20 Bi Sarni hanya mampu memandangi kala Ivana menangis tersedu-sedu di kamarnya. Perempuan itu duduk di lantai, menekuk lutut ke atas dan menyembunyikan wajah di antara lutut. Perempuan tua itu bingung hendak melakukan apa, karena Ivana sepertinya tengah kacau dan tidak mau diganggu. Bahkan Kaivan yang merengek minta digendong pun hanya ditatap Ivana dengan sendu. "Kita harus gimana ini, Bi?" tanya Ria yang tengah mengayun Kaivan. "Tunggu pak Hadrian dan bu Nia datang. Cuma mereka yang bisa nenangin bu Ivana," jawab Bi Sarni. Tak berselang lama, kedua orang yang ditunggu pun tiba bersama dengan Afnan. Ivana langsung memeluk Nia dan meneruskan tangisannya. Sementara Hadrian dan Afnan hanya saling beradu pandang sebelum mendudukkan diri di sofa. Kaivan yang mengenali Hadrian, meng