7. Sangkar Kerajaan

1094 Kata
Keseharian yang Putra Mahkota habiskan di dalam istana sepanjang hidupnya adalah berlatih diri mempelajari berbagai hal baik itu ilmu untuk pengembangan diri, pengetahuan, hingga keahlian khusus melindungi diri. Dalam perjalanan panjang itu Putra Mahkota juga menemukan beberapa hobi, juga teman setia. Adalah Paul Kalmar, seorang pelayan pribadi Pangeran Zeal yang tumbuh besar bersama. Mereka berdua seusia, Ratu Elenna sengaja memberikan Pangeran seorang yang melayani dekat di sisinya dengan usia serupa agar bisa menjadi teman juga pendukung secara moral bagi Pangeran. Seorang yang akan selalu berdiri membela Putra Mahkota, berpihak padanya, memahami dirinya. Karena setidaknya harus ada seseorang yang mengisi tugas dan posisi itu untuk Pangeran Zeal. Hampir sepanjang waktu Paul selalu berada di sisi Pangeran siaga melayani, bahkan ketika Pangeran dalam waktu tidur dan istirahatnya. Paul sudah bagaikan jurnal harian berjalan Pangeran Zeal. “Di saat belahan dunia lain telah hidup berdampingan dengan teknologi, kenapa hanya negeri kita yang masih menerapkan cara hidup bar-bar layaknya negeri antah berantah? Aku tidak bisa mengerti.” Pangeran baru saja mengahkiri sesi berlatih menunggang kudanya di siang itu. Paul bersamanya menemani merawat kuda kerajaan. Kerajaan Zerestria bagai negeri terisolasi dari perkembangan zaman. Sejak beribu tahun lalu kebijakan kerajaan membatasi pengaruh budaya luar masuk dan menyebar melewati penyaringan sangat ketat. Dengan argumen bahwa setiap kebudayaan yang datang bagai dua sisi mata koin yang bisa membawa kebaikan beserta nilai buruk bersamaan sebagai satu paket. Karenanya kebijakan kerajaan lebih dulu mengendalikan hal ini demi menjaga kestabilan pemerintahan. Pangeran belum berakhir dengan keluh-kesahnya. “Bahkan aku dengar sekarang manusia sudah bisa melakukan perjalanan luar angkasa! Tapi lihatlah aku di sini. Perjodohan?” Pangeran melampiaskan amarah pada orang yang salah. Tapi seperti biasa Paul bersabar mendengarkan rewelan Pangeran dengan penuh perhatian. “Katakan! Apa aku hidup di zaman negeri dogeng seperti yang ada di buku-buku cerita rakyat?” Paul tetap sambil mengerjakan tugasnya melepas pelana dari punggung kuda yang Pangeran tunggangi. Sementara Pangeran Zeal memanjakan kuda pribadi kesayangannya itu yang dirawat sejak kecil dengan membelai lembut kepala kuda dan memberinya pakan ternak. Pangeran Zeal belajar bahwa penting menjaga dan membangun kemistri antara pemilik dan kuda mereka. Karena itu bila ada waktu luang Pangeran merawat sendiri kuda-kudanya. “Bila Anda berkata demikian, saya rasa perjalanan hidup Anda gabungan dari cerita... Rapunzell dan Sleeping Beauty..” Pangeran tahu kisah Rapunzel yang selalu terkurung di menara istana, kisah itu bisa mewakili dirinya yang juga sepanjang hidup terkurung di istana. “Sleeping beauty? Apa aku akan mati?” Sleeping Beauty mengisahkan Putri yang sejak lahir ditakdirkan akan wafat di usia belia karena tusukan jarum pintal benang manual. Paul sadar dirinya telah salah bicara. “Oh! M-Maksud saya Beauty and the Beast, Yang Mulia...” Segera Paul mengoreksi perkataannya. “Ha? Lantas maksudmu aku menjadi Beast-nya bukan?” Karena Beast hidup kesepian di istana megahnya, ia juga seperti Pangeran Zeal tidak mengenal dunia luar selain lingkup istana kerajaan. Atau maksud pelayan pribadi Pangeran Zeal penampilan tuannya serupa buruknya dengan Beast. “Jangan salah paham dulu Yang Mulia... Sama sepertinya, situasi Anda saat ini juga tengah mencari pasangan. Demikian yang saya maksudkan.” Paul menundukkan wajah, merendah diri. Ia tidak ingin membuat kesalahan lain. “Bukan kehendakku mencari pasangan tapi keluarga kerajaan.” Bahkan Pangeran mendengarnya sendiri dari Ratu bahwa pernikahan Putra Mahkota sudah direncanakan sejak lama. Bukan karena alasan menjaga garis keturunan keluarga kerajaan tapi rasanya karena hal lain. Itu firasat yang Pangeran dapat dalam pembicaraan bersama kakak-kakaknya. “Aku lebih memilih menjadi karater Beauty dari pada Beast. Bila saja aku bisa...” Belle pemeran utama wanita dalam kisah itu memimpikan petualangan sama seperti Pangeran Zeal. “Kalau begitu Yang Mulia bisa merubahnya sesuai dengan kehendak Anda, untuk itu saya rasa Yang Mulia sangat mampu melakukannya. Bukan begitu?” Pangeran Zeal menatap Paul dengan mata berbinar, terkesan mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seorang yang paling memberinya kenyaman ruang di istana itu. Apa yang Paul katakan benar. “Kau memberiku jalan keluar. Kau benar! Kenapa tidak terpikirkan olehku...” Wajah masam Pangeran berubah dengan gairah semangat entah muncul dari mana. “Eh? Yang Mulia?” Paul mengamati dengan bingung. Saat sikap Pangeran berubah aktif seperti ini, maka akan terjadi kehebohan lain di dalam istana. Dan seperti biasa anggota keluarga kerajaan dibuat sakit kepala, termasuk Paul sendir yang juga perlu mempersiapkan diri mengimbangi langkah kaki Pangeran meski pilihan arah itu menerjang topan badai sekali pun. “Terima kasih, kau sangat membantuku. Akan kubuat kisahku sendiri, bukan cerita dogeng melainkan pertualangan mendebarkan mengarungi lintas negeri!” Pangeran Zeal sudah memutuskan dan membulatkan tekad. Seperti apa yang Paul katakan. Sebagai Putra Mahkota, Zeal cukup mampu mengubah keadaan agar berbalik memihak dirinya. Bahkan bila Pangeran Zeal berhasil, situasi ini akan menguntungkan dan merubah takdir hidupnya. Pangeran Zeal bisa mendapatkan apa yang selama ini hanya mampu ia impikan, yaitu kebebasan. “Sekali lagi aku akan bicara pada Ratu dan membuat penawaran.” Tentu saja Pangeran Zeal harus menyusun rencana sebelum datang menghadap Ratu dan berdialog. Agar apa yang ia inginkan dapat tercapai, Pangeran membutuhkan strategi untuk membuat lawannya sepakat. Ya, lawan argumennya bukan hanya Ratu seorang tapi juga seluruh keluarga kerjaan. Di dalam istana siapa pun yang mendengar keinginan Pangeran pasti akan menentang. “Paul, doakan diriku agar semua berjalan lancar.” Pinta Pangeran Zeal tulus bukan pada seorang b***k, tapi sebagai teman baiknya. “Tentu saja saya selalu mengharapkan semua yang terbaik untuk Anda Yang Mulia.” Karena Paul telah bersumpah setia di hari pengangkatan dirinya menjadi pelayan Putra Mahkota. “Tapi sebenarnya apa yang Anda rencanakan?” Tanya Paul cemas. “Itu... Dari pada dikatakan membuat penawaran mungkin lebih tepat aku akan mencetuskan perang saudara di keluarga kerjaan yang selama ini damai. Bisa juga kali ini keputusanku membawa sejarah baru yang tercatat dalam silsilah kerjaan.” Karena yang akan Pangeran Zeal minta pada Ratu dan keluarga Raja adalah hak kebebasan dirinya untuk memilih pasangan sendiri. Juga izin keluar dari istana memulai pencarian pasangan. Agar bisa menikahi seseorang tentunya Pangeran perlu bertemu dengan orang lain bukan, tidak bisa hanya berdiam diri di dalam istana seperti selama ini. Pangeran harus mulai bertemu dan mengenal banyak orang, khususnya wanita demi memilih mana yang cocok menjadi Permainsurinya. Tentu Pangeran Zeal sangat tahu permintaan ini tidak terwujud semudah kedengarannya. Terutama keinginannya keluar dari istana yang selama ini terasa bagaikan kurungan sangkar bagi Putra Mahkota. Selama ini Pangeran selalu memohon permintaan yang sama dan tidak sekali pun keluarga kerajaan memberi izin. Saat Pangeran menunjukkan sikap memberontak dan berbuat nekad yang terjadi malah mengawalan di sekitarnya semakin diperketat hingga ia merasa sesak dan geram. Ya itu masa-masa Pangeran Zeal dikuasai gejolak rasa penasaran dan sulit menerima keadaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN