Terhitung sudah satu minggu Starla berada di sangkar emas Sylvester, tapi sampai detik ini ia belum melihat batang hidung Sylvester sama sekali.
Seperti yang Sylvester katakan, pria itu memberikan semua yang ia butuhkan. Pria itu membanjiri hidupnya dengan barang-barang mewah.
Starla bukan penikmat barang mewah, tapi dia dibuat terperangah atas kemurahan hati Sylvester. Starla bukan wanita pemboros, dia tidak membelanjakan uangnya untuk banyak barang-barang mewah, dia lebih memilih untuk menabungnya karena dia berjaga-jaga untuk penyakit ibunya.
Namun, sekarang dia telah mengenakan dari bawah hingga atas pakaian yang didesign oleh perancang terkenal yang harga keseluruhannya bisa setara dengan beberapa bulan gajinya.
Belum lagi ditambah tas, sepatu dan perhiasan yang ada di ruang ganti. Itu benar-benar menyilaukan mata Starla.
Bagi wanita yang tergila-gila pada kehidupan yang mewah, menjadi penghangat ranjang Sylvester adalah jalan pintas yang bisa memenuhi semua khayalan mereka.
Selain itu Starla juga diberikan kartu hitam yang bisa ia gunakan untuk membeli apapun. Ia juga bebas menggunakan mobil-mobil yang ada di garasi Sylvester, tapi Starla lebih memilih untuk menggunakan mobilnya sendiri agar ibunya tidak terlalu banyak bertanya tentang mobil yang dia kendarai.
Selama Starla berada di kediaman Sylvester, ia tidak merasa bosan. Ia memiliki banyak tempat yang bisa ia jelajahi. Kediaman Sylvester menempati ratusan hektar tanah.
Kediaman itu memiliki fasilitas hiburan dan kebugaran yang lengkap. Jika Starla ingin olahraga, dia hanya perlu melangkah menuju ke pusat kebugaran yang ada di sisi lain kediaman Sylvester.
Jika dia ingin menonton film, ia hanya perlu pergi ke bioskop mini.
Ada taman hijau terawat dan sebuah danau di kediaman itu. Starla juga bisa pergi ke sana untuk berjemur atau sekedar menghirup udara segar.
Saat ini Starla sedang berenang. Wanita itu mengenakan bikini berwarna putih. Cuaca saat ini tidak panas, tapi jika ada pria yang melihat Starla maka mereka pasti akan merasa gerah. Tubuh Starla bahkan lebih indah dari model-model yang berjalan di landasan pacu.
Starla naik ke permukaan, wanita itu menyesap jus yang telah disediakan oleh pelayan. Sejak ia menempati kediaman itu, para pelayan memperlakukannya dengan baik.
Terlepas dari mereka menggosipkannya di belakang, di depan Starla semua pelayan bersikap sopan.
Setelah minum Starla kembali masuk ke kolam renang, ia bergerak dengan ahli. Bergerak dari ujung ke ujung seperti perenang profesional.
Dan ketika kepalanya muncul ke permukaan kembali, Starla menyisir ke belakang rambutnya yang menutupi wajahnya.
Detik selanjutnya Starla menemukan sosok pria tinggi dan ramping dengan setelan hitam yang selalu ia kenakan berdiri tidak jauh dari kolam renang.
Sebelum Sylvester datang Starla tidak merasakan udara dingin sama sekali, tapi ketika ia melihat Sylvester yang memancarkan aura kekejaman dan kegelapan.
Starla keluar dari kolam renang. Dia merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Sial! Dia mungkin akan tewas karena serangan jantung jika dia terus dihadapkan dengan tatapan dan aura mengerikan Sylvester.
Namun, dari semua rasa takut itu dia masih Starla yang sama yang tergila-gila pada sosok Sylvester yang dingin.
Starla menekan rasa takut di dalam dirinya. Wanita itu melangkah mendekat ke arah Sylvester.
"Sepertinya kau tidak mengerti dengan baik apa yang aku katakan padamu satu minggu lalu, Starla." Sylvester menatap Starla tajam.
"Tuan Sylvester, apakah Anda bermaksud saya harus menggunakan pakaian tertutup untuk berenang? Anda tidak sekonyol itu, kan?"
"Kau dilarang untuk berenang lagi." Sylvester berkata dengan kejam. Pria itu kemudian berbalik dan pergi.
Starla menghela napas. Apa yang salah dengan tempramental Sylvester. Pria itu benar-benar suka mengatur dan emosinya sangat buruk.
Starla mengambil jubah mandinya, wanita itu segera meninggalkan kolam renang dan mengganti pakaiannya.
Setelah ia selesai berpakaian ia keluar dari ruang ganti dan menemukan Sylvester sudah berada di dekat jendela, pria itu menatap ke arah danau.
"Siapkan air mandi untukku!" Sylvester berkata tanpa melihat ke arah Starla.
Starla tahu bahwa pria itu bicara padanya karena tidak ada orang lain lagi di sana. "Baik." Ia menjawab lalu kemudian segera pergi ke kamar mandi.
Ia mulai mengisi jacuzzi mewah di dalam kamar mandi yang luasnya hampir sama dengan kamar tidur Starla di apartemennya. Starla tidak lupa menambahkan minyak essensial ke sana.
Aroma yang menenangkan tercium oleh indera penciuman Starla, perasaannya langsung menjadi lebih baik saat itu juga.
Beberapa saat kemudian Starla keluar, dia mendekati Sylvester yang masih berada di tempat yang sama.
"Air mandimu sudah siap." Ia memberitahu Sylvester.
Sylvester membalik tubuhnya, atensinya kini tertuju pada wajah cantik Starla. "Lepaskan pakaianku."
Starla mencibir dalam hatinya, apakah Sylvester tidak bisa melepas pakaiannya sendiri? Pria ini benar-benar sangat ingin dilayani.
Meski menggerutu di dalam hatinya, tangan Starla masih bergerak. Jari rampingnya menyentuh kancing jas yang Sylvester kenakan. Ia membukanya dengan perlahan. Wanita itu bergerak ke belakang dan menarik jas Sylvester hingga terlpas dari tubuh pria itu.
Kemudian Starla beralih ke dasi yang Sylvester kenakan, ia melonggarkanya dan kemudian melepaskannya.
Jantung Starla sudah tidak terkontrol dengan baik. Dia takut jika Sylvester bisa mendengar detak jantungnya yang tidak biasa.
Starla mengangkat matanya, ia melirik Sylvester yang hanya memasang wajah tanpa emosi seperti biasanya, tapi itu hanya sesaat saja karena setelahnya Starla kembali fokus pada pekerjaannya.
Ia membuka kemeja putih yang membungkus tubuh kokoh Sylvester. Starla menggigit bibirnya. Sial! Dia ingin sekali meraba otot-otot perut Sylvester yang tampak menggoda.
"Fokus pada pekerjaanmu, Starla."
Suara dingin itu membuat Starla merasa malu. Pikiran kotor dalam otaknya segera lenyap. Wanita itu melanjutkan pekerjaannya, tapi hanya dalam hitungan detik dia kembali berpikiran kotor.
Sylvester menyuruhnya untuk fokus, tapi bagaimana dia bisa fokus saat pekerjaannya saat ini adalah melepaskan celana yang dipakai oleh pria itu.
Dengan perjuangan yang keras, Starla berhasil meloloskan celana dari kaki pria itu.
"Haruskah aku melepaskan celana dalammu juga, Tuan Sylvester?" Starla menatap lurus ke manik biru tenang Sylvester yang bisa menenggelamkannya kapan saja.
"Apa kau terbiasa bekerja setengah-setengah?"
Starla menahan napasnya. Ia meraih bagian atas celana dalam Sylvester lalu kemudian menurunkannya. Starla berkali-kali mengutuk di dalam hatinya. Dia mungkin akan kehilangan akal sehat dan meraih kejantanan Sylvester yang sudah mengerasz, memijatnya lalu menghisapnya.
"Bersihkan tubuhku."
"Apa?" Starla mengangkat wajahnya menatap Sylvester.
"Jika kau mengalami masalah pendengaran, lakukan pemeriksaan ke dokter."
"b******n sialan!" Starla tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memaki Sylvester yang memiliki lidah beracun.
"Berhenti memaki dan segera pergi ke kamar mandi!" Sylvester melangkah lebih dahulu dari Starla.
Starla menggigit bibirnya kesal, tapi dia masih tetap mengangkat kakinya menuju ke kamar mandi. Wanita itu memperhatikan tubuh telanjang Sylvester yang saat ini hendak memasuki jacuzzi.
Sekali lagi Starla merutuki Sylvester, pria b******n itu benar-benar memiliki b****g yang bagus. Sial! Sial! Sial! Otak Starla saat ini dipenuhi oleh pikiran kotor.
Sylvester menutup matanya, menikmati air hangat yang kini memeluk tubuhnya. Detik berikutnya, jari halus mengusap punggungnya dengan lembut, lalu berpindah ke dadanya.
Gairah Sylvester semakin terbakar. Sejak Starla membuka pakaiannya tadi dia sudah sangat ingin menelanjangi wanita itu dan membuatnya mengerang di bawahnya.
Sylvester meraih tangan Starla, dengan satu gerakan wanita itu masuk ke dalam jacuzzi, air memercik ke lantai bersamaan dengan pekikan terkejut Starla.
Belum Starla memuntahkan kemarahannya, Sylvester sudah lebih dahulu membungkam mulutnya. Pria itu memeluk tubuh Starla pada awalnya, tapi kemudian satu tangannya memegangi leher Starla, lalu bergerak ke dalam gaun tidur Starla yang basah secara perlahan.
Saat tubuhnya dan tubuh Starla bersentuhan, Sylvester kehilangan akal sehatnya. Pria itu berubah menjadi binatang buas yang menyantap mangsanya. Dia benar-benar membuat Starla mengerang di bawahnya berkali-kali.
Sylvester membawa Starla ke ranjang, mereka berdua melanjutkan kembali pergumulan mereka di sana.
Setelah sesi panjang berakhir, Starla berbaring malas di ranjang. Dia melihat Sylvester yang keluar dari ruang ganti dengan pakaian rapi.
"Pelayan akan mengantarkan makan malammu."
"Kau akan pergi ke mana?" tanya Starla pelan.
"Ruang kerja."
"Baiklah."
Starla tidak akan mengganggu Sylvester, dia lebih tahu tempatnya dari siapapun.
Wanita itu masih pada posisinya ketika dua pelayan wanita datang. "Nona Starla, makan malam Anda sudah siap."
"Letakan saja di meja!" balas Starla pelan.
"Baik, Nona."
Pelayan melakukan sesuai dengan arahan Starla.
"Apakah Nona Starla memiliki hal lain yang Anda butuhkan?"
"Tidak. Kalian boleh pergi."
"Baik, Nona."
Dua pelayan itu segera undur diri. Mereka menutup pintu kamar lalu kemudian mulai bergosip.
"Lihat wanita itu, dia menggunakan tubuhnya menggoda Tuan Sylvester. Dia benar-benar seorang pelacur."
"Kau benar. Aku melihat banyak bekas merah di leher dan punggungnya. Dia mungkin sekarang sedang berpikir untuk menjadi nyonya di kediaman ini." Pelayan lain menanggapi dengan sinis.
"Aku bertaruh, Tuan Sylvester pasti akan membuangnya dalam waktu satu bulan." Yang lain membuka mulutnya lagi. Perasaan iri dan dengki telah memenuhi hati wanita itu. Dia merasa wanita seperti Starla tidak cocok untuk Sylvester.
"Kau benar. Tuan Sylvester pasti akan segera bosan dengan tubuhnya."
Di kamar, Starla tidak mendengarkan kata-kata buruk para pelayan. Dia turun dari ranjang, memakai gaun tidur yang hampir sama seperti dia tidak memakai apapun.
Dia berjalan dengan malas ke arah sofa. Wanita itu sesekali meringis karena bagian kewanitaannya yang sakit.
"b******n sialan itu tidak tahu bagaimana caranya bersikap lembut!" Starla kembali memaki Sylvester.
Duduk di sofa, Starla melihat ke makan malam yang tersedia di meja. Suara keroncongan keluar dari perut Starla. Wanita itu tidak menunggu lebih lama lagi, dia segera menyantap makan malamnya yang tidak kalah lezat dari makanan di restoran bintang lima.
Starla tidak pilih-pilih makanan, dia akan melahap apa saja yang diberikan padanya selama itu layak untuk dimakan.
Kenyang, Starla kembali ke ranjang. Wanita itu terlelap setelah beberapa saat kemudian. Hingga akhirnya dia terbangun di pagi harinya dan tidak menemukan siapapun di sebelahnya.
Tidak ada tanda-tanda Sylvester kembali ke kamar tadi malam. Starla pikir mungkin pria itu tidur di ruang kerjanya.
Starla tidak berharap banyak bahwa Sylvester akan tidur di sebelahnya pada malam hari. Pria itu mungkin tidak suka ada orang asing tidur di sebelahnya.
Tidak berpikir terlalu banyak, Starla duduk di tepi ranjang sebelum akhirnya wanita itu melangkah ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
Ketika ia keluar ia menemukan Sylvester sudah mandi. Pria itu sepertinya mandi di kamar lain.
"Siapkan pakaian kerjaku."
"Baik."
Starla segera mengambil setelan kerja untuk Sylvester, ia meraih dasi yang cocok untuk jas pria itu dan kemudian memakaikannya pada tubuh atletis Sylvester.
"Bisakah aku meminta nomor ponselmu?" tanya Starla.
"Hubungi saja Grey jika kau memiliki sesuatu yang ingin kau katakan padaku."
Starla tidak membalas lagi. Bagi Sylvester mungkin dirinya tidak cukup layak untuk memiliki nomor ponsel pria itu.
Tbc