Angel tetap kekeuh untuk menolak, ia yakin pasti Vanessa sengaja melakukan ini untuk membuat Angel cemburu, ia yakin Vanessa pasti ingin pamer bahwa pernikahannya akan segera digelar, sangat menyebalkan. "Kamu gak dengar? Aku gak bisa, aku sibuk banyak pesanan lain. Aku gak bisa, mengertilah!" tegasnya, berusaha menahan emosi. Bagaimana bisa ia mendesain baju pengantin untuk laki-laki yang ia cintai menikah dengan wanita lain?
Mereka terus memaksa padahal Angel sudah mengatakan tidak, sepertinya mereka tidak tahu arti dari penolakan. "Van, kita kan saudara."
Angel mendesah kesal lalu menatap dengan tajam. "Paham Bahasa Indonesia, kan? Silakan keluar, kalau tidak ada hal lain lagi yang mau dibicarakan. Aku sibuk, lebih baik kalian cari desainer yang lain."
Mereka pun langsung berdiri dari tempatnya, Angel bisa melihat aura kecewa dari wajah kedua orang itu, terutama dari wajah Azka.
"Baiklah, maaf sudah mengganggu waktumu!" ucap Vanessa sebelum mereka keluar.
Angel tidak bisa menerima permintaan mereka, itu sama saja membiarkan hatinya terluka lebih dalam, tidak ingin membuat gaun pengantin untuk orang yang telah merebut Azka darinya. Dia bukan hanya merebut Azka sebagai orang yang ia cintai, tetapi ia telah kehilangan Azka sebagai sahabat, dan itu bisa membuat Angel gila setengah mati.
Namun, Angel tetaplah kalah dari Vanessa, ia berhasil merebut Azka, ia berhasil membuat Azka mencintainya. Tidak ada yang lebih menyebalkan dari terjebak cinta dengan sahabat sendiri, dan si sahabat lebih mencintai perempuan lain yang lebih parahnya itu adalah saudara tiri yang ia benci.
Tak lama kemudian muncul pesan dari Azka. Ia pun langsung membuka chat itu.
Ngel, maaf banget, kayaknya aku enggak bisa tepati janji aku buat jalan sama kamu, karena Vanesaa yang larang, aku enggal mau mempertaruhkan hubungan kami yang sebentar lagi akan menikah, tapi satu yang harus kamu tahu, aku sayang kamu dari dulu sampai selamatnya. We are a bestfriend forover, right?
Angel, langsung melempar ponselnya ke sembarang arah saat membaca pesan itu, ternyata benar, Vanessa telah menjadi segala-galanya untuk Azka.
Oke, aku bisa hidup tanpa kamu, Ka. Aku sudah biasa berteman dengan kesendirian, kesepian, dan kerinduan, tanpa kamu pun aku bisa baik-baik saja.
Angel kembali memfokuskan dirinya di depan laptop, lebih baik ia fokua dengan pekerjaaannya daripada memikirkan hal yang tidak penting.
***
Setelah mendapat telepon dari seseorang yang membuat Angel kesal, akhirnya ia langsung keluar ruangan dan menemui kasirnya yang bernama Eva. "Eva, butiknya ditutup aja, lanjutin besok kerjaannya," ucap Angel saat menghampiri Eva yang sedang mendata laporan hari ini.
Ia langsung menatap Angel. "Ini kan baru jam 4, Angel," tanya Eva heran, karena biasanya butik ini tutup jam 5 sore. Sedikit informasi Eva ini adalah teman Angel saat SMA, walaupun mereka tidak begitu akrab tetapi Angel sendiri yang meminta perempuan itu agar tidak berbicara formal terhadapnya walau status mereka jelas bawahan dan atasan.
"Tadi si pria sialan itu telepon, katanya dia mau ketemu untuk membahas masalah gaun itu." Angel memang sudah memberitahu Eva perihal Daniel si pelanggan yang menyebalkan.
Eva manggut-manggut seraya menampilkan senyuman jahil. Sebenarnya ia cukup senang kalau bosnya ini memiliki pria yang sedang dekat dengannya sebagai pengganti Azka, walau Angel tidak pernah menceritakan tentang perasaannya, namun Eva cukup mengetahui gerak-gerik Angel yang mencintai sahabatnya yang sebentar lagi mau menikah itu. "Cie, yang udah tukeran nomor."
Angel mendelik kesal. "Enggak tukaran tapi dia yang minta, buat bahas masalah kerjaan. Ya udah ayo kita berangkat."
Setelah itu Angel langsung memberitahukan kepada karyawannya yang lain agar hari ini pulang lebih awal, kemudian Angel langsung menuju tempat yang dituju, sebenernya ia malas banget untuk bertemu pria menyebalkan itu, tetapi ia harus berusaha bersikap profesional, daripada Daniel beranggapan bahwa berita di media itu hanya bualan, ini bisa mengganggu reputasi Angel yang karirnya sedang naik.
Lima belas menit perjalanan akhirnya Angel sampai di sebuah cafe, ia mendorong pintu kaca dan mengedarkan pandangannya untuk mencari makhluk menyebalkan itu. Pandangan Angel tertuju kepada pria yang memakai kemeja putih dengan lengannya ia gulung sampai siku, lagi dan lagi ia kagum dengan ketampanannya. Ah sial, jangan sampai Angel tertarik sama milik orang lain. Namun, satu yang ia akui wajah Daniel memang lebih tampan dari Azka.
Daniel yang sadar akan kehadirannya, langsung melambaikan tangan dan Angel bergegas menghampiri dengan perasaan kesal, tetapi harus berusaha bersikap ramah. Selalu ini yang ditampilkan Angel kepada pelanggannya adalah topeng, mau bagaimana pun suasana hatinya, ia harus tetap tersenyum karena kepuasan pelanggan adalah kesuksesan untuknya.
Saat Angel hendak menarik kursi di hadapannya, Dani langsung menghentikannya.
"Kamu duduk di tempat lain, nanti pacar aku mau ke sini. Nah, nanti kamu tinggal lihat ukuran tubuhnya dari jauh. Ini kan surprise, kalau diukur lewat tubuh dia nanti ketahuan," ucapnya seenak jidat.
Eenak sekali dia berkata seperti ini. Yang namanya ukur tubuh harus sama orangnya, mana ada bis jarak jauh. Dikira Angel ini cenayang yang bisa meraba-raba ukuran tubuh orang lain dari jauh, ternyata selain menyebalkan ia juga tidak masuk akal.
"Aku harus mengukurnya!" kesal Angel yang sudah sampai ke ubun-ubun. "Yang namanya ukur tubuh harus ukur langsung, enggak bisa pakain feeling atau apa pun itu."
Daniel tetap kekeuh. "Tolong penuhi keinginan pelangganmu. Aku kira kamu cukup jenius untuk mengetahui ukuran tubuh seseorang hanya dengan melihat tanpa mengukur secara langsung. Ini kejutan untuknya kalau kamu mengukurnya nanti bakal ketahuan."
Angel menghela napas, selain menyebalkan, enggak masuk akal, ia juga pemaksa. "Jangan salahkan aku kalau gaunnya tidak pas nanti, aku sudah memberitahumu terlebih dahulu, Pak Daniel."
Angel mendesah kesal dan langsung duduk di samping Daniel, kebetulan mejanya masih kosong.
Beberapa menit setelah itu muncul kekasih Daniel. Ia melihat gadis cantik dengan rambut pirang, lebih tinggi dari Angel, body nya seperti gitar spanyol, matanya sipit, kulitnya seputih s**u. Sepertinya dia keturunan chinese. Untung saja ia tahu diri untuk tidak menyukai Daniel, gadisnya membuat Angel insecure.
"Hai, Niel, maat telat." Perempuan itu tersenyum sejenak, kemudian tergantikan dengan wajah sendu. Ia pun duduk di hadapan laki-laki itu.
Sedangkan Angel langsug mengeluarkan pulpen dan kertas untuk mengira-ngira ukuran tubuhnya.
"Iya nggak apa-apa, Sayang. Aku juga baru sampai kok."
Rasanya Angel pengin muntah dengar Daniel sok manis ke gadisnya, padahal kalau berbicara dengannya sangat menyebalkan, tanpa ekspresi.
"Kamu mau pesan apa, Sayang?" tanya Daniel sembari membaca buku menu di hadapannya.
Gadis itu menggeleng, Angel bisa melihat tatapan sendu tercetak dari wajah cantiknya. "Hm, Niel, aku to the point saja. Aku ngajak kamu kesini untuk mengakhiri hubungan kita."
Mata Angel melotot tak jauh beda dari ekspresi Daniel. Bahkan ekspresi pria itu jauh lebih terkejut daripada ekspresi Angel saat ini.
"Kenapa, Miselia? Kita kan saling mencintai, bahkan aku sudah memikirkan tentang hubungan kita ke depannya, aku sudah berencana tunangan dan kita akan segera menikah."