"Cerai!" Satu kata penuh makna yang terdiri dari lima huruf yang dilontarkan kembali Tania seketika membuat Dimas mengetatkan rahangnya, tubuhnya menegang, pun dengan kedua tangannya yang mengepal kuat. Mata Dimas berkilat, ia bangkit dari duduknya, menepis kasar uluran tangan Tania yang sedari tadi minta disambut olehnya, setelah itu ia mencengkram kedua bahu istrinya dengan keras. "Katakan sekali lagi, Tania!" "Cerai! Cerai! Cerai!" Tanpa ragu Tania mengulangnya. "Apa kau tuli? Aku ingin bercerai darimu, Dimas!" ucapnya sarkasme. Cengkraman Dimas terasa melonggar. Entah mengapa ia tidak menyukai apa yang Tania ucapkan, dadanya terasa sesak seperti baru saja mendapat sebuah hantaman kuat. "Sampai kapanpun aku tidak akan menceraikanmu." "Kenapa, huh? Bukankah kau sudah memiliki wanita