15. Modusnya Sang Dosen

1438 Kata
Pak Bagas Dosen : Kalau ada waktu, hari ini kita urus skripsi kamu. Pesan tersebut Dini dapatkan tak lama setelah Levian masuk ke dalam mobil. Posisi Dini juga masih duduk di sebelah Anna. Sesuai jadwal, Dini akan menemani putri sambungnya sekolah. Pagi ini sekitar pukul enam, keduanya berangkat satu mobil dengan Levian. Walau Anna yang duduk di tengah Dini dan Levian, tetapi tak membuat tangan Levian melepaskan istri barunya begitu saja. Tangan kiri Levian sibuk mengelus punggung Dini, meski tangan kanannya sibuk dengan ponsel. “Gimana sih pak Bagas. PHP banget. Kemarin susahnya minta ampun, eh mendadak kasih harapan,” batin Dini langsung terusik lantaran ada pesan baru di ponselnya dan ternyata masih dari sang dosen. Pak Bagas Dosen : Gimana, Din? Kamu lagi kejar jadwal kelulusan, kan? Detik itu juga Dini menghela napas pelan. Kemudian, fokusnya teralih kepada sang suami. Di sebelah Anna yang anteng dengan seragam warna perpaduan merah maroon dan putih, Levian yang tampak begitu sibuk dengan ponsel. Alasan tersebut pula yang membuat Dini tak berani mengusik sang suami. Pun meski tangan kiri Levian tak kunjung berhenti memainkan tali b r a Dini, Dini tak berani mengusik sang suami. Takut Levian sedang urus hal penting dan bisa jadi tidak penting gara-gara perhatian pria itu teralih kepadanya. “Nanti malam Papa pulang telat, ya,” lembut Levian masih fokus pada ponsel. “Nah kan bener, ... sibuk banget tuh orang!” batin Dini yang terus mengangguk-angguk sambil memeluk Anna yang jadi meminta tidur dengannya, malam nanti. “Nanti malam tan atu tidul tama Mama, tapi kalau Papa pulang, Mama ke Papa?” ucap Anna benar-benar manis. Saking manisnya sang putri, Levian langsung menghadiahinya kecupan di pipi kanan Anna. Lain lagi dengan Dini yang jadi kikuk gara-gara ucapan Anna. “Si Anna sudah terarahkan banget oleh papanya apa gimana ya,” batin Dini yang makin kikuk lantaran bibir Levian juga mengabsen pipi kanannya tiga kali. Anna yang menyaksikan itu jadi sibuk senyum memandangi wajah Dini maupun Levian silih berganti. Anna terlihat sangat bahagia di setiap interaksi manis antara Levian dan Dini. Karena pada kenyataannya, memang begitu yang Anna rasakan. Anna bahagia, Anna suka, melihat mama papanya saling sayang. “Atu tuka liyat Papa Mama saying syayang! Papa Mama, syayang-syayang teyus, ya!” ucap Anna benar-benar manis. “Anna mau dedek bayi, enggak?” tawar Levian yang tak hanya membuat Anna bingung. Karena Dini yang ada di sana juga langsung kebingungan. Sambil menahan rasa gugup, Dini mencubit pinggang kiri sang suami. Ia melakukannya dari belakang punggung Anna. “Aaaa!” refleks Levian menahan sakit akibat cubitan Dini. Namun, respons Dini yang sampai mencubitnya, justru membuat Levian merasa sangat bahagia. “Dede bayi yang kaya apa, Pa, ... Ma?” tanya Anna polos. “Yang lucu-lucu!” jawab Levian bersemangat sambil sesekali melirik Dini. Ia dapati, pipi sang istri yang jadi merah merona. Dini tampak menahan malu, tapi cenderung karena gugup. “Waaahhh ... atu mau yang buanyaaaaat!” heboh Anna langsung antusias. “Waaah ... yang banyak ya!” ucap Levian tak kalah heboh dari sang putri sambil melirik sang istri yang jadi menghindari lirikan apalagi tatapannya. “Apaan sih Mas Levian. Modus banget,” batin Dini jadi geli sendiri. Namun tiba-tiba saja Dini ingat. Selama dirinya di rumah orang tua Levian, ia tak melihat Leon. “Si Leon ke mana, ya? Memang dia yang sudah enggak tinggal di rumah. Atau, dia hanya ada di waktu-waktu tertentu saja? Jujur, walau saat di malam pertama kami, dia mirip orang k e s e t a n an. Apa yang aku dan Mas Levian lakukan sebelum kami menikah dan menjadi alasanku tak p e r a w a n, bikin aku merasa, bahwa aku sudah mengkhianatinya. Masalahnya, wanita mana yang sudi d i p e r ko s a, bahkan meski pelakunya pria yang lebih dari calon suaminya?” batin Dini yang juga kembali kepikiran sang dosen. Sebab tak biasanya, walau belum Dini balas, pak Bagas jadi rutin mengiriminya pesan. Pak Bagas Dosen : Saya benar-benar minta maaf ya, Din. Bukan maksud saya mempersulit kamu maupun mahasiswa/i lainnya. Namun, yang saya urus memang sangat banyak. “Jujur, kalau sudah WA ada maaf-maaf dan rutin Wa, aku malah jadi takut. Soalnya biasanya, pasti ujung-ujungnya ke urusan pribadi. Bismillah sih, pak Bagas beda dan bisa profesional. Apalagi aku paham, suamiku super posesif!” batin Dini lagi. •••• Di tempat berbeda, pak Bagas tengah duduk di tempat duduk penumpang taksi online yang digunakan. Pak Bagas masih fokus menunggu, menatap layar ponsel yang sesekali ia nyalakan. Meski tak lama kemudian, layar ponselnya akan kembali gelap. Sebenarnya, pak Bagas tengah menunggu balasan pesan WA dari Dini. Jika biasanya ia yang harus menahan diri untuk tidak gercep membalas Dini agar Dini menunggunya, kini giliran dirinya yang ada di posisi Dini. Tak biasanya Dini lama dalam membalas pesan darinya. Padahal biasanya Dini sangat cepat tanggap dan kapan pun ia minta waktu, akan selalu sigap. Malahan, ialah yang selalu mengulur waktu dengan mengingkari jadwal yang sudah mereka sepakati. Tentunya, ia sengaja melakukan itu agar ia memiliki alasan untuk tetap dikejar Dini. “Masalahnya, kok sekarang Dini jadi sama Levian terus? Bukankah Dini pacaran sama adiknya Levian?” pikir pak Bagas yang belum tahu, hubungan Dini dan Leon sudah sampai menikah meski pada akhirnya diakhiri dengan pembatalan pernikahan. Terlepas dari semuanya, pak Bagas juga belum tahu bahwa sebenarnya, Dini dan Levian sudah sampai menikah. Hingga ketika ponselnya berdering singkat dan itu tanda pesan masuk yang diiringi menyalanya layar, pak Bagas langsung tersenyum semringah. Tak lama kemudian, dadanya juga jadi bergetar dan itu karena pesan balasan dari anak didiknya yang usianya terpaut tujuh tahun lebih muda darinya. Dini : Untuk hari ini, jadwal saya padat, Pak. Saya harus urus banyak urusan. Bukan bermaksud sibuk, tapi ini urusan keluarga 🙏 Tak mau kehilangan kesempatan, pak Bagas langsung menulis pesan balasan. Pak Bagas Dosen : Iya, tidak apa-apa, Din. Atur waktu saja disesuaikan dengan waktu kamu. Selain itu, pak Bagas juga sengaja modus dengan cara salah kirim emoji. Pak Bagas Dosen : ❤️😘 Pak Bagas Dosen : Sorry, salah kirim. Dini : 🙏 ••• Malam harinya, Levian merasa sang istri sibuk berkirim pesan. Namun ketika ditanya, Dini tidak mengakuinya secara gamblang. “Banyak pesan yang terlewat dan baru sempat aku balas. Soalnya seharian ini aku sibuk urus kerja kelompok Anna. Jadi, seharian ini aku sama mama wali murid lain, bikin kerajinan tangan. Bikin tong s a m p ah dari galon dan wajib ada dokumentasinya bareng-bareng yang lain. Buat di rapot, Mas." Dini menjelaskan secara rinci, tapi sang suami tetap menyita ponsel Dini kemudian memeriksa satu persatu isinya. Untungnya, pesan masuk di WA Dini memang sangat banyak. Hingga pesan dari pak Bagas yang tertimbun pesan lain, belum sempat Levian lihat. Dini mengambil ponselnya untuk dicas dan di meja jauh dari tempat tidur. “Galak banget,” komentar Levian kepada sang istri yang baru meninggalkan ponselnya. “Makanya nikah sama batu, biar Mas enggak pernah lihat istri Mas main hape. Batu kan enggak mungkin main hape!” sebal Dini yang memang ngambek. “Heh! Nikah sama batu, gimana ceritanya. Memangnya kamu mau jadi batu?” balas Levian buru-buru agak merangkak hanya untuk bisa segera menghampiri Dini yang baru bersiap tidur di sebelahnya. “Dikiranya aku roro jonggrang!” balas Dini masih sewot, tapi Levian tak sedikit pun marah kepadanya. Malahan makin Dini ngambek, makin sibuk juga Levian merayu sekaligus berusaha meredam kekesalan Dini. Layaknya kini, Levian sudah langsung mendekap mesra tubuh Dini. Setelah mengabsen wajah Dini dengan bibir searah gerakan jarum jam, bibir Levian juga mengabsen d a d a Dini yang tak tertutup lingerie warna hitam. “Mas, ... Leon apa kabar? Kayaknya aku enggak lihat dia di rumah,” ucap Dini yang memang tetap merasa bersalah kepada Leon. Terlebih meski ia berakhir ditalak oleh Leon, ia justru menikah dengan kakak Leon. Mendengar pertanyaan sang istri, Levian yang awalnya tengah melakukan c i u m an dalam di d a d a Dini, refleks berhenti. Ia berangsur mengangkat wajah maupun kepalanya kemudian menatap kedua mata Dini. Dari nada suara Dini, tadi Levian merasa bahwa sang istri seolah merasa bersalah. Levian berpikir, mungkin karena sebelum menikah dengan Leon, ia justru me r e n g g u t kesucian Dini. Hingga saat di malam pertama, Leon berakhir menjatuhkan talak. Masalahnya setelah ditalak Leon, Dini justru menikah dengannya yang tak lain kakak kandung Leon. “Nantinya kamu juga tahu. Biar dia dewasa dan bertanggung jawab pada apa yang telah dia perbuat,” ucap Levian. “Maksudnya?” sergah Dini, tapi Levian menggeleng kemudian membuat bibir mereka bertemu bahkan bersatu dalam l u m a tan yang benar-benar lembut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN