6. Tidak Mengenal Baik Atau Jahat

1921 Kata
"Tuan Marvell Reynald?" Starla berdiri di sebelah seorang pria yang saat ini tengah duduk dengan tenang. "Benar, saya Marvel," balas pria itu sopan sembari mengulurkan tangannya. "Apakah Anda Nona Starla?" Senyum manis tampak di wajah Starla. "Ya. Maaf aku datang sedikit terlambat." "Tidak apa-apa, Nona Starla. Silahkan duduk." Marvell membalas senyuman Starla. Matanya menilai wanita yang kini duduk berseberangan dengannya. Starla datang dengan mengenakan dress selutut dengan potongan rumit. Satu bagian tangan gaunnya menutup sampai ke pergelangan tangan, sementara yang lainnya tidak memiliki lengan. Kulit halus Starla tampak segar dan terawat. Marvell yakin jika disentuh pasti rasanya sangat lembut. Wanita di depannya itu memiliki wajah yang cantik, dia bahkan lebih cantik dari foto yang ditunjukan oleh ibunya. Kesan pertamanya tentang Starla adalah wanita cantik, elegan dan menarik. Ia biasanya tidak tertarik pada kencan buta yang diatur oleh ibunya, tapi saat ia melihat foto Starla ia tidak menolak kencan buta yang diatur oleh ibunya. "Nona Starla, silahkan memesan makanan." Marvell memberikan buku menu pada Starla. "Ah, ya," balas Starla. Pelayan segera mencatat pesanan Starla lalu kemudian pelayan itu pergi meninggalkan meja Starla dan Marvel. "Nona Starla, Anda memiliki penampilan yang menarik dan cantik, kenapa Anda setuju untuk datang ke kencan buta seperti ini?" Marvel memulai. "Aku menghargai usaha ibuku," balas Starla. Dia jelas bisa mencari pasangan sendiri, tapi sampai detik ini dia tidak memiliki pasangan dan itu membuat ibunya sedikit khawatir. Ibunya berpikir bahwa dia mungkin memiliki trauma karena ayahnya berselingkuh dahulu, dan itu menyebabkan dia tidak mau berhubungan dengan laki-laki. Untuk menenangkan ibunya, Starla akhirnya menyetujui pengaturan ini, tapi dia tidak berjanji bahwa hasil akhirnya akan memuaskan sang ibu. "Ah, seperti itu." Marvel sedikit kecewa, ia kira Starla cukup tertarik padanya setelah melihat foto atau data dirinya, tapi ternyata wanita itu datang hanya untuk menghargai ibunya saja. "Saya dengar Nona Starla adalah seorang DJ." "Itu benar," balas Starla. "Sebagai seorang DJ, Nona Starla dikelilingi oleh banyak laki-laki. Kenapa Nona Starla belum memiliki pasangan sampai saat ini? Apakah Nona Starla memiliki standar yang sangat tinggi?" tanya Marvel. Saat ini usia Starla baru dua puluh empat tahun, di usia seperti ini seharusnya Starla memiliki pasangan terlebih wanita itu memiliki penampilan yang luar biasa, kecuali wanita ini memiliki standar tinggi untuk pendampingnya. "Aku hanya tidak terlalu memikirkan tentang pasangan." Starla menjawab apa adanya. "Bagaimana menurut Anda tentang saya?" "Anda memiliki pekerjaan yang stabil, penampilan Anda cukup menarik." Marvell tersenyum kecil. "Lalu, apakah Anda tertarik untuk menjalin hubungan dengan saya?" "Apakah Anda tidak memiliki masalah jika pasangan Anda adalah seorang DJ yang dikelilingi oleh banyak laki-laki?" "Itu bukan masalah besar. Lagipula Anda bisa berhenti bekerja setelah kita menikah. Penghasilan saya lebih dari cukup untuk menghidupi Anda." Marvell adalah seorang dokter bedah saraf yang hebat, gajinya jelas tidak kecil. Pria itu bisa memberikan Starla kehidupan yang baik. "Aku mungkin akan mengecewakan Tuan Marvell. Aku masih tidak tertarik untuk menjalin sebuah hubungan." "Apakah Anda memiliki kelainan seksual?" Marvell hanya sedikit penasaran. Ada banyak wanita yang menyukainya, tapi dia tidak pernah memiliki waktu untuk meladeni para wanita itu. Namun, kali ini dia memilih untuk bertemu dengan wanita di depannya, tapi wanita itu menolaknya. Dia hanya berpikir mungkin saja Starla memiliki penyimpangan seksual. Bukannya tersinggung, Starla malah tertawa geli. Ini bukan pertama kalinya dia mendapatkan pertanyaan seperti ini. Dia disukai oleh banyak laki-laki, tapi tidak ada satu pun yang ia terima sebelum ia bertemu dengan Sylvester kembali. Jadi, ada beberapa pria yang berpikir bahwa ia mungkin saja penyuka sesama jenis. "Aku menyukai pria. Sungguh." Marvell terpesona oleh wajah berseri Starla terlebih suara tawanya yang terdengar menyenangkan. Sayang sekali wanita ini tidak tertarik padanya, padahal mereka mungkin bisa menjadi pasangan yang sempurna jika bersama. "Apakah tidak ada kemungkinan Nona Starla untuk menjalin hubungan denganku?" tanya Marvel. Dia tidak pernah menyukai wanita pada pandangan pertama seperti ini. Starla adalah yang pertama dan satu-satunya. "Tuan Marvell, aku tidak bisa memberikanmu harapan palsu. Aku tidak berharap banyak pada cinta dan laki-laki, jadi aku mungkin masih akan tetap sendirian untuk waktu yang lama." Starla tidak bisa menerima Marvell, bukan hanya karena dia tidak memiliki rasa pada pria ini, tapi juga karena saat ini dia memiliki hubungan ambigu dengan Sylvester. Pria itu mungkin akan menghancurkan dirinya dan Marvell jika mereka bersama. Marvell merasa patah hati bahkan sebelum cintanya berkembang. Sial! Kenapa sekalinya ia tertarik pada wanita, wanita itu tidak menyukainya. "Jika pada akhirnya Nona Starla berubah pikiran, Nona Starla bisa menghubungiku." "Ya, tentu saja." Starla menyukai sikap Marvell, pria ini tidak narsis dan bukan tipe pria yang memaksakan kehendak. Marvell juga tidak menghakiminya meski dia telah menolak pria itu. "Lalu, saya tetap bisa berteman dengan Nona Starla, bukan?" Starla mengangguk. Ia tidak akan menolak jika hanya pertemanan yang Marvell tawarkan padanya. "Ya." "Itu bagus." Marvell pikir dia masih ada sedikit kesempatan. Mungkin saja suatu hari nanti Starla akan mempertimbangkan dirinya. "Karena sekarang kita berteman maka aku tidak akan terlalu formal lagi." "Ya, silahkan." "Aku dengar kau baru kembali ke kota ini hampir dua bulan. Apakah kau sudah mulai terbiasa?" "Ya, aku sudah mulai sedikit terbiasa. Sejujurnya aku tidak memiliki banyak kegiatan, hanya bekerja di malam hari, pergi ke toko bunga ibuku pada siang hari lalu bersiap untuk bekerja lagi pada malam harinya," balas Starla. Dia mungkin sudah berubah dari penyukai kesunyian menjadi penyuka keramaian, tapi dia masih Starla yang sama yang lebih suka berada di rumah daripada melakukan sesuatu di luar rumah yang menurutnya tidak begitu penting. "Jika kau merasa bosan kau bisa menghubungiku. Aku bisa menemanimu pergi ke berbagai tempat." "Aku pikir kau orang yang sibuk." "Aku bisa meluangkan sedikit waktuku untukmu." Starla tersenyum ringan. Dia mungkin tidak akan pernah menghubungi Marvell. Semakin banyak dia bertemu dengan Marvell, maka itu mungkin akan disalah artikan oleh Marvell. Keduanya masih terlibat percakapan santai sampai akhirnya pesanan datang dan dua orang itu makan dengan tenang. Starla telah menghabiskan makanannya, wanita itu beralih ke minumannya dan menyeruputnya sedikit demi sedikit. Ia nyaris saja tersedak ketika ia melihat siapa yang saat ini tengah mengarahkan tatapan membunuh padanya. Sylvester melangkah mendekat ke arah Starla dengan aura mencekam. Dia seperti binatang buas yang hendak menyergap dan memangsa buruannya. Jantung Starla berdetak semakin cepat. Dia tahu saat ini Sylvester pasti tengah marah padanya. Pria itu sudah mengatakan dengan jelas bahwa ia tidak boleh berdekatan dengan laki-laki, tapi saat ini ia malah makan siang berdua dengan Marvell. Starla sedikit merasa lega ketika Sylvester sudah melewatinya, tapi beberapa detik selanjutnya ponselnya berdering. Itu panggilan dari Grey, asisten Sylvester. "Ya." Starla menjawab panggilan itu dengan tenang. Marvell di depannya menatap ke arahnya. "Nona, Tuan mengatakan bahwa Nona harus kembali ke rumah sekarang juga." "Baik." "Kalau begitu saya akan menutup panggilannya." "Ya." Starla kembali menyimpan ponselnya ke dalam tas. Ia segera mengalihkan kembali atensinya pada Marvell. "Marvell, aku memiliki urusan. Aku harus pergi sekarang. Senang bertemu denganmu." "Biarkan aku mengantarmu." "Tidak perlu. Aku membawa mobil sendiri." Starla mungkin akan dimutilasi oleh Sylvester jika Marvell mengantarnya pulang. "Baiklah, berikan nomor ponselmu padaku." Marvell mengulurkan ponselnya. Starla meraih ponsel Marvell dan memberikan nomor ponselnya pada pria itu. "Aku akan menghubungimu sesekali. Senang bertemu denganmu, Starla." "Ya." Starla kemudian berdiri, wanita itu segera melangkah dan pergi meninggalkan restoran. Ia masuk ke dalam mobilnya, mengemudikannya menuju ke kediaman Sylvester. Sebelumnya kebebasan Starla tidak pernah dikekang, tapi sekarang dia bahkan harus segera pergi hanya beberapa detik setelah menerima panggilan. Ia tidak pernah membayangkan bahwa hidupnya akan berubah seratus delapan puluh derajat seperti ini. Sylvester, pria itu benar-benar mampu melakukannya. Starla sampai di kediaman Sylvester, ia melangkah ke kamar Sylvester lalu kemudian merebahkan dirinya di sofa. Ponselnya berdering, wanita itu menjawab panggilan yang berasal dari ibunya. "Ya, Bu." "Bagaimana hasilnya? Apakah kau menyukai Marvell?" "Dia pria yang baik, tapi aku merasa tidak cocok dengannya," balas Starla. "Tidak apa-apa. Kalian bisa saling mengenal lebih jauh. Ibu mendengar dari ibu Marvell, bahwa dia menyukaimu." "Bu, mari kita hentikan di sini. Aku masih muda. Aku bisa menemukan pria sendiri." "Ibu hanya mengkhawatirkanmu. Ibu tidak akan bisa tenang jika kau tidak memiliki pasangan yang bisa melindungimu." "Suatu hari nanti aku pasti akan memilikinya satu." "Starla, ibu tidak akan memaksamu. Namun, kau harus mendengar kata-kata ibu. Tidak semua laki-laki seperti Ayahmu." "Ya, Bu. Aku tahu itu." Starla mengerti dengan baik. Dia hanya tidak tertarik untuk menjalin hubungan saja saat ini, dia juga memiliki mimpi untuk memiliki rumah tangga yang hangat dan bahagia. Dia juga ingin memiliki anak yang lucu dan menggemaskan, tapi saat ini belum waktunya. "Baiklah kalau kau mengerti. Sekarang istirahatlah." "Ya, Bu." ** "Kau benar-benar memiliki nyali yang besar, Starla." Sylvester menatap Starla tajam. Pria itu baru kembali ke kediamannya jam sembilan malam, dan dia langsung menemui Starla untuk membahas kelancangan wanita itu siang tadi. "Tuan Sylvester, aku tidak bisa menolak keinginan ibuku. Dia telah mengatur kencan buta untukku. Sebagai seorang putri, sudah tugasku menjadi anak yang berbakti." Starla membalas dengan tenang. Jari telunjuk Sylvester bergerak ke dagu Starla lalu mengangkatnya tinggi. "Jadi, apakah kau menyukai pria pilihan ibumu?" "Pria itu cukup baik. Dia memiliki pekerjaan yang bagus dan bisa memberiku status yang jelas." Starla tersenyum kecil. "Bukankah dia seorang dokter? Bagaimana jika aku mematahkan tangannya? Dia mungkin akan kehilangan pekerjaannya dan juga kemampuannya. Lihat apakah dia masih bisa memberikanmu status yang resmi setelah itu." Starla merasa ngeri seketika. "Itu adalah sebuah kejahatan, Tuan Sylvester. Jangan mempermainkan hidup seseorang dengan begitu mudahnya hanya karena kau berkuasa." "Aku tidak mengenal baik atau jahat, Starla. Selama aku tidak senang, aku akan melakukan apapun untuk menunjukan ketidaksenanganku." Starla seharusnya tidak berbicara seperti tadi, pria seperti Sylvester tidak akan mematuhi hukum. Dia bisa membeli hukum dengan kekuasaan yang dia miliki. Jemari kokok Sylvester menyusuri garis rahang Starla yang indah. "Selama kau masih menjadi penghangat ranjangku, jangan pernah bermimpi untuk berhubungan dengan pria lain atau aku akan melakukan sesuatu yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya." Starla merasa emosinya melonjak naik. Namun, dia tidak akan melawan pria pemarah seperti Sylvester dengan kemarahan juga. Dia hanya perlu menjadi penurut sampai pria itu bosan bermain-main dengannya. "Apa kau mengerti kata-kataku?" Sylvester menambahkan. "Aku mengerti," balas Starla. "Jangan menyakiti Marvell, aku sudah menolaknya." "Kau tidak mengatakan itu untuk melindungi pria itu, bukan?" Sylvester tidak suka melihat Starla yang peduli pada Marvell. "Aku hanya tidak ingin menjadi alasan orang lain terluka." Starla manusia yang memiliki hati, dia jelas akan merasa sangat berdosa jika dokter berbakat seperti Marvell harus kehilangan kemampuannya hanya karena kencan buta dengannya. "Bagus jika kau berpikir seperti itu," balas Sylvester. "Kehidupan orang-orang di sekitarmu bergantung padamu. Sekarang pergi ke kamar mandi, siapkan air mandian untukku!" Starla tidak menjawab, ia hanya segera melangkah menuju ke kamar mandi. Menyiapkan air mandian dengan perasaan tidak senang. Bagaimana ia bisa jatuh hati pada manusia berhati dingin seperti Sylvester. Saat air mandi sudah siap, Sylvester memerintahkan Starla untuk membersihkan tubuhnya. Pria itu kemudian bertanya. "Bagian mana saja yang sudah disentuh oleh pria itu?" Sylvester bersuara dingin. "Apa yang kau harapkan pada pertemuan pertama kencan buta, Tuan Sylvester?" balas Starla malas. "Siapa yang bisa menebak? Dua orang yang tidak saling mengenal bahkan bisa berada di ranjang yang sama padahal baru beberapa menit bertemu." "Imajinasi Tuan Sylvester benar-benar luar biasa." Starla mendengkus kasar. Sylvester meraih tangan Starla. Membuat wanita itu berhenti mengosok bagian dadanya. Ia menatap ke manik abu-abu Starla tanpa emosi. "Katakan padaku, bagian tubuhmu yang mana yang disentuh oleh pria itu?" "Aku sudah mencuci tanganku sampai bersih," balas Starla. "Itu bagus. Aku benci miliku dikotori oleh orang lain." Starla menahan kemarahan di dalam dirinya, saat ini matanya membalas tatapan Sylvester dengan berani. "Lanjutkan pekerjaanmu." Sylvester melepaskan tangan Starla. Pria itu memejamkan matanya dan membiarkan Starla melakukan pekerjaannya sampai selesai. tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN