Chapter 17 : Salah Paham

1914 Kata

Irwan menatap Sisi yang sedang melamun di salah satu kursi restoran. Wanita itu terlihat begitu sedih. Irwan mengira pasti ada sebuah beban yang begitu berat dalam hidupnya. Sisi yang sekarang berbeda dengan Sisi yang dia kenal beberapa waktu lalu. Sisi termenung. Mata indahnya yang biasa berbinar kini meredup. Seolah tidak ada harapan sedikitpun disana. Yang terlihat oleh Irwan hanya kepasrahan. Sepertinya Sisi sedang putus asa. Irwan berdecih. Apa sekuat itu perasaannya pada sosok wanita lembut itu? Sampai isi hatinya pun seolah bisa dia raba. Irwan tersentak saat Aisha menggoncang tangannya. "Om, es krimnya!" Aisha menunjuk pada pegawai restoran yang menyerahkan nampan berisi pesanan mereka. "Makasih Mbak." Irwan menerima nampan dari pegawai restoran. Kemudian mengajak Aisha

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN