Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Celine, dengar tidak? Saya kesusahan mengaitkan kancing lengan ini,” ucap Aksara. “Baik, Tuan.” Gadis itu mulai memegang lengan baju Tuannya, di mana tubuhnya mendadak gemetar. Apalagi ketika ia menyadari manik mata Aksara mengarah ke wajah lugunya. Celine salah tingkah. Hal yang terasa mudah justru malah begitu lama. Beberapa kali ia memasukkan kancing itu ke lubangnya, sekali, dua kali belum juga berhasil. Mbok Atun cukup tahu diri, ia sengaja kembali ke dapur dan mencari kesibukan di sana, membiarkan tuan dan sahabat seprofesi itu untuk berduaan. “Apa susah?” Celine tersenyum. Disuguhi senyum Aksara yang indah itu membuat fokusnya justru menghilang. “Sayang, kamu deg-degan?” tanya Aksara dengan tangan kanan yang memegang lengan gadisnya. Sudut bibirnya tertarik sambil memperhatik