Jillian memperhatikan Emma dengan wajah curiga. Emma hanya bisa tersenyum canggung menerima tatapan itu, “Nyonya, aku hanya ingin Anda makan. Bukankah Anda membutuhkan energi untuk pulih agar Anda bisa segera pergi dari vila ini?” bujuknya, berusaha meyakinkan Jillian sambil menggeser troli makanan agar lebih mendekat ke pinggir ranjang. “Ini ada omelet sayuran favorit Anda seperti yang pernah dibawa oleh Mrs. Walt ke sini,” imbuhnya. Jillian mengalihkan pandangannya ke troli, aroma makanan yang hampir membuat air liurnya menetes tercium oleh indera penciumannya, membuat perutnya langsung menjerit. Belakangan ini ia memang jarang merasakan lapar karena selalu tertutupi oleh kesedihan yang terus memenuhi hatinya. Diam-diam, Emma mencuri pandang pada Jillian yang tengah terpaku. “Apaka