"Menikmati kebersamaan."
***
Veni tersenyum kala Uminya mengelus perutnya. Sebentar lagi dia akan lahiran belum lagi tadi sempat ada sedikit masalah yang ternyata kedua orang tuanya sudah tahu kalau sebenarnya dia di rawat.
"Mi, maafin Veni ya kalau Veni banyak salah. Doain Veni nanti kalau lahiran biar bisa normal dan lancar terus juga anaknya laki-laki," ucap Veni.
"Aamiin. Kamu anak Umi yang selalu nurut kok. Cuma enggak nurut aja kemarij suruh nikah enggak nikah-nikah. Seneng banget kerja. Umi takut tahu kalau kamu enggak ada yang mau karena nutup diri."
"Enggak lah, Mi. Kan Abi juga bilang kalau udah jodoh juga bakal hadir kok yakan, Bi?" tanya Veni kepada Abinya lagi.
"Iya."
"Abi kok singkat gitu sih, Abi masih marah ya sama Veni karena Veni sama Mario enggak jujur sama Abi," ucap Veni lagi.
"Enggak, nak. Tapi, sebenernya untuk apa kamu merahasiakan itu. Kenapa Mario juga enggak cerita? Apa nunggu kenapa-kenapa dulu baru cerita?"
"Maaf, Bi. Tapi, seperti yang udah kita bilang tadi. Kita enggak mau bikin Abi kepikiran makanya kita milih buat rahasiain aja, Bi."
"Abi kecewa, nak. Apalagi kabar kamu yang sama sekali enggak bisa denger kamu. Selalu Mario yang beralasan ini itu padahal kamu lagi dirawat. Setiap hari Abi harus ngelihatin kamu dari jauh selalu nanya suster diem-diem buat memastikan kamu enggak papa."
"Maaf, Bi. Veni janji setelah ini Veni bakal cerita kalau ada sesuatu. Kalau anak Veni lahir juga nanti kalian aku hubungin pertama deh," ucap Veni lagi.
"Janji ya kalau ada apapun bilang jangan kamu sembunyiin. Hampir aja Abi maksa untuk lihat kamu. Untung aja Umi kamu selalu nahan dan bilang kamu pasti bakal cerita." Veni tersenyum dan melihat ke arah Uminya. Dia bersyukur memiliki kehangatan keluarga. Bahkan dia memang berfikir kalau bersama keluarganya lebih menyenangkan dan lebih hangat. Dia takut kalau berumah tangga nanti rumah tangganya berantakan tidak sesuai dengan keinginannya. Tapi, untung saja rumah tangganya baik-baik saja. Keluarganya sangat menyayanginya.
"Terus perkiraan tanggalnya gimana, Ven?"
"Belum tahu lagi sih, Mi. Besok aku kayaknya periksa deh. Mama mau ikut aku periksa sekalian beli baju bayi."
"Loh kamu udah mau lahiran malah belum beli baju?" tanya Uminya.
"Belum, Bu. Besok aja sekalian."
"Niatnya mau beli baju cewe apa cowo?"
"Cowo dong, Mi. Kita udah ngarepin banget anak cowo."
"Emangnya kenapa? Kok keliatan banget kamu ngebet ama anak cowo? USGnya gimana emang hasilnya?" tanya Uminya lagi.
"Iya bukannya cewe sama cowo itu sama aja. Dulu pas Umi kamu hamil kamu. Apapun yang dikasih sama Allah Umi sama Abi bakal bersyukur karena di luar sana banyak suami istri yang pengen punya anak."
"USG Veni cowo terus kok, Mi, Bi kemarin lagian kalau anak cowo pertama itu biar strong. Cuma emang semenjak Veni habis jatuh USG nya enggak pernah kelihatan Jenis kelaminya. Ah, tapi Veni sama Mario yakin kalau masih laki-laki orang terakhir periksa juga pas 8 bulan sebelum jatuh masih laki-laki kok. Kata Mario ada monasnya, hahaha," ucap Veni sambil tertawa.
Umi dan Abinya menggelengkan kepala dan tertawa. "Kalau gitu Umi sama Abi cuma bisa doain kalian yang terbaik ya semoga aja sesuai dengan yang kalian harapkan. Kalau Umi sama Abi yang pennting punya cucu udah seneng banget." Veni pun mengangguk dan tersenyum.
"Mi kayaknya Veni laper pengen makan soto buatan Umi deh. Umi keberatan enggak kalau aku minta Umi masak itu."
"Oh kamu mau soto? Ayo Umi buatin. Tapi, Umi harus belanja dulu kayaknya bahannya enggak lengkap."
"Eh kalau gitu enggak usah deh, Mi. Biar aku makan yang udah Umi.masak aja. Dari pada Umi masak lagi."
"Enggak papa cucu nenek mau soto ya?" tanya Uminya sambil mengelus perut sang anak.
"Iya, Umi," jawab Veni lagi. Mereka tersenyum.
"Umi mau belanja sama siapa biar aku anterin aja kalau sendiri."
"Heeee ... enggak usah biar Umi sendiri aja masih siang ini. Apalagi panas banget juga, kasihan nanti cucu nenek kepanasan."
"Enggak papa dong, Nek. Biar kayak Bule hehehe...."
"Kamu di rumah aja enggak papa, Ven. Biar Umi Abi aja yang anter. Biasanya kalau belanja pagi juga Abi yang anter. Kamu kalau masak gimana emangnya? Mario yang anter?"
"Enggak pernah masak, Bi di rumah Mario, Mah. Soalnya pembantu di rumahnya banyak. Kadang juga Mamanya jadi aku ya tinggal makan aja."
"Oh gitu. Terus kamu enggak bantuin masak gitu?"
"Enggak, Bi. Emang enggak boleh sama Mama buat masak. Suruh fokus aja sama kandungan takutnya nanti kandungannya kenapa-kenapa."
"Oh gitu. Tapi, sesekali bantuin aja lho, Ven nanti kamu lupa sama masak gimana "
"Hahaha ... iya, Ma. Tapi, kadang kalau bantuin masak suruh istirahat aja. Nanti bayinya kecapean. Padahal, 'kan Ibu hamil emang harus banyak gerak juga."
"Ah Ibu mertua kamu berarti baik ya, Ven. Umi tenang kalau gitu anak Umi bersama keluarga suami yang tepat."
"Iya, mereka baik kok, Mi." Veni menahan untuk tidak mengatakan sesuatu tentang rumah tanbba. Karena dja yakin saat nanti lahiran anaknya cowo pasti akan lebih disayang Dari ini.
"Alhamdulillah, yaudah katanya mau soto Umi belanja dulu."
"Abi juga temenin Umi dulu kalau kamu mau apa-apa ambil aja. Abi bawa telepone kalau ada apa-apa langsung telepon ama Abi ya." Veni pun mengangguk kepala. Umi dan Abinya bangkit. Saat mereka bangkit ada seseorang mengetuk pintu rumahnya.
"Ada yang manggil kayaknya. Umi ambilin kunci motor sekalian ya deket nakas deket televisi Abi mau buka pintu."
"Iya, Bi." Jawaban nurut Uminya lantas mereka pun berpencar sedangkan Veni tetap di sofa ruang tamu dengan menonton televisi tanpa harus ikut mereka.
***
Abinya membuka pintu karena bunyi ketukan berkali-kali. Saat dibuka ternyata Lea teman Dari kecil Veni.
"Assalamualaikum, Abi...." ucap Lea ramah.
"Waalaikumsalam, Abi. Tumben kamu ke sini ada apa?" tanya Abinya lagi.
"Tadi, Veni bilang lagi di sini kebetulan aku juga libur jadi yaudah aku langsung gas deh ke sini. Soalnya kalau Veni di rumah mertuanya. Aku mau ke sana canggung kalau di sini kan dah biasa."
"Oh gitu yaudah masuk yuk. Veni ada di dalam."
"Okay, Bi. Keadaan Abi sama Umi gimana sehat?" tanya Lea yang memang udah deket dengan keluarga Veni.
"Alhamdulillah baik kamu sendiri?"
"Alhamdulillah baik juga, bi." Mereka pun sampai di ruang tamu. Veni masih fokus dengan tvnya tanpa sadar Lea sudah ada di dalam.