Chapter 24

1828 Kata
Zapar dan Yuna telah berhasil memenangkan pertarungan kecil melawan Hill Yustard, si lelaki elf berambut putih panjang, dengan menggunakan cara yang sangat sederhana, yaitu mengaktifkan kekuatan malaikat pada diri mereka sendiri, yang konon, kekuatan itu dapat membuat penggunanya tidak bisa terkena serangan apa pun dalam lima detik. Dan pada akhirnya, Hill kalah dan terluka bukan karena serangan Zapar maupun Yuna, tapi oleh serangan dari senjatanya sendiri. Sementara itu, di dunia iblis, Raiga membuat kehebohan di pusat kota karena dirinya terpelanting ke tengah jalan raya karena terkena hajaran oleh om-om berkulit merah dan bertanduk kambing, namun, saat dirinya kabur dan kembali ke atap gedung tua, sesosok gadis asing tiba-tiba datang dan memanggil malaikat pemalas itu dengan sebutan 'Tuan' bahkan sampai memeluknya. Langit perlahan-lahan mengubah warnanya menjadi jingga terang, dan dari kejauhan, matahari pun akan membenamkan diri. Dan kini, di sebuah daerah pertokoan yang telah sepi, tepatnya di atap gedung kumuh dan tua, terdapat dua makhluk yang sedang berpelukan di bawah langit sore, mereka terlihat mesra dan romantis jika dilihat dari kejauhan, tapi nyatanya, Tanpa mendengar permohonan gadis asing berambut putih itu, yang memintanya untuk tidak melepaskan pelukannya, Raiga tidak menghiraukan hal tersebut dan langsung melepaskan kedua tangan perempuan itu yang melingkar di badannya, lalu cepat-cepat menjauhkan diri dari orang asing itu. "Maaf saja," ucap Raiga dengan nada dan tatapan yang malas pada perempuan itu, setelah dia melompat mundur untuk menjauhkan diri. "Aku bukan tipe lelaki yang senang dipeluk oleh gadis asing sepertimu." Gadis berambut putih panjang itu tercekat, matanya membelalak karena tak menyangka kalau Raiga sampai tak mau dekat-dekat dengan dirinya, ini benar-benar menyakitkan, hatinya terasa remuk bagai piring yang dibanting ke lantai, kedua matanya berkaca-kaca dan kemudian, pecahlah tangisannya di hadapan malaikat pemalas. "Padahal aku hanya.. Hiks! Aku hanya ingin meluapkan kerinduanku saja padamu, Tuan Raiga! Ta-Tapi mengapa kau sampai  menjauhkan diri seperti itu padaku! Hiks!" raung gadis berambut putih itu disertai air mata yang membanjiri wajahnya. "Apakah aku terlihat semenjijikan itu sampai kau tidak mau dipeluk olehku?! Hiks! Tuan Raiga! Mengapa kau sekejam itu!?" Konyol sekali, Raiga bahkan tidak bisa tertawa melihat tingkah gadis aneh itu yang tiba-tiba menangis seperti bocah berusia tiga tahun di depannya. Walaupun gadis itu menunjukkan wajah tangisan yang semenderita apa pun, tidak akan membuat Raiga menjadi kasihan padanya, yang terjadi, malah sebaliknya, malaikat pemalas itu menjadi semakin jijik melihatnya. "Sebenarnya, apa maumu?" tanya Raiga tanpa mempedulikan rengekkan-rengekkan dari gadis berambut putih itu yang semakin menjijikan. "Kau mendatangiku dan tiba-tiba memelukku bahkan memanggilku sebagai 'tuan'mu? Lelucon macam apa itu?" Mendengar pertanyaan dari tuannya, gadis berambut putih itu langsung menghentikkan tangisannya dan menjawab dengan cepat. "Aku hanya ingin bersamamu lagi, Tuan Raiga! Kau selalu pergi meninggalkanku sendirian! Dan kau selalu pulang terlambat tiap waktu! Aku... Aku merindukanmu, Tuan Raiga! Aku ingin kau bercanda lagi denganku! Seperti waktu-waktu yang dahulu!" Terperanjat, Raiga mengernyitkan kedua alisnya, tak paham apa maksudnya setelah mendengar ucapan itu, karena dia sama sekali tidak mengenali perempuan yang ada di hadapannya ini, bahkan, baru hari ini dia bertemu dengannya, tapi mengapa gadis itu berkata padanya seolah-olah dia dengannya pernah menghabiskan waktu bersama. Benar-benar konyol, pikir Raiga. "Tunggu sebentar, bolehkah aku bertanya satu hal lagi?" Raiga menghela napas karena lelah menghadapi orang asing di depannya yang sepertinya salah paham. "Aku bukan 'Tuan Raiga' yang kau kenal, aku tidak pernah sekali pun menghabiskan waktu bersamamu, atau bercanda denganmu, kau pasti salah orang, aku yakin itu. Jadi, cepat pergilah, karena aku ingin beristirahat di sini." "CHOGO!" Tiba-tiba, gadis berambut putih itu berteriak menyebut sebuah nama yang tak asing di telinga Raiga. "AKU ADALAH CHOGO! KUCING PELIHARAANMU! TUAN RAIGA!" Mendadak, suasana di sana menjadi sunyi dalam sesaat, Raiga mematung mendengar teriakan itu sampai akhirnya dia berkata, "Oh? Begitu?" cakap Raiga dengan malas. "Kalau begitu, pergilah, aku sudah bosan menghadapi sesuatu yang konyol hari ini." "Tidak-tidak-tidak!" Gadis asing itu menjerit-jerit setelah mendengar respon Raiga yang terlihat tak acuh pada pengakuannya, malaikat itu pasti tidak mempercayainya dan menganggapnya orang aneh. "Tuan Raiga! Aku tidak bohong! Aku ini Chogo! Kucingmu! Kau pasti berpikir kalau aku ini orang aneh yang menjengkelkan, tapi sungguhan, aku tidak sedang membohongimu! Ji-Jika kau perlu bukti, aku akan membuktikannya padamu!" Tertarik, Raiga menyunggingkan senyuman kecil pada gadis berambut putih itu. "Tentu, aku perlu bukti, jadi, berikanlah aku sesuatu yang dapat membangunkan kepercayaanku." "Ba-Baiklah, aku akan membuktikannya sekarang padamu, Tuan Raiga." Gadis itu mendadak membungkuk turun ke ubin dan membuat posisi seperti kucing yang sedang berjalan, dan secara perlahan, sebuah asap tebal menyelimuti tubuh perempuan itu hingga akhirnya, tubuhnya berubah menjadi seekor kucing berbulu putih yang dikenali Raiga. Pakaian yang dikenakan gadis itu tergeletak di ubin karena saat ini,  tubuh si pemiliknya mengecil menjadi seekor kucing yang mungil. Menyaksikan itu semua, Raiga tidak menunjukkan reaksi apa pun. "Miaoww~" Kucing itu berlari-lari kecil mendatangi Raiga lalu menggesek-gesekkan badan berbulunya ke betis kaki malaikat pemalas tersebut. Padahal sesungguhnya, di dalam hatinya, Raiga benar-benar terkejut melihat perempuan itu berubah menjadi Chogo, kucing kesayangannya, tapi dia masih tidak mau percaya pada pembuktian itu, karena dia khawatir kalau gadis itu sedang mempermainkannya. Karena ayolah, ada beberapa kekuatan yang dapat membuatmu berubah diri menjadi seekor hewan, dan itu sangat sering terjadi. Jadi, walaupun saat ini Raiga ingin sekali menggendong, mengusap, menggelitiki, mengelus-elus kucing itu, dia tetap akan mempertahankan diri untuk tidak melakukannya. "Membosankan," kata Raiga dengan memandangi Chogo yang sedang menggesek-gesekkan badan mungilnya ke kedua kaki lelaki pemalas itu. "Maaf saja, aku butuh bukti yang lebih bagus dari ini. Semua malaikat juga bisa mengubah diri mereka menjadi seekor kucing, yah, walau aku belum mampu sampai ke tahap itu, sih." "Namamu Raiga Kuruga Bolton," Chogo bersuara dengan wujud kucingnya, membuat Raiga sedikit penasaran apa maksud ucapannya kali ini. "Kau lahir pada tanggal Tiga Belas Maret, anak tunggal dari pasangan Kuruga Fuuma Bolton, dan Kuruga Felis Bolton, kau punya mainan yang sampai saat ini kau simpan di bawah kasurmu, kau juga menyembunyikan beberapa--" "Cukup," potong Raiga dengan suara yang mengintimidasi, dan kemudian, tatapan menindasnya perlahan-lahan berubah menjadi ekspresi senang, dia menyunggingkan senyuman tipis. "Senang bertemu denganmu lagi, Chogo!" Raiga langsung membungkukkan badannya untuk memungut Chogo yang ada di kakinya, lalu menggendong kucing berbulu putih itu di dadanya, dan mengusap-usap bulu-bulu lembut dari hewan mungil itu dengan pelan. "Maafkan aku karena sering pergi meninggalkanmu dalam waktu yang lama, Chogo!" Raiga sekarang sudah percaya seratus persen kalau makhluk yang kini digendongnya ini adalah Chogo sungguhan. "Tapi, mengapa kau tak bilang padaku dari dulu kalau kau bisa bicara, bahkan bisa berubah wujud menjadi seperti manusia? Jika aku tahu dari dulu, mungkin aku tidak kaget." Chogo mengeluarkan suara dengkuran khas kucing saat badannya diusap-usap lembut oleh Raiga. "Ak-Aku tidak bisa melakukannya semudah itu, Tuan Raiga! Dan jika kau penasaran mengapa aku bisa bicara dan berubah wujud, itu karena aku bukan kucing biasa." Tak paham, Raiga memiringkan kepalanya. "Apa maksudnya itu?" "Tuan Raiga, jika boleh jujur, sebenarnya aku ini adalah seekor kucing dari pulau Growl di langit ke tiga." Raiga terkejut, matanya membulat mendengar itu. "Hah? Kau bercanda, ya? Chogo?" "Aku tidak sedang bercanda! Tuan Raiga! Ini sungguhan! Tapi itu tidak aneh, karena para malaikat yang tinggal di langit ke tujuh, seperti Tuan Raiga, tidak akan mengetahuinya. Mungkin hanya para malaikat di langit ke tiga saja yang tahu tentang keberadaan para kucing ajaib di pulau Growl, dan para malaikat di sana pun, menamakan kucing-kucing ajaib seperti kami dengan sebutan Ez." "Pulau Growl? Ez? Sepertinya aku mendapatkan pengetahuan yang cukup banyak hari ini," celoteh Raiga dengan bercanda, lalu dia tersenyum pada Chogo. "Yah, mau dijelaskan seperti apa pun, intinya, kau ini adalah Chogo, kucing kesayanganku, kan?" "Betul sekali! Tuan Raiga!" Chogo terlihat bahagia karena telah kembali bertemu dengan majikannya. "Ngomong-ngomong," Mendadak Raiga bersuara dengan nada yang sedikit serius. "Darimana kau tahu aku ada di sini? Dan mengapa kau bisa datang ke dunia ini, Chogo?" "Me-Mengenai itu.. Sebenarnya," Chogo pun menjelaskan alasannya mengapa dia bisa datang ke dunia ini pada Raiga, dia berkata bahwa dia mengetahui majikannya dihukum untuk masuk ke lubang para pendosa dari beberapa siswa yang mengobrol saat pulang sekolah melewati rumahnya, saat dia mendengar itu, kucing tersebut langsung berlari ke lokasi yang dikatakan para siswa. Setelah berhasil sampai di lokasi lubang para pendosa, Chogo mengubah wujudnya menjadi seperti manusia dan mulai mencari keberadaan tuannya. Namun, dia malah bertemu dengan Risa Minir, malaikat elit ke delapan yang sedang berdiri di tepian lubang, karena emosinya sedang tinggi, Chogo menganggap malaikat elit itu lah yang telah membuang majikannya ke lubang para pendosa dan akhirnya, dia mencakar dan mematahkan kedua kaki dari perempuan elit ke delapan tersebut. Kemudian, Chogo pun nekat terjun ke lubang para pendosa demi mencari Raiga, majikan kesayangannya. "Aku terharu mendengarnya, Chogo." Raiga mengecup kening kucing kesayangannya. "Mulai sekarang, kau tidak perlu cemas lagi, karena Tuanmu, sudah ada bersamamu." Chogo sangat bahagia mendengarnya. Dan akhirnya, mereka pun tidur bersama di atap gedung tua tersebut, saling memeluk satu sama lain. Kasih sayang antara hewan peliharaan dengan majikannya sangat indah, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. *** Sementara itu, di Surga, tepatnya di sekolah tempat Raiga belajar, Melios, salah satu teman sekelas dari malaikat pemalas, kini sedang dikerubungi oleh tiga lelaki berandalan, di halaman belakang sekolah yang sepi. "Cepat mengaku saja! Kau, kan?! Yang membuat si b*****t Raiga dijatuhi hukuman oleh Malaikat Elit ke Delapan! Untuk dilenyapkan ke lubang para pendosa!? Benar, kan?!" Yang saat ini sedang berteriak di hadapan Melios adalah sepupu Yuna, lelaki bringas bernama Rey, rambutnya hitam berantakan, pemimpin dari dua temannya yang ada di sampingnya. Melios, lelaki pendek berambut pirang, yang pemarah namun lemah tak terima dirinya diperlakukan kasar oleh tiga orang yang bahkan tak dikenalinya itu. "Bukankah kau bisa memakai cara yang lebih halus jika hanya ingin menanyakan hal itu padaku!? Aku benci diperlakukan seperti ini!" BUAG! "Uhuk!" Perut Melios langsung dihantam oleh pukulan dari kepalan tangan kanan Rey, sampai membuat bocah pirang itu terbatuk, memuncratkan darah segar dari mulutnya. "Apa kau tahu!? Karena ulahmu itu! Sepupuku juga ikut masuk ke dalam lubang para pendosa! Pasti dia ingin menyelamatkan Si b*****t Raiga! Pasti itu alasannya! Dan jika kau tidak melaporkan Si b*****t Raiga pada pihak Malaikat Elit! Semua ini tidak akan terjadi!" BUAG! BUAG! "UHUK! UHUK! ARGH!" Hantaman dan hantaman terus dilakukan oleh Rey ke perut Melios untuk membuat bocah pirang itu menyesali perbuatannya. "Hen-Hentikan! Ak-Aku Mohon!" BUAG! BUAG! "URGH!" Tak menghiraukan permohonan dari Melios, Rey malah terus meninju seluruh tubuh Melios, termasuk ke wajahnya, sampai lelaki pendek itu memar-memar. Saat Rey terus menghajar Melios, kedua temannya yang ada di sampingnya hanya menyaksikan kejadian tersebut tanpa melakukan apa-apa. "Kau harus bertanggung jawab! Pirang!" Bentak Rey dengan wajah yang garang. "Aku tidak peduli pada nasib Si b*****t Raiga! Pokoknya! Kau harus mengembalikan Sepupuku! untuk pulang lagi ke rumahnya!" Dan setelah kenyang memukuli Melios hingga babak belur, Rey serta dua temannya pergi meninggalkan lelaki pendek itu yang terbaring kaku di tanah halaman belakang sekolahnya. "Ak-Aku menyesali perbuatanku.. Maafkan aku... Ra-Raiga...," ucap Melios dengan suara yang begitu pelan, wajahnya sudah berantakan, pakaian seragam sekolahnya pun telah tercampur dengan darah segarnya. Kini, yang tersisa hanyalah rasa sakit yang berdenyut-denyut dari seluruh luka di tubuhnya. Malang sekali nasibmu, Guntara Melios Locky. BERSAMBUNG....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN