Warning!!!
Adegan kekerasan dan dewasa!!!
Mohon jangan ada yg komplain karena ini murni ide dari Author, jika teralu vulgar atau terlalu keras bisa beralih lapak...
Trims 🙏
...
Chris mencengkram leher mulus Valery dengan kuat dari brlakang, gadis itu masih dalam posisi menungging telungkup diatas meja. Sementara kedua tangam gadis itu tak dapat bergerak banyak, Valery menangis, ketika sesuatu menyeruak miliknya yang terasa seperti benda plastik dan terbuat dari karet.
Chris terus menggerakan benda tersebut tanpa memperdulikan rintihan Valery, seakan menulikan pendengarannya Chris malah sibuk dengan benda ditangan kirinya dan menekan keinti gadis itu.
Valery menggelinjang, sesuatu itu terasa bergetar dimiliknya dan membuatnya semakin basah. Valery tidak mengerti dengan dirinya, otaknya menolak namun tubuhnya seakan bereaksi berbeda. Cairan dari dirinya malah terus membasahi miliknya hingga bagian dalam pahanya.
"You like it, babygirl?" Desis Chris serata menyipitkan kedua matanya menatap punggung telanjang Valery.
"s**t, damn you!" Umpat Valery, perkataan menjadi tidak jelas karena mulutnya yang tersumpal ballgag.
"Aku tahu kau menyukainya, jika tidak mengapa milikmu sangat basah Val?" Ucap Chris meremehkan, sementara milik Valery berdenyut dengan kencang dan akhirnya ia sampai pada orgasmenya, Chris segera melepaskan seluruh benda yang ada dibagian inti gadis itu, membuat gadis itu frustasi karena klimaksnya yang belum sempurna.
"f**k you!" Umpat Valery lagi.
"Hold on baby.... aku belum mengijinkanmu untuk klimaks" Chris segera menjambak rambut Valery, menekan tubuhnya lalu menyatukan diri dengan gadis itu.
Valery berteriak sangat kencang hingga menimbulkan gema diruangan temaram tersebut ketika Chris dengan brutalnya menghentak dirinya.
Tubuh Valery berguncang sangat hebat, Chris dengan gemasnya bermain dengan d**a ranum milik gadis itu dari belakang. Mengecup punggung mulusnya sementara ia masih melanjutkan kegiatan memompa Valery, nafas gadis itu terasa sesak ketika milik Chris yang besar memenuhi semua rongga miliknya.
Tak memberinya jeda sedikitpun untuk sekedar mengatur nafas apalagi beristirahat.
Chris mengecup leher jenjang tersebut, memeberikan tanda cinta disekitarnya dengan sesekali menggigit daun telinga gadis itu. Kedua mata Valery mungkin tak dapat melihat apapun, namun kedua jemari kasar pria itu yang bergrilya diseluruh tubuhnya dapat memberitahunya semua perbuatan Chris. Dan entah mengapa ia mulai menyukai kegilaan pria itu.
"Oh, f**k!" Racau Valery.
Chris segera membuka peralatan yang ada ditubuh Valery, membuka colar dan ballgag yang masih tersumpal dimulut gadis itu. Namun tidak membuka penutup mata Valery karena Chris ingin gadis itu merasakan sensasinya, bukan karena ia melihatnya, namun dapat merasakannya.
Chris segera membopong tubuh Valery keatas ranjang, membaringkan tubuh langsing tersebut lalu menyatukan diri kembali. Valery terus mendesah, sesekali mencengkram kuat lengan Chris ketika milik pria itu terasa hingga keujung rahimnya.
"Marry me, baby.... and i'll give you rough every night" desah Chris seraya mengecup leher Valery tanpa gadis itu hiraukan.
Ia hanya menginginkan Chris menghentak dirinya, mencumbu dirinya hingga ia lupa bahwa ia telah merebut pria itu dari bibinya sendiri. Hingga ia lupa ada seseorang yang saat ini tengah mencarinya hingga keujung dunia.
Karena Valery begitu candu dengan pria itu, pria yang telah mengambil kesuciannya dan kini mengajarkannya arti dari kegilaan dan kepuasan.
Tubuh Valery melengking, "i wanna chum inside you" bisik Chris ditelinga Valery dengan erotis.
Nafas Valery terengah, keringat membasahi tubuhnya saat dirinya masih terbaring lemas diatas pembaringan. Kulitnya terasa lengket bersentuhan dengan sprei satin berwarna merah, mulutnya setengah terbuka, meraup udara sebanyak mungkin guna mengisi paru-parunya yang terasa menyempit akibat kegiatannya barusan. Chris segera membuka penutup mata Valery, gadis itu mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke netra indahnya.
Ia menatap Chris yang masih berada diatasnya, cukup lama mereka dalam posisi seperti ini. Valery segera memeluk Chris dan menarik pria itu agar berbaring disampingnya.
"Maukah kau menemaniku disini?" Ucap Valery yang beradq didekapan Chris.
"Tentu Val, tentu..." jawab Chris antusias, ia segera mengecup kepala gadis itu dan memeluknya dengan erat setelah pergulatan mereka yang cukup menguras tenaga tadi.
"Terimakasih Chris..." kata gadis itu dan akhirnya memejamkan kedua matanya.
Begitupun dengan Chris, pria itu terlelap begitu saja karena kehangatan dan kenyamanan yang diberikan gadis itu mampu membuat dirinya menjadi tenang. Masih dalam ketelanjangan mereka berdua saling mendekap satu sama lain.
Dan ruangan dengan suasana sadism tersebut akhirnya sepi, tanpa ada desahan dan jeritan lagi yang terdengar.
Kedua mata Valery terbuka dengan tiba-tiba, menarik nafas dalam-dalam lalu melirik kewajah pria itu. Wajahnya terlihat begitu tenang dan damai, sampai-sampai Valery tak tega melihatnya.
Valery bergerak perlahan, takut membangunkan banteng pemarah itu. Dengan pelan ia memindahkan tangan besar Chris dari bahunya, Valery bangun dari pembaringan secara perlahan. Buru-buru mencari pakaiannya yang telah tercecer dan memakainya kembali. Meskipun banyak sobekan disana-sini Valery tidak ada pilihan lain selain memakainya, karena hanya pakaian itu yang dapat menutupi tubuhnya.
Valery berjalan jinjit menuju pintu keluar, membuka pintu tersebut dengan pelan karena dapat menimbulkan bunyi yang nyaring. Namun tubuhnya seakan membeku diambang pintu, ia melirik kearah ranjang, pria itu masih tertidur dengan polosnya. Kadang Valery berpikir untuk tidak meninggalkan pria itu sendiri, namun rasa sakit hati dan kecewanya pada pria itu sangat besar.
Valery menuju kearah Chris, mengecup dahinya cukup lama dengan perasaan yang berat. Pria itu terlalu kejam, terlalu kasar untuk gadis seusianya, meskipun Valery memiliki perasaan yang kuat untuk Chris tak seharusnya pria itu berlaku seperti itu padanya. Ia juga wanita, ingin kasih sayang seperti yang Carol terika dari Chris.
Valery menjatuhkan bulir bening dari matanya ketika mengecup dahi Chris, dan akhirnya memutuskan untuk meninggalkan pria itu. Valery sempat membisikan kata 'maaf' meskipun pria itu tak dapat mendengarnya, jujur saja hatinya terasa begitu perih karena untuk pertama kalinya ia meninggalkan pria itu. Namum sungguh ia hanya ingin kehidupan asmara yang normal saja, bukan dengan seorang suami dari bibinya yang memiliki fantasi menyimpang seperti b**m.
Valery keluar dari rumah itu dengan bertelanjang kaki, pandangannya kosong dan ia hanya terus berjalan tanpa tahu arah. Dadanya terasa sesak dan Valery mengerti pasti karena pria itu, ia memegangi dadanya sendiri.
Valery terjatuh, ia berusaha bangkit kembali meski langkahnya tertatih. Bukan karena ia kehabisan tenaga melainkan rasa sesak didadanya yang membuatnya lemah.
Sesuatu dalam diri gadis itu tak ingin meninggalkan Chris, namun disisi lain ia tidak ingin terus hidup didalam sebuah drama yang tak kunjung usai, membohongi Aunty Carol sama saja dengan membunuh wanita itu dengan perlahan. Lagipula, ia masih memikirkan perasaan Alan....