Bab 9-Kecil-kecil Cabe Rawit

1023 Kata
Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Kevin mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan singkat ke Eliza. Drrzztt Pop up notifikasi di ponsel Eliza berbunyi. Namun, yang empunya sedang asik bermain game tembak-menembak di ponselnya. "Tunggu bentar ya Kevin, nanggung udah mau chicken!" gumam Eliza sendiri. "Yess chickenn!" seru Eliza senang karna memenangkan permainan bersama timnya. Eliza menutup aplikasi game, mengganti dengan cepat membuka aplikasi pesan. 📨 ‘Sore, sudah bisa dijemput?’ [Kevin] Eliza segera membalas pesan dari Kevin, ‘Sore juga kak. Bisa kak... Ditunggu hehehe.’ [Eliza] ‘Ok! On the way!’ [Kevin] ***** Setelah mendapatkan pesan dari Eliza, Kevin segera keluar dari kantornya menuju butik Eliza menggunakan lift khusus CEO. "Hai..." sapa Kevin yang sudah ada didepan butik. "Hai Kak..." sahut Eliza, berdiri dari duduknya. "Yukk..." ajak Kevin sambil mengangguk pelan kepalanya. "Oke kak!” ujar Eliza ke Kevin, “Ani, aku duluan ya..." lalu berpamitan ke karyawannya. "Siap Nona Eliza!!" jawab Ani sambil mengangkat ke dua ibu jarinya. "Senangnya jadi Nona Eliza... Dikelilingi oppa oppa korea... Apalah aku si kentang! Nasib nasib..." gumam Ani melihat Nona Elizanya. ***** Di dalam mobil... "Kita ke Segarra aja mau? Mumpung masih sore," ujar Kevin ke Eliza. Dari tadi siang Kevin mencari di website rekomendasi restaurant yang nyaman dan bisa lihat sunset. "Boleh kak... Tapi, bukannya kalau kesana kudu reservasi dulu ya?" "Sudah kok!" jawab Kevin sambil mengedipkan mata. "Wahh keren! Semoga bisa lihat sunset!" senang Eliza membayangkan sunset yang indah. Empat puluh menit perjalanan ke Seggara Western Restaurant yang berada di Jakarta Utara. Restaurant yang cozy dan mewah. Memiliki live music dan pemandangan yang sangat indah berhadapan langsung dengan pantai. Akhirnya Kevin dan Eliza tiba di parkiran restaurant. "Tiba juga... " seru Eliza. “Iya, kamu lelah??" tanya Kevin sambil mengusap lembut kepala Eliza. Entah kenapa menjadi kebiasaan baru Kevin kepada gadis imut ini. "Gakk kak... Kan tadi ketiduran," jawab Eliza sambil ketawa. Yess... Baru lima belas menit perjalanan Eliza sudah ketiduran. "Hahah..." tawa renyah Kevin melihat tingkah Eliza. "Silahkan, Nona Eliza!" ujar Kevin sambil membuka pintu penumpang untuk Eliza. "Thank you kak..." Eliza turun dari mobil. Mereka berdua jalan menuju meja yang sudah di reservasi oleh Kevin. Yang ternyata lokasinya pas berhadapan dengan pantai. "Duduk," Kevin menarik kursi untuk Eliza. "Thank you kak," lagi-lagi Kevin berlaku manis ke Eliza. "Kenapa sweet begini sih?" gumam Eliza dalam hati mendapatkan perlakuan manis dari Kevin. Kevin duduk di sebelah Eliza. Karna dia memesan meja yang langsung bisa melihat View Pantai. "Selamat sore, ini daftar menunya," sapa seorang waiters. "Sore," jawab Eliza santai, menerima buku menu. Kevin dan Eliza memilih makanan dan memesan makanan mereka. Tak lama kemudian pesanan mereka sudah ada di depan mereka. Sambil menanti sunset, Kevin dan Eliza memakan hidangan yang tersedia. Semua tampak menggugah selera. "Enak banget gorengannya kak!" gumam Eliza pada saat memakan fish and chips. "Serius??" tanya Kevin sambil mengambil potongan makanan yang ada ditangan Eliza dan memakannya. "Isshhh... Iseng banget sihh kak!" gerutu Eliza yang melihat makanannya sudah berpindah dari tangannya ke mulut Kevin. "Tuhh masih banyak!" tunjuk Kevin cuek ke tumpukan gorengan. "Iya iya..." jawab Eliza manyun. Dan mengambil lagi fish and chips dari piring. Tak terasa warna langit sudah menjadi jingga. Sunset sudah mulai terlihat. "Hmm, cantikkk bangett...!" seru Eliza melihat betapa indahnya fenomena yang ada di depan matanya ini. "Iyah cantik!" balas Kevin yang sedang menatap wajah gadis di sampingnya. Wajah mungil yang begitu indah dipandang. Angin semilir pantai yang menerpa rambut lembut Eliza membuatnya terlihat begitu cantik di mata Kevin. "Hmmm sadar Kevin!" gumam Kevin menyadarkan dirinya sendiri yang sudah sangat lama melihat Wajah Eliza bak boneka. "Mau jalan-jalan ke pinggir pantai?" tawar Kevin. "Emang boleh kak? Mau banget kalau bisa!" seru Eliza kegirangan seperti anak kecil yang dikasih permen. "Ya sudah, yuk!" Kevin berdiri dari duduknya, menunggu Eliza bersiap-siap. Eliza pun berjalan disamping Kevin. Kevin dan Eliza menikmati suasana malam di pinggir pantai. Masing-masing hanyut pada pikiran mereka. Tak sadar mereka jalan terlalu jauh dari lokasi restaurant dan pusat keramaian. "Harta atau nyawa?" Suara bariton mengagetkan mereka berdua. Kevin refleks menarik tangan Eliza untuk berlindung di belakangnya, ternyata ada tiga orang preman yang menghadang mereka. "Harta atau nyawa??!" tanya ulang bos preman yang merasa tidak direspon oleh pasangan di depannya. Kevin hanya diam sambil menaikkan lengan panjangnya sampai ke sikunya. "Eli, berlindung di belakangku, kamu tidak perlu khawatir, hmm?" ujar Kevin menenangkan Eliza. "Ok kak!" jawab Eliza dengan tenang. Kevin pun maju siap untuk menghajar preman-preman didepannya ini. "Wahhh berani juga nih pria kaya manja, ceweknya putih bening euy..." pada saat belum selesai preman ini bicara. Bugh! Kevin tak tahan mendengar ocehan preman didepannya. "b******k! Hajar!!" seru bos preman ke anak buahnya tidak terima mendapatkan pukulan dari Kevin. Kevin menghajar tiga preman didepannya. Bagi Kevin preman jalanan seperti ini tidak ada arti baginya. Eliza yang melihatnya pun terperanjat kaget. "Woww daebak!" seru Eliza pelan. Tiba-tiba saja seorang preman menghampiri Eliza dan meraih tangan Eliza dengan kasar. Dengan cepat Eliza memutar tangannya agar terlepas dan memberikan tendangan ke bagian perut ke pria tersebut. Kevin terperanjat melihat aksi Eliza. Dengan mudahnya dia menjatuhkan pria kekar di sampingnya. Walaupun begitu, rasa khawatir tidak bisa hilang di hati Kevin. Pria tampan itu berlari menuju Eliza. Karena perkelahian Kevin dengan tiga preman membuatnya menjauh dari Eliza. "Kamu gak di apa-apain ‘kan, Eli?" tanya Kevin khawatir. "Iyah kak..." jawab Eliza santai sambil mengangkat ibu jarinya. "Syukurlah, kecil-kecil cabe rawit!" seru Kevin lega sambil mengusap puncak kepala Eliza. "Iyaahh dong... Ini mahh kecil!" ujar Eliza sombong melihat preman di sampingnya. "Ya udah yuk!" ajak Kevin. “Terus mereka berempat kak?" tanya Eliza sambil menunjuk satu per satu preman yang sudah terkulai di pasir. "Tinggalin aja, biar masuk angin!" sahut Kevin asal. "Hahahahah boleh... Boleh!" Eliza tertawa mendengar ucapan asal Kevin dan menyetujui ide Kevin. Mereka berdua pun jalan kembali menuju Restaurant. "Mau pulang kemana ?" "Ke apartmentnya Dina aja kak." "Ok... Let’s go!" balas Kevin dan menggenggam tangan Eliza. Deg deg deg! Jantung Eliza berdetak begitu kencang, entah perasaan nyaman apa yang dia rasakan saat ini. Di saat yang sama, Kevin juga merasakan jantungnya berdegup cepat, ia tidak berani menoleh ke arah Eliza. Mereka jalan dalam diam dengan pikiran mereka masing-masing.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN