Pagi hari Dhara bangun tidur dengan tidak bersemangat. Selain merasakkan kepalanya yang terasa berat, tidak adanya komunikasi antara dirinya dan Arya juga membuat dia tidak nyaman. Suaminya itu tetep melakukan rutinitasnya seperti biasa, bangun pagi, membersihkan rumah dan membuat sarapan. Yang membedakannya hanya mulutnya seolah terkunci. Dhara tidak akan memulai pembicaraan terlebih dahulu, sikap tidak perduli Arya semalam membuat hatinya trauma. Hari ini Dhara berangkat ke restoran lebih pagi dan melewatkan sarapannya. Ia pergi tanpa berpamitan ketika Arya masih berada di dalam kamar mandi. Ia tak menyangka diamnya Arya membuat hatinya sesedih ini. Rasanya ia ingin menangis lagi mengingat tingkat kemarahan Arya yang menurutnya cukup parah. Satu hari ini, ia akan menyelesaikan semuan