Ziva keluar dari kamar bersama Ema. Ia melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Kediaman Cristopher sangatlah megah. Ziva merasa tinggal disebuah istana, apa lagi gaya rumah ini gaya khas Eropa yang berkelas dan juga setiap ruangan di penuhi barang-barang antik yang mungkin kira-kira berharga ratusan juta dolar.
Ziva bergidik ngeri membayangkan pekerjaan Evans di dunia hitam. Apa Evans juga memilki bisnis perdagangan manusia? Membuat bulu kuduk Ziva meremang. Ziva ingin sekali memaki Zava, jika suatu saat ia bertemu dengan saudari kembarnya itu. Bagaimana mungkin Zava berani masuk kedalam kehidupan Keluarga Cristopher yang sangat berbahaya.
Ziva menghela napasnya karena ia ingat betapa Zava sangat menyukai uang. Hidup tanpa bergelimang harta tidak akan mungkin bagi seorang Zava. Ziva melihat hampir semua keluarga berada di meja makan, kecuali Dimitri. Ada perasaan khawatir karena ia tidak bisa langsung bertemu Dimitri. Ziva memilih duduk di sebelah Krystal alih-alih duduk disebelah Evans dan akan membuatnya terkena masalah karena kecemburuan Clara. Apalagi Grace tak segan membunuhnya mengingat prilakunya beberapa hari yang lalu yang hampir membuatnya kehilangan nyawanya.
"Ayo makan!" ucap Evans. Ziva menyuapkan sup yang ada dihadapanya dengan pelan namun ia terbatuk saat merasakan rasa asin di lidahnya.
Mereka benar-benar jahat...
Batin Ziva
Evans mengerutkan dahinya saat melihat Ziva memilih untuk tidak kembali mencicipi sup yang ada di hadapannya. Ziva memilih memakan sandwich namun lagi-lagi rasa sandwich membuatnya ingin segera mengelurkan potongan sandwich itu dari dalam mulutnya.
Ziva berdiri dan ingin menuju toilet dan memuntahkan potongan sandwich yang ada didalam mulutnya namun suara dingin Evans membuatnya menghentikan langkahnya.
"Mau kemana kamu?" tanya Evans dingin.
"Ke toilet," ucap Ziva dengan mulut yang penuh membuat Clara dan Grace tersenyum penuh kemenangan.
Semua keluarga tahu bagaimana kebiasaan Evans. Evans tidak menyukai jika ada orang yang meninggalkan meja makan tanpa menghabiskan makanannya atau pergi meninggalkan makan pagi keluarga dan mendahuluinya. Semua orang harus menunggu sang penguasa kediaman Cristopher itu selesai menyantap sarapan paginya.
"Duduk!" perintah Evans.
Ziva tidak bisa menahan rasa pahit yang ada didalam mulutnya. Apa yang telah diletakkan mereka didalam sandwichnya, hingga terasa sangat pahit. Abel yang duduk disamping Ziva memberikan Ziva tisu kepada Ziva, membuat Grace menatap tajam Abel. Ziva segera mengambil tisu dan mengeluarkan sandwich yang berada didalam mulutnya.
"Wueeekkk... Maaf" ucap Ziva. Ema yang berdiri dibelakang Ziva segera memberikan Ziva segelas air putih pada Ziva. "Terimakasih Ema," ucap Ziva. Ema memberikan senyum tulus pada majikannya itu.
"Selera makanku hilang, kau sungguh menjijikan!" teriak Clara.
"Tidak tahu sopan santun" kesal Grace.
Grace dan Clara sengaja ingin membuat Ziva tidak betah dan memilih untuk bercerai dari Evans. Apalagi melihat Evans mulai memperhatikan Ziva membuat Clara berencana untuk segera menyingkirkan Ziva. Apapun akan ia lakukan agar ia bisa menjadi Nyonya Evans Cristopher.
Ziva memilih untuk diam alih-alih melayani ucapan Grace dan juga Clara. "Apa menurutmu makanan disini tidak enak lagi? Apa lebih enak makanan di rumah kekasihmu?" ucap Arabella membuat Ziva menatap Arabella dengan tatapan dingin.
Arrabela merupakan putri sulung Evans dari pernikahan pertamanya. Entah bagaimana Evans mendidik putri sulungnya hingga bersikap kasar seperti Grace dan juga Clara. Saat ini Arrabella berumur 16 tahun sedangkan Crystal berumur 14 tahun. Remaja yang harusnya diperhatikan oleh ibunya.
"Pa, harusnya Papa ceraikan dia dan segera menikah dengan Tante Clara" ucap Arrabella membuat Crystal membanting sendok makanya dengan kasar.
"Dia atau dia sama saja. Tidak ada ibu yang baik buat kita Bel," ucap Crystal.
"Cukup, kalian merusak pagi ini dengan hal yang harusnya tidak dibicarakan di meja makan!" kesal Elena.
Elena Cristopher merupakan Adik bungsu Evans berlainan ibu. Ele merupakan anak Grace dan Brave ayah kandung Evans.
Aron saat ini sedang melakukan perjalanan bisnis ke Australia. Aron merupakan adik kandung Evans. Satu-satunya saudara yang lahir di rahim yang sama dengan Evans. Jika ada Aron mereka semua lebih memilih untuk diam dan tidak membuat masalah, karena Aron tidak akan segan-segan membuat suasana makan pagi menjadi bencana mengerikan. Ia bahkan hampir pernah memotong jari Grace karena lancang membicarakan hari ulang tahun pernikahannya bersama Brave. Aron sangat membenci Ibu tirinya itu.
"Ema, bawa istri saya ke atas dan siapkan makan pagi yang layak!" ucap Evans membuat Grace dan Clara tidak menyangka dengan apa yang ia dengar. Biasanya Evans tidak memperdulikan Zava dan menganggap Zava tidak ada. Bahkan Zava tidk diwajibkan makan bersama seperti layaknya keluarga Cristopher.
"Ayo Nyonya!" ajak Ema.
Ziva segera menuju lantai dua dan menuruti keinginan Evans. Ia menghela napasnya karena suasana keluarga Evans benar-benar kacau. Ema membuka pintu sebuah ruangan yang ternyata adalah ruang kerja yang terdapat banyak sekali buku-buku.
"Silahkan duduk Nyonya!" ucap Ema meminta Ziva untuk duduk di sofa.
Ema melangkahkan kakinya keluar namun Ziva segera memanggilnya. "Tunggu Ema, kenapa kita disini?" tanya Ziva bingung.
"Ini ruang kerja tuan Nyonya, tuan sepertinya akan menemani Nyonya sarapan!" jelas Ema dan ia segera keluar memanggil pelayan untuk menyiapkan makan pagi untuk Ziva.
Ziva mengedarkan pandanganya dan melihat semua barang-barang yang ada diruangan ini. Semua benda yang ada di ruangan ini tertata dengan rapi. Karena bosan menunggu, Ziva berdiri dan mulai mendekati rak buku-buku yang tertata rapi di lemari. Ia menyukai buku-buku yang ada disini.
Tidak heran dia sangat cerdas dalam membangun bisnisnya. Buku-buku ini sangat sulit didapatkan. Apa lagi Beberapa diantara buku-buku ini berbahasa asing. Apa Evans menguasai banyak bahasa asing?
Batin Ziva.
Bunyi pintu terbuka dan sosok Evans masuk kedalam ruang kerjanya bersama para pelayan yang membawakan sarapan untuk Ziva. Evans menatap Ziva dengan tatapan dingin, ia duduk tepat dihadapan Ziva dan meminta semua pelayan termasuk Ema yang juga masuk bersama pelayan untuk segera keluar dari ruangan ini.
Ziva menelan ludahnya saat tatapan Evans mulai membuatnya mengeluarkan keringat dingin. "Ada yang ingin kau bicarakan padaku?" tanya Evans.
Ziva menelan ludahnya dan segera mengggelengkan kepalanya dengan gugup. "Tidak".
Evans tertawa membuat Ziva menatap Evan dengan kesal "Dimana keberanianmu Zava. Bukanya bisanya kau akan merayuku dan duduk dipangkuanku?" ucap Evans membuat Ziva menelan ludahnya.
Aku tidak mungkin melakukan kontak fisik dengan suami saudaraku.
"Aku bosan merayumu," ucap Ziva membuat Evans berdiri dan duduk tepat disamping Ziva.
"Kalau begitu mulai sekarang kau akan benar-benar menjadi istriku. Aku lebih menyukai kau yang sekarang. Kau berbeda!" bisik Evans tepat ditelinga Ziva membuat wajah Ziva memerah.
Ziva segera menjauh namun lagi-lagi Evans memajukkan tubuhnya hingga jarak mereka sangat dekat saat ini. "Setelah kau kembali kau membuatku tertarik Zava," ucap Evans.
"Aku... Aku..." Ziva memejamkan matanya karena takut.
Evan menyunggingkan senyumannya dan mengacak-acak rambut Ziva membuat Ziva terkejut. "Habiskan sarapanmu dan setelah itu kau ajak Dimitri bermain!" ucap Evans merapikan jasnya dan ia segera melangkahkan kakinya duduk di meja kerjanya.
Ziva segera memakan sarapannya dan untung saja sarapannya saat ini sangat lezat. Dengan lahap Ziva menghabiskan beberapa potong roti dan juga segelas s**u. Ia tidak menyadari Evans saat ini menatapnya dan juga sesekali melirik laptop yang ada hadapannya.
"Kau tahu sekali kau berbohong padaku. Aku tidak akan membiarkan kau pergi dari hidupku. Aku sudah meminta kejujuramu tapi kau menolaknya!" ucap Evans.
Evans ingin Ziva jujur jika ia bukanlah Zava, tapi sepertinya Ziva memilih untuk tidak mengatakan sebenarnya membuat Evans membiarkan Ziva menjadi Zava jika itu yang diinginkan Ziva.
Evans telah mendapatkan kabar jika Zava saat ini sedang bersama kekasihnya di Bali. Wanita yang ia nikahi adalah jelmaan iblis sedangkan yang ada dihadapannya saat ini membuatnya sedikit tertarik.
***
Setelah selesai sarapan Ziva segera menuju kamar Dimitri. Ia terkejut saat melihat wajah sendu keponakannya itu. Dimitri melihat kedatangan Ziva membuatnya segera memeluk Ziva dengan erat.
"Mama, Mama pelgi kemana? Kenapa kepala mama?" tanya Dimitri saat melihat kepala Zava yang masih dibalut kasa.
"Mama nggak pergi kemana-mana Dimi. Mama sedang sakit dan butuh istirahat makanya Mama nggak bisa ketemu Dimi," ucap Zava.
Dimitri memeluk Ziva dengan erat. Ziva merasakan suatu kehangatan saat tubuh mungil itu memeluknya. Ziva meneteskan air matanya saat ingat kenangannya bersama kedua orang tuanya. Betapa beruntungnya dia dibesarkan kedua orang tuanya dengan penuh kasih sayang.
"Dimi mau kemana? Ayo kita pergi!" ucap Ziva.
"Dimi mau makan es krim di Taman Ma!" ucap Dimi.
Ziva tersenyum dan segera menganggukan kepalanya. Ia kemudian meminta Ema agar meminta izin kepada Evans agar ia bisa keluar bersama Dimitri. Ema segera menghubungi Dimitri dan untung saja Dimitri mengizinkan Ziva membawa Dimitri ketaman dengan syarat mereka harus dijaga para bodyguard.
"Tuan mengizinkan Nyonya pergi ke taman bersama Tuan Muda asalkan dikawal oleh para pengawal!" ucap Ema.
Ziva menganggukkan kepalanya setuju dan mereka pun segera menuju ke Taman. Ziva bermain bersama Dimitri sambil menyuapkan Dimitri makan. Sungguh pemandangan indah bagi Evans yang melihat Dimitri bermanja dan bermain bersama Ziva. Evans dan supirnya segera pergi meningglkan taman menuju kantor.
Sesampainya di Kantor Evans disambut para karyawannya dan juga beberapa rekan bisnisnya. Hari ini bukan hanya rapat mengenai bisnis resmi yang ia miliki tapi bisnis ilegal yang ia jalankan untuk mengendalikan para mafia lain.
Evans bukanlah mafia biasa yang suka membunuh dan juga menjual para wanita ke laki-laki hidung belang atau menjual organ tubuh manusia. Ia mafia pencucian uang dan juga bisnis senjata api yang sebenarya telah bekerjasama dengan pihak pemerintah.
Evans bagaikan iblis di dunia mafia namun ia sebenarnya juga malaikat yang menyelamatkat orang-orang yang tidak berdaya.
Evans masuk kedalam ruang rapat di ruangan khusus petinggi untuk para pengikutnya. Saat ini ia menerima laporan jika mafia asal jepang telah menjebak mafia pengikutnya hingga geng pengikutnya terlibat bentrok dan menelan banyak korban.
Seorang laki-laki bertubuh besar berlutut dikaki Evans dan meminta Evans membantunya menyelamatkan saudarinya. Evans menatap sinis laki-laki itu dan ia menarik lenhan laki-laki itu agar segera berdiri. Dengan cepat Evans memukul wajah laki-laki itu membuat semua yang ada diruangan itu terkejut.
"Apa yang bisa kau lindungi jika saudarimu sendiri tak bisa kau lindungi?" ucap Evans dingin.
"Maafkan saya Tuan!" ucapnya.
"Kalau kalian semua punya kelemahan, lindungi kelemahan kalian!" ucap Evans membuat mereka semua menundukkan kepalanya kecuali Xavier yang tersenyum melihat kemarahan Evans.
"Gorgeo kamu bantu dia selamatkan saudarinya! Dan selesaikan masalah pembantai itu, jika mereka berani melawan bunuh mereka semua!" ucap Evans.
Xavier tertawa "Hahaha... evans apa aku harus turun tangan?" tanya Xavier.
"Tidak kau aku tugaskan ke Bali temukan w************n itu dan bawa dia kembali. Bunuh siapapun yang menghalangi kau membawanya!" ucap Evans.
"Oke sekalian aku liburan disana Evans. Ternyata kau sangat baik hati kepadaku!" ucap Xavier.
"Kalian semua awasi kapal yang membawa senjata kita. Jangan sampai lengah!" ucap Evans dan mereka semua segera melaksanakan perintah dari Evans.
"Apa kau ingin oleh-oleh dariku?" tanya Xavier.
"Tidak terimakasih," ucap Evans.
"Seorang wanita cantik yang menghangatkan ranjangmu mungkin?" ucap Xavier membuat Evans terkekeh.
"Hehehe...perempuan hanya membuatku kesal. Aku lebih menyukai perawan yang ada dirumahku, Xavier " ucap Evans.
Xavier tersenyum sinis " Ingat Evans dia bukanlah wanita sembarangan yang bisa kau permainkan. Wanita sebaik dia tidak cocok menjadi istrimu!" jujur Xavier. Tentu saja setelah mencari tahu siapa Ziva keempat sahabat itu kagum dengan sosok Ziva.
"Dia selalu dimanfaatkan saudarinya dan aku harap kau tidak berbuat kasar padanya. Wanita itu sangat cocok menjadi ibu dari anakmu dibandingkan Zava!" ucap Xavier.
"Iya tentu saja, dia bahkan akan menjadi milikiku selamanya!" ucap Evans tersenyum iblis membuat Xavier terkekeh.
"Dasar iblis, kau tak akan pernah berubah Evans," jelas Xavier.
"Iblis inilah yang membuatmu bertahan hidup kalau kau lupa!" ucap Evans membuat Xavier menganggukkan kepalanya dan segera melangkahkan kakinya keluar dari ruang rapat.
Evans segera meminta beberapa manajer yang merupakan karyawanya di Cristopher grup untuk segera melakukan rapat kilat. Ia mendengarkan penjelasan beberapa proposal dari karyawanya sambil melihat video di laptopnya yang memperlihatkan Ziva yang sedang menidurkan putranya.
Setelah selesai rapat, Evans segera menuju kediaman Cristopher dan ia lupa jika ia harus memperingatkan para iblis dirumahnya agar tidak mengganggu malaikatnya. Evans bingung kenapa ia merasa jika ia harus melindungi Ziva. Ia tidak tahu apa yang akan direncanakan Edwar, tapi ia tidak ingin memaksa Ziva untuk membuka jati dirinya.
Jika dia tahu aku mengetahui dia adalah Ziva maka sulit bagiku untuk mendapatkannya.
Seperti kau yang menipuku menjadi Zava. Aku akan menipumu menjadi suami yang baik untukmu sampai kau lelah dengan sandiwaramu Ziva.
Evans segera masuk kedalam lift menuju lobi kantor dan ia meminta supirnya untuk segera pulang. Dalam perjalanan menuju kediaman Cristopher Evans tersenyum memikirkan rencananya untuk menggoda Ziva. Sepertinya menggoda Ziva akan membuatnya mendapatkan hiburan hingga membuatnya tertawa.
Supir pribadinya tersenyum memperhatikan wajah Evans yang sepertinya terlihat bahagia. Beberapa menit kemudian mereka sampai di kediaman Cristopher. Evans segera turun dan masuk kedalam rumah. Melihat kedatangan Evans membuat Clara segera memeluk Evans dan mencium bibir Evans, membuat Ziva yang tidak sengaja melihat pemandangan itu merasa jijik dengan sikap Clara.
Evans mengangkat kepalanya keatas dan matanya bertemu dengan mata milik Ziva. "Evans kenapa kau tidak memintaku untuk ikut rapat? Kalau aku tahu hari ini ada rapat aku pasti akan ikut bersamamu ke Kantor!" jelas Clara.
Evans melepaskan tangan Clara yang membelit tubuhnya dan tanpa melirik Grace ia segera mendekati neneknya Chaterin.
"Sesuai dengan permintanmu, Aron akan segera kembali dan dia akan menggantikanku menjadi pemimpin Cristopher grup!" ucap Evans membuat Grace geram karena sesungguhnya ia menginginkan Abel atau Elena yang menggantikan Evans.