"Siang, Pi." Pria paruh baya itu mendongak menatap menantunya. "Hei, duduklah Sakha." Sakha mengangguk dan duduk di hadapan sang mertua. "Zyzy mana?" Papi bertanya karena hanya mendapati Sakha saja yang ada di ruang makan. "Belum pulang, Pi. Keluar dengan Mami tadi." "Mereka ini selalu saja lupa waktu jika sudah pergi keluar. Ya, sudah. Bagaimana jika kita makan siang saja?" Lagi-lagi hanya anggukan kepala yang Sakha berikan sebagai jawaban. Keduanya mulai menunggu pelayan mengisi piring dengan makanan yang ingin mereka santap. "Sampai kapan kamu di sini, Sakha? Jika ada waktu datanglah ke kantor. Kamu bisa melihat-lihat di sana. Siapa tahu saja ada keinginan buatmu membantu papi mengurus perusahaan." Sakha bukan lelaki yang gila harta apalagi harta keluarga istrinya. Sudah cukup