5

1102 Kata
Pinka seperti orang kesurupan saat Sean berusaha merebahkan tubuh pinka untuk beristirahat. Dari cara berpakaiannya Sean tahu, Pinka adalah wanita yang bekerja sebagai penghibur. Tidak mungkin Sean mengambil kesempatan dalam kesempitan ini. Percuma Sean sekolah di pesantren dan menjunjung tinggi sikap hormat pada Bunda Aisyah, Bunda yang telah melahirkan dirinya dan merawatnya hingga ia berhasil menjadi seoarang intelejen sekaligus anggota kepolisian di sebuah kota kecil. Masa iya, Sean yang terkenal alim bahkan ia di uluki sebagai Ustad malah ingin merampas dan melecehkan seorang gadis penghibur. "Arghhh ... Panas sekali," ucap Pinka melepas tank top pinknya dari tubuhnya yang sintal dan terlihat du gundukan montok yang berbelah dengan kutang berwarna hitam. Sepertinya Pinka snegaja mencari cup kutang yang lebih kecil agar dadanya terlihat berisi dan sedikit tumpah ruah. Sean menatap tubuh mulus Pinka dan menelan salivanya denagn dalam. Ia baru saja keluar dari asram kepolisian dan ia di tugaskan untuk menilik tempat hiburan yang ada di sekitar Hotel Amarilis. Tapi kenapa ia harus di pertemukan dengan makhluk cantik seperti bidadari ini? Tapi ini jelas musibah untuknya. Jika, Komandannya tahu apa yang ia lakukan tentu, tidak ada ampun dan Sean harus siap menanggalkan seragamnya. Pinka berdiri dan membuka rok pendek dan berbahan tipis itu dan di jatuhkan ke lantai begitu saja. Terlihat segitiga pengaman berenda berwarna pink. "Pa -pakai selimutnya!!" teriak Sean keras pada Pinka. Tubuh Pinka sudah berkeringat dan hasratnya mulai mengusaiatubuhnya. Akal sehatnya mulai kacau, yang ada di pikiran adalah bagaiaman tubuh ini diam dan mencari pelampaiasan. "Too -tolong aku, Kak," ucap Pinka lirih. Deru napas Pinka begitu memburu dengan degub jantung yang terus berdetak cepat dan keras. Mungkin faktor obat itu membuat Pinka terus terpacu adrenalinnya secara otomatis. Pinka berdiri lagi dan berjalan lagi mendekati Sean yang masih belum juga memakai baju. baru ingin mengambil baju dari tas pakaiannya, Pinka sudah terbangun lagi. "Stop!! Jangan mendekat!! Ku mohon!!" teriak Sean frustasi. Pinka terdiam mematung dan Sean terus berusaha mundur hingga meja rias lalu mengambil kaos oblong dan kolor lalu celana panjang yang ada di sana sambil menatap tajam ke arah Pinka. Belum sempat Sean memakai bajunya. Kedua mata Sean terus menatap Pinka yang bregerak maju lagi. "Kembali tidur. Akan ku pesankan makanan biar tubuhmu lebih membaik," ucap Sean pada Pinka. "Aku tak bisa menahannya. Tolong aku, Kak!! Tolong," rintih manja Pinka lalu menghambur dalam pelukan Sean. Sean terpaku diam saat tubuh setengah telanjang Pinka memeluk erat dirinya yang juga masih polos tanpa helaian pakaian. Bagian kerisnya hanya tertutup handuk putih yang di lilit asal, dan sepertinya sedang menggembung secraa alami. Sean mengahan hasrat laki -lakinya, jangan samapi ia tergiur hal yang bisa membuatnya mati kutu. Siapa sih yang tidak mau dan menolak melihat gadis yang sudah setengah telanjang lalu agresif minta di sentuh. semua orang tentu mau. Jari jemari terawat Pinka mulai berjalan menyusuri d**a kekar Sean. "Tubuhmu indah sekali," ucap Pinka melihat jelas dengan mata telanjang tubuh indah dengan kulit bersih yang sawo matang ala asia. Pinka sudah tak sabar dan beberap akali mengecup d**a telanjang itu dengan bibirnya yang seksi. Cup ... "Hemm ... Dingin, sama kayak Kakak, dingin," ucap Pnka mulai meracau tak jelas. "Lepaskan aku, gadis cantik," bisik Sean pada Pinka yang sejak tadi menatap ke arah wajah Sean. Pinka telah membuka mulutnya berharap bibir tebal itu mau menyumpal di bibirnya yang mungil. Pinka seperti perempuan yang haus akan kasih sayang, haus sentuhan laki -laki dan gairahnya begitu memuncak. Sean tahu, gadis ini sedang dalam pengaruh obat peangsang. Entah siapa orangnya yang tega melakukan hal buruk kepada gadis secantik Pinka. Sean hanya menyentuh bibir Pinka dengan ibu jarinya. "Kenapa? Aku tidak mungkin mencium kamu, kita bukan mukhrim," ucap lelaki itu membuat Pinka tersentak dan langsung memegang rahang keras Sean. "Ka -Kakak? Lelaki itu? Lelaki yang berdiri di bibir pantai dan membuang kerikil?" tanya Pinka lembut dan tak percaya semudah ini mereka bertemu. Sean sungguh berbeda saat kecil dulu, tapi tetap tampan. Hnaya saaj, dulu tubuhnya kurus dan sekarang lebih berotot dan seksi, menurut Pinka. Sean menagngguk kecil seolah tahu apa yang ingin di ucapkan oleh Pinka. "Namamu pasti Pina Kartika? Biasa di panggil Pina," sebut Sean dengan tepat. "Ya, itu namaku. Kakak masih mengingatnya?" tanyaPinka lirih sambil menggigit bibirnya. Sean mengangguk lagi dan berusaha melepaskan pelukan Pinka di tubuhnya. "Mandilah!! Biar tubuhmu segar!!" titah Sean tegas. "Kak ... Aku tidak sanggup menahan ini semua. Aku i -ingin bercinta," ucap Pinka dengan jujur. Walau sebetulnya Pinka belum pernah melakukan itu. Tapi, fantasi Pinka begitu nyata seolah ia ingin segera bersetebuh dan emrasakan kenikmatan di puncak asmara dengan orang yang ia sukai diam -diam karena berhasil membuat Pinka selalu penasaran dengan sosok lelaki kecil itu. Sean menangkup wajah Pinka denagn tangan kanannya dan wajahnya di dekatkan pada gadis itu. "Maaf ... Aku tidak bisa menyentuhmu, sekali pun kamu menginginkan itu. Aku hanya ingin menyentuh wanita yang kelak menjadi istriku. Tentu wanita baik dan tidak senonoh seperti kamu," ucap Sean ketus lalu melepas tangkupan di wajah pinka dan mendorong Pinka hingga terjatuh di kasurnya. Pinka meremat erat kepalan tanagnnya. Ia benar -benar tidak bisa mengendalikan dirinya ingin menciumi lelaki tampan itu. Sean sudah berbalik dengan emmbawa pakaian dan ingin masuk ke kamar mandi. Dengan cepat Pinka memeluk erat tubuh Sean dario belakang dan sengaja melepas lilitan handuk yang tertempel di pinggang Sean dan menyentuh keris sakti yang sudah tegak lurus mengacung ke depan. "Aku ingin. To -long aku, penuhi hasratku malam ini," ucap Pinka di luar akal sehat. Entah setan apa yang sudah merasuki Pinka hingga menjadi murahan untuk di sentuh. Sean menatap handuknya yang terjatuh di lantai dan Pinka tetepa memeluk sean dari belakang. Tangannya sengaja bergerak ke bawah dan emnyentuh keris sakti itu. Tubuh Sean mereamng hebat. Sentuhan itu ternyata luar biasa membuatnya b*******h seketika. Sentuhan dengan hasrat di penuhi aura setan membuat sesuatu yanga haram menjadi halal dan terasa nikmat. Satu tangan Pinka menyentuh kaitan kutang di belakang punggungnya dan melepasnya lalu dadanya sengaja di tempelkan di punggung Sean. "Jangan seperti ini Pina. Aku tidak mau jatuh ke dalam lubang dosa," ucap Sean lirih. Kekuatan Pinka seperti bertambah dan Sean semakin lemah dan tak bertenaga. Pinka memutari tubuh Sean dan mengalungkan kedua tangannya menarik tengkuk Sean dan mencium bibir tebal Sean dengan lumatan nikmat. Inikah sensasi b******u. Sean mulai kalap, ternyata iman dengan pondasi koko pun ikut runtuh pertahanannya karena seorang Pinka. Sean jadi menyukai ciumann liar berhasrat itu dan mendorong tubuh Pinka hingga terjatuh di atas kasur empuk. Tubuh Pinka yang memang sejak tadi haus akan seks pun mulai meremang kenikmatan mendapatkan ciuman dari Sean. Ada kepuasan tersendiri, tapi belum maksimal. Keris sakti Sean hanya menggesek pelan di atas setigiga pengaman itu yang mulai terasa basah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN