Aku memutar pena yang ada ditangan kananku. Berita mengenai rencana pernikahan suamiku sudah tersebar diseluruh penjuru kota. Tak seperti biasanya, aku tak bisa melakukan apapun untuk mengklarifikasi berita itu. Sebab faktanya suamiku sendiri memang berniat menikahi perempuan itu. Sudah tidak ada alasan bagiku untuk menganggap jika itu sebuah skandal. Kepalaku berdenyut nyeri lagi. Padahal aku sudah meminum beberapa aspirin sebagai pereda rasa sakit. Namun rupanya benda itu tak membawa efek apapun pada kepalaku. Kupikir aku butuh kopi untuk meredakan nyeri dikepalaku. Segera aku meraih ponsel dan dompetku. Kemudian memasukan kedua benda itu kedalam saku blazerku. Leivh yang melihatku keluar ruangan segera berdiri dari kursinya. “Bu Direktur anda mau kemana ?” tanyanya. Kentara sekali jik