Keadaan ruangan semakin menegang saat Justin dan Steve saling beradu pandang satu sama lain. Mata mereka memancarkan energi elemen masing-masing, meskipun hanya tipis. Sementara Zack yang baru saja selesai mandi langsung keluar menghampiri mereka.
“Apakah kalian ingin beradu di lapangan?” Zack duduk dengan santai, menatap mereka stau persatu. Perseteruan antara keduanya sudah biasa, dan dia tak kaget sama sekali.
“Zack,” panggil Justin tanpa menoleh. “Kau harus menjadi asistenku. Menuruti semua kemauanku.”
“Apa?” pekik Zack tak terima. Steve tersenyum mendengar penolakan dari pria itu.
“Jika kau tak, aku tidak akan membantumu kembali ke Planet Aques,” ancam Justin sambil tersenyum sinis, menatap Steve yang memiliki wajah buruk.
Selama hidupnya, Ares tak pernah direndahkan sama sekali, meskipun itu sesama naga. Sekarang malah Justin dengan lancang memintanya untuk jadi asisten alias pesuruh. Sungguh tak masuk akal.
“Apakah aku harus berada dibawah kakimu?” Zack meradang, mengeluarkan aura naga miliknya. Udara pun semakin mencekam membuat mereka berdua berusaha sekuat tenaga untuk tetap dalam kesadarannya.
“Jika kau tak mau, maka aku tak akan membantumu. Mana pilihanmu?” Justin menyentuh lehernya sendiri karena merasa tercekik.
“Buktikan saja dulu,” sambung Steve ikut membantu.
Mata Zack langsung menutup untuk meredakan emosinya yang sudah mencapai puncak. “Aku akan menocba melakukannya.”
Kedua manusia itu bernafas lega karena bisa menghirup udara denagn bebas. Steve yang tidka ingin berurusan dengan Zack langsung bergegas menuju ke ruangannya. “Aku pergi dulu karena harus mengurus sesuatu.”
Setelah Steve pergi, Justin mengambil beberapa berkas di atas mejanya. ‘Kau gandakan berkas ini di sana,” tujuknya kepada mesin foto copy. “Aku akan memberitahu cara kinerja dari mesin itu.”
Zack pun mengangguk, mengikuti intrusksi dari Justin. Sedangkan pria itu merasa senang karena punya kesempatan untuk memerintah sang naga.
Sampai kapan kau akan bersabar, Ares. Aku akan menantikannya.
Setelah menyelesaikan pekerjaan itu, Zack merasa sangat lelah. Meskipun dia hanya berdiri satu jam, tapi tetap saja kaki dan tangannya pegal. Saat hendak beranjak, Justin memanggil namanya.
“Ada apa?” jawab Zack dengan dingin.
“Buatkan aku kopi.”
Di luar dugaan, Zack keluar ruangan dengan langkah gontai. Dia tanya kepada sekretaris Justin tempat untuk membuat kopi.
“Bagaimana cara membuat kopi?”
Di depan Zack ada mesin pembuat kopi otomatis. Dan dia tak tahu cara kerja dari mesin itu. Karena merasa kebingungan, pria itu hendak mencari bentuan tapi tidak ada yang peduli sama sekali.
“Para mansia bumi itu!” geram Zack tertahan. Karena kesal, dia memukul mesin itu hingga rusak parah, jatuh berserakan dilantai. Begitu mendengar suara benda jatuh, semua karyawan kantor yang berada di dekat lokasi langsung mendekat ke sumber suara.
“Apa yang terjadi?”
“Bukankah dia orang kemarin?”
“Apa yang dilakukan orang itu di sini?”
“Sepertinya dia bekerja sebagai Ofice Boy.”
“Aku kira dia adalah seorang pengusaha.”
Masih banyak lagi omongan-omongan yang keluar dari mulut mereka. Sementara Zack yang indera pendengarannya begitu tajam terlihat sangat marah.
“Diam!” bentak pria itu cukup keras. Lagi dan lagi, aura naga yang keluar cukup membuat orang frustasi. Justin yang juga terkena imbasnya pun bergegas keluar ruangan.
“Zack..,” panggilnya dengan nada lembut. Pria itu menoleh, menatap Justin dengan garangnya. Seperti yang dilihat, semua karyawan sedang dalam keadaan buruk, dimana mereka kesulitan bernafas akhibat tekanan dari aura naga milik Zack.
“Aku tak butuh kopi lagi... kembalilah ke ruanganku.” Justin seperti membujuk seorang anak kecil, tapi itu memang perlu karena orang yang ada dihadapnnya bukanlah manusia.
Dulu sebagai naga, Ares selalu membanggakan dirinya, setiap hari bercermin di sungai untuk melihat kehebatan dirinya. Sikap angkuh dan sombong itu selalu melekat dan tak pernah hilang.
“Sialan!” Zack menyugar rambutnya ke belakang. “Aku sangat kesal dengan semua manusia itu!”
Pria tersebut bergegas pergi ke ruangan Justin denagn membanting pintu, membuat semua orang tersentak kaget.
“Kalian bisa kembali bekerja dan suruh petugas kebersihan untuk membuang benda itu,” kata Justin dengan lembut. “Oh iya, jangan sekali-kali membicarakan Zack. Karena dia adalah tamu kehormatanku.”
Justin masuk ke dalam ruangan, melihat Zack yang duduk di kursinya. “Sebagai asisten, kau tak harus berbuat kasar seperti itu. Zack.”
“Aku naga, naga pelindung yang dihormati. Para manusia itu malah tidka hormat padaku,” kata Zack congkak. Sungguh naga itu begitu sombong, sampai membuat Justin sendiri kwalahan untuk membimbingnya.
“Aku rasa, kau harus pergi dari sini,” usir Justin tak mau tahu dengan ekspresi buruk dari Zack.
“Kau mengusirku!” tudingnya sambil bangkit. “Kau sudah tak mau membantuku.”
Justin melirik sekilas ke arah matahari yang perlahan mulai tenggelam. “Tahukah dirimu, aku terlalu membuang waktu dengan semua yang kau lakukan.”
“Jangan mengujiku, Justin!” teriak Zack sampai suaranya memantul. Jusstin tersenyum sinis, tak peduli sama sekali. Begitu matahari benar-benar turun, kekuatannya pun akan kembali. Sontak tangannya mengeluarkan air, menarik leher pria itu dengan kasar.
“Kau lemah, dan aku lebih kuat darimu.”
“B-beraninya kau!”
Zack berusaha melepaskan diri, tapi percuma saja karena kekuatan Justin sangat besar. Sementara dirinya hanya seorang manusia biasa. Meskipun mengeluarkan aura naga, tidak akan ada gunanya.
“Lepaskan aku!” teriak Zack sambil meronta-ronta merasa nafasnya sudah di ambang batas. d**a panas dan juga tubuh lemas, lunglai, dan tak berdaya.
Melihat Zack yang kesakitan, Justin melepaskan pria itu dengan kasar. “Ketahuilah identitasmu. Kau hanya manusia biasa. Sesama manusia, derajatmu dengan mereka adalah sama.”
Menyebalkan memang, tapi begitulah kenyetaannya. Zack pun meraba lehernya sendiri, merasa terhina dan marah. Perasaan kesal dan menyakitkan di hatinya mulai tumbuh. Dia benci diperlakukan rendah oleh Justin, dan juga benci para manusia itu selalu saja membicarakannya.
“Aku pergi,” pamit Zack dengan nada dingin. Setelah pria itu pergi, lutut Justin langsung lemas dan mendadak tak bsia digerakan.
“Sumpah, aku baru pertama kali bersikap seperti itu padanya? Pasti dia sangat marah padaku. Semoga rencana ini berhasil.”
Justin sendiri juga tak punya pilihan yang lain, karena hanya dengan memprovokasi, perasaan Zack dapat muncul. Jika benih emosi sudah muncul, maka lama-kelamaan perasaan benci akan mendominasi.
“Sebentar lagi dia pasti akan merasakan perasaan itu.”
Benar saja, Zack sekarang berada tak jauh dari gedung milik Steve. Pria itu berdiri di bawah pohon cukup besar, meluapkan emosinya dengan meninju pohon itu.
“Siapa dia? Seenaknya bertindak kasar padaku!” geram Zack tertahan.
Kegiatan itu terus dilakukan sambil menyumpahi Justin tanpa henti, bahkan dia juga mengumpat banyak sekali kata-kata kotor.
“Dasar manusia munafik! Aku tak akan meaafkannya!”
Darah Zack semakin panas, begitu juga hatinya. “Aku akan membalas semua yang dilakukan Justin dan para manusia itu padaku!”
Tidak dua kali atau sekali dia meninju pohon yang tidak bersalah, malahan puluhan kali tiada henti. Begitu tangannya mulai mengeluarkan darah, rasa sakit pun menyerang. “Sialan! Kenapa sakit sekali!”
Tubuh naga yang keras meskipun tergores sedikit saja tak akan berdarah, karena kulitnya keras. Hidup sebagai manusia, tentu merupakan pukulan besar bagi Ares. Kehormatan dan keangkuhan yang dijunjung tinggi mendadak lenyap sudah.
Justin tidak menghormatinya, begetu juga Steve yang memilih hidup mewah bersama manusia. Sungguh itu merupakan pukulan besar bagi Zack yang sednag berjuang kembali ke Planet Aques.
“Kenapa mereka tak menghargai usahaku sama sekali!” Sangat sakit, sampai menusuk jantung dn hatinya bersamaan. Sakit dan kesal, marah dan merasa konyol dengan takdir hidupnya.
“Aku membenci semuanya!” Suara teriakannya meledak memenuhi sekitar. Untung tak ada orang alias sepi. Jika diketahui manusia lain, maka Zack dikira orang gila.
Bersambung