Kamu dari mana, Mas?” tanya Rahma. “Sekar.” Rahma tersentak namun juga senang. “Sungguhkah? Kamu dari kamar Sekar?” “Ya, kenapa?” “Apa kalian ….” “Jangan berfikir macam-macam. Sudah sana tidur.” Hamdan naik ke atas ranjang dan hendak tidur, namun Rahma justru memeluk lengannya. “Mas, cerita dong, kenapa kamu tiba-tiba di kamar Sekar?” “Rahma, ini sudah malam, lebih baik kamu tidur, besok pagi baru aku cerita, ya.” Rahma cemberut dan melepas pelukkannya. Hamdan menarik nafas dan meraih wajah Rahma lalu ia kecup bibirnya. “Besok aku akan antar Sekar ke rumah sakit.” “Loh, kenapa? Apa Sekar sakit, Mas?” Rahma nampak panik seketika. “Kakinya yang kiri bermasalah, ia mulai merasa sakit, itu terjadi akibat kaki kanannya lumpuh. Kiri kena imbas karena Sekar tidak pernah memeriksa kondisi kakinya selama ini.” Rahma mengangguk paham. “Aku ikut ya, Mas.” “Kamu yakin?” Rahma hendak mengangguk, namun kemudian ia menggeleng. “Enggak jadi deh.” “Kenapa?” “Panas pasti, aku mual kalau kena sinar matahari.” “Dasar ibu hamil yang aneh.” Hamdan menerkam Rahma dan menciumi wajahnya. “Yang sehat ya sayang. Jaga anak kita baik-baik.” “Ya, Mas, insyaAllah.” Hamdan mengecup kening Rahma dan mengajaknya tidur. Rahma kembali membuka matanya. Ia raba wajah sang suami yang tampan itu. Ia tersenyum kala mengingat Sekar dan Hamdan akan pergi berdua, Rahma tak boleh ikut besok agar mereka memiliki waktu berdua. Rahma tahu rasanya cemburu itu tidak enak. Tapi, sebagai istri tua, ia harus membimbing suami dan istri kedunya agar rukun. Ia tak mau melihat Sekar dan Hamdan nampak seperti musuh. Saling diam dan melontarkan kata-kata pedas. Rahma mengajak Sekar hingga harus menikahkannya dengan suaminya karena Rahma ingin melihat Sekar bahagia.   ****   Sekar dan Hamdan tengah berada di dalam perjalanan menuju rumah sakit. Dari rumah sampai sekarang mereka tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Rasa canggung menggelayuti hati Sekar. Ia tak enak hati karena telah membuat repot Hamdan yang harus berangkat bekerja. Menolak pun rasa segan karena Hamdan sudah berusaha baik di hadapan Sekar. Hamdan membelokkan mobilnya ke kanan dan masuk ke parkiran rumah sakit besar di kota. Hamdan lantas turun dan membuka pintu untuk Sekar. Ia bahkan membantu Sekar untuk turun dengan memegangi tangannya. Sekar berjalan pincang di belakang Hamdan yang lebih dulu masuk ke dalam rumah sakit. Beberapa orang melirik ke arah Sekar dan berbisik-bisik. Hamdan yang memperhatikan itu langsung berhenti dan menungguu Sekar yang tertinggal di belakang. Begitu mereka sejajar Hamdan lantas meraih tangan Sekar dan menuntunnya. Semua mata langsung terbelalak melihat pasangan yang sangat jomplang itu. Si tampan dan si buruk rupa tengah berjalan bersama. Sekar melirik Hamdan yang cuek saja mendapatkan perhatian dari sekitarnya. Entah kenapa jantung Sekar berdegup kencang setiap kali melihat wajah Hamdan dan juga merasakan sentuhan tangan Hamdan. Ia tak boleh jatuh hati pada suaminya. Ia tak boleh melukai hati Rahma sahabatnya. Ia takut menjadi egois  bila telah merasakan cinta. Dan Sekar tak mau hal itu terjadi. Hamdan membawa Sekar masuk ke dalam ruang dokter yang akan menangani Sekar. Dokter itu bernama Hans, ia adalah sahabat baik Hamdan. Begitu Hamdan masuk Hans agak terkejut karena yang Hamdan bawa bukanlah istrinya. Melainkan wanita lain. Namun, Hans tetap mempersilahkan mereka untuk duduk dengan menatap Hamdan penuh tanda tanya. Hamdan sengaja menghindari kontak mata dengan Hans. Karena ia tak mau Hans banyak bertanya perihal Sekar. Selesai pemeriksaan Sekar di berikan obat anti nyeri dan di minta untuk banyak terapi di rumah. Semisal berjemur dan berjalan tanpa alas kaki. Itu akan membuat kaki hangat dan terasa rileks. Setelah selesai Hamdan mengajak Sekar untuk keluar namun, Hans menghentikan Hamdan. Dengan alasan ada hal yang ingin di bicarakan. Hamdan pun meminta Sekar menunggu di luar. Hamdan duduk dengan wajah datarnya. “Jadi, boleh aku tahu, siapa wanita yang kamu bawa itu?” tanya Hans langsung. “Sahabat istriku.” “Wow, sahabat yang bisa kau antar ke rumah sakit berdua saja dan bahkan kamu menyentuh lengannya?” ledek Hans yang tahu betul tentang Hamdan. Karena Hamdan tidak pernah menyentuh wanita yang bukan mahramnya tanpa sebuah kesengajaan. “Sekar namanya, sahabat istriku dari kecil dan ia sebatang kara. Hal yang mengejutkan adalah ia kini menjadi istri keduaku.” Hans melotot. “Oh Tuhan, aku tidak tahu apa yang merasuki otakmu itu, Bung! Kamu memiliki istri yang sempurna dari kecantikan bahkan akhlaknya. Dan kini, kamu malah menikahi sahabat istrimu yang … yang … yah kau tahulah apa maksudku.” “Buruk rupa serta pincang, begitu?” Hans menarik nafas. “Aku menikahi bukan karena fisik, Hans. Hanya itu yang perlu kau tahu. Aku permisi.” Hamdan bangun dari duduknya. “Hey, kau tersinggung?” Hamdan menoleh. “Ya, karena bagaimana pun Sekar sekarang adalah istriku. Harga dirinya adalah harga diriku juga. Permisi.” Hamdan keluar dari ruangan Hans. Dan mematung saat melihat Sekar ada di depan pintu dengan wajah tak percaya. Hamdan yang tahu jika Sekar mendengar semuanya berusaha cuek saja. “Ayo, aku antar pulang.” Hamdan berjalan lebih dulu di susul Sekar di belakang, namun lagi-lagi karena Sekar lama menyamai langkah membuat Hamdan harus kembali dan menuntun Sekar.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN