Nayaka mahir memainkan sumpit. Dia membolak-balik ikan, udang. cumi, ayam serta slice daging untuk dibakar. “Ih enggak. Biar aku ambil sendiri,” tolak Nisha sambil menggeleng. “Sudah buka mulutmu. Di sini nggak ada orang lain,” Nayaka tak menerima penolakan Nisha. Mau tak mau Nisha membuka mulutnya, disuapi cumi yang habis dibakar oleh Nayaka. “Sausnya enak. Kamu pintar meraciknya,” puji Nisha. Nayaka meracik sendiri saos yang tersedia sehingga berbeda dengan yang sudah disiapkan oleh resto. Bukan hanya satu kali tadi Nayaka menyuapi Nisha, dan yang membuat Nisha tak enak, Nayaka minta balas disuapi! “Boleh aku tahu bagaimana kedekatan Naffa dengan ayahnya?” Nayaka memandang mata Nisha ingin jawaban pasti. “Kenapa?” tanya Nisha. “Aku ingin jadi papa pengganti untuk Naffa. Kamu ngga