28

1005 Kata
"Four for all: You are my everything..." *** Tertanda hari ini, tanggal dua puluh delapan Februari tahun dua ribu lima belas, hari di mana aku akan terus berusaha untuk menuangkan apa yang sesungguhnya sedang aku pikirkan saat ini. Walau belum begitu terbiasa juga dengan hal semacam ini, aku ingin tetap ciptakan sesuatu yang bisa aku atau kita kenang di masa depan nanti saat semua sudah terjadi. Antara kamu dan aku, terima kasih karena sudah hadir dan beri warna dalam hidupku. Sebuah warna yang belum pernah aku lihat sebelum ini. ... Hallo, Kamelia yang paling aku sayang dan hargai keberadaannya saat ini. Satu-satunya perempuan dengan nama serta raut wajah yang terus berputar-putar dalam benakku. Selamat mengakhiri hari untuk dirimu yang sekarang entah berada di mana. Langit sudah sangat gelap dan hari telah begitu larut saat aku berakhir di meja belajar kayu berbentuk persegi Panjang dengan model yang sederhana ini untuk kembali menulis catatan soal perjalanan bagaimana semua akan berawal dan bermula untuk kita, nanti, atau entah kapan sajadi masa depan yang masih setia berjalan. Pada kesempatan kali ini aku akan kembali lanjutkan cerita soal bagaimana aku melewati hari demi hari yang aku jalani dan berlangsung setelah bertemu dengan dirimu di halte bus pada hari itu. Rasakan perasaan spesial yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Juga berbagai macam hal lainnya yang terasa sangat istimewa. Dan, yah, mungkin tidak akan berlebihan jika apa yang sedang aku alami ini kita sebut sebagai lika liku perjuangan agar bisa mendapatkan kamu suatu saat nanti. Entah kapan itu. Atau bagaimana hal itu akan terjadi. Aku tidak tau, tapi aku akan dengan sabar menanti waktu itu tiba. Oh Tuhan Yang Maha Kuasa lagi maha Perkasa, semoga saja hal indah itu sungguhan bisa terwujud suatu saat nanti, hahaha! Ahh, kenapa tawaku di akhir malah jadi terkesan sedih dan mengganggu, ya? Apa aku tidak punya kepercayaan pada diri sendiri? Apa aku tidak punya kesungguhan dalam berniat untuk dapatkan dirimu? Cinta yang ada di dalam hatimu? Perasaanmu? Atau ada hal lain yang terasa lebih mengganggu? Aku tidak tau, tapi yang namanya hidup bersama seribu satu mara bahaya serta cobaannya itu memang harus dihadapi entah suka atau tidak. Mau atau tidak mau. Kalau boleh jujur aku ini bisa dibilang sangat jarang bahkan hampir tidak pernah sama sekali menonton yang namanya acara di televisi. Satu pun tidak pernah, kecuali paling ya hanya iklan saja. Salah satu alasann kuat yang jadi penyebabnya tentu saja karena kesibukan belajar dan pendidikan selama ini yang amat sangat menyita waktu serta konsentrasi. Aku sudah nyaris tidak pernah menonton televisi sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Eh, atau taman kanak-kanak, ya? Pokoknya sejak dulu yang selalu aku lakukan itu hanya belajar. Aku melakukan hal itu sudah seperti hobi saja. padahal mah aslinya tidak. Aku bukan semacam manusia super ideal yang menjadikan hal seperti belajar sebagai hobi juga. Tidak, aku tak sesuci dan sebersih itu. Kalau di waktu sekarang ini saat pagi aku akan pergi belajar di kampus. Di saat sore hari aku akan pergi bekerja sambilan di suatu tempat demi dapatkan pundi-pundi uang untuk menyambung kehidupan, hiks. Ahaha, bercanda, aku bekerja karena tidak mau terlalu merepotkan orang tuaku saja untuk beberapa hal kecil yang sebenarnya bisa aku usahakan sendiri. Dan saat malam akan belajar seperti sedang kerasutan setan dari tanah j*****m. Bukan hanya saat ini sih sebenarnya. Aku sudah sangat jarang hampir tidak pernah itu, secara khusus menonton televisi, kira-kira sejak kelas 3 sekolah dasar. Sudah lama sekali. Namun, di saat kebetulan aku secara tidak sengaja melihat televisi tadi sore. Aku menyaksikan suatu adegan di sebuah film televisi alias FTV salah satu channel swasta lokal negeri ini. Ada sesuatu yang jadi cukup menarik untuk aku pribadi. Yaitu tentang bagaimana seorang cowok yang ingin pergi berkencan. Dia tampak sangat galau bin bingung soal bagaimana harus berpenampilan. Pakaian apa yang akan ia kenakan untuk menemui gadis yang ia sukai. Seperti itulah pokoknya. Dan ia pun mengeluarkan seluruh isi lemari di kamarnya secara super hiperbola. Sudah seperti bintang acara komedi. Kemudian mencoba satu demi satu pakaian yang ia miliki. Sambil berkaca dengan tampang yang menurutku tidak berlebihan jika disebut... hmm, cukup alay. A, Ap, Apakah semua anak muda laki-laki di masa ini memang seperti itu, ya? Tayangan televisi itu kan “seharusnya” mencerminkan kehidupan masyarakat dari para audiens yang menonton. Ayolah, aku bukan dan tidak mau jadi anak alay seperti yang baru saja aku lihat. Sepulang kerja sambilan yang aku jalani di suatu rumah makan. Aku langsung membuka lemari pakaian di dalam kamar. Dan mulai melihat seluruh koleksi baju yang aku miliki. Mengikuti gerak-gerik aktor pemeran karakter di tayangan film televisi. Huu, entah bagaimana pada akhirnya aku pun teracuni juga. Dan yang aku temukan… benar-benar tidak inovatif! Tidak inspiratif! Tidak menarik sama sekali! Benar-benar tidak ada keren-kerennya. Kalah jauh jika dibanding dengan karakter alay FTV yang diperankan aktor muda tampan yang cukup ternama itu. Yang aku punya di dalam lemari tak lain dan tak bukan hanya seputar celana bahan dengan aneka warna. Kemeja polos lengan panjang dan pendek dengan aneka warna. Juga seragam di tempat kerja. Kalau boleh jujur aku ini memang nyaris tidak pernah pergi ke tempat lain selain untuk kegiatan sekolah dan mencari uang atau tempat-tempat yang aneh. Kini aku sadar diri akan betapa payahnya diriku. Saat tengah terduduk lesu di atas bean bag. Tiba-tiba aku jadi teringat pada Gana. Maka aku hubungi dia untuk meminta bantuan. Secepat mungkin! Ia malah terkekeh kala mendengar cerita galauku. Jalan keluarnya ya hanya kami berdua harus beli baju malam ini juga. Sayang saja ukuran tubuh Gana cukup jauh berbeda denganku. Andai aku bisa meminjam baju dia saja agar semua jadi lebih cepat. Yosh, dengan selera fashion Gana yang keren. Dijamin aku tak akan salah kostum besok! Yah, semoga saja memang bisa seperti itu. Hatiku saat ini begitu dipenuhi oleh antusias yang tak sanggup dibendung. Semua pasti akan baik-baik saja. Semua harus baik-baik saja dan aku harap hanya itu saja yang akan terjadi. Bahkan kalau saja bukan hal baik seperti yang aku ekspektasikan terjadi, aku harap aku diberi banyak kekuatan oleh Tuhan agar bisa bertahan hadapi semua.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN