Bab 18

1164 Kata
Justin dan Steve berada di tepi jurang, mengamati sekitar untuk memastikan keamanan. Steve pun mengeluarkan bola-bola api kecil karena di bawah jurang sangat gelap. Sementara Justin berusaha mengumpulkan energinya yang terkuras karena melawan Martin. “Apakah kau sudah selesai?” tanya Steve bersiap hendak turun ke bawah dengan dua bola api di kakinya. “Turunlah lebih dulu. Tenagaku masih belum pulih.” Wajar saja karena air di Bumi dengan Planet Aques berbeda. Steve mengangguk, langsung terjun bebas ke dasar jurang. Kakinya menyentuh tanah menimbulkan getaran kecil sehingga sekitar lokasi langsung retak. “Apa yang terjadi?” Zack merasakan getarannya juga. Si laba-laba langsung pergi bersembunyi karena merasakan adanya bahaya. Begitu dia pergi, Zack pun keluar dari waduk air panas itu. “Zack!” panggil Steve dari jauh. Mendnegar suara pria itu, Zack langsung menyahut. “Aku di sini!” Dia melambaikan tangan sambil mencari keberadaan Steve. Karena tak sabar, si pengendali api itu mengeluarkan api cukup besar menghantam bebatuan sehingga pecah berserakan dimana-mana. Zack melotot karena Steve membuat keributan yang memancing laba-laba. Hewan yang tadinya bersembunyi mengira akan ada bahaya langsung keluar. Beberapa anak laba-laba juga ikut keluar dari sarangnya. “Sial! Kenapa banyak hewan menjijikkan?” Steve langsung membunuh mereka satu persatu. Induk laba-laba itu marah dan juga menyerangnya dengan brutal. Sedangkan Zack memukul anak laba-laba dengan kayu yang di dapat setelah Steve meledakkan batu. “Nasibmu sungguh buruk, Zack!” Steve terus membuat api untuk pertahanan. “Tutup mulutmu! Kalau bukan karena memasuki tubuh manusia lemah, aku tak akan susah seperti ini.” Zack kesal dan melampiaskan amarahnya kepada semua hewan yang terus merayap dan bergerak itu. “Kita tidak bisa mengatasi ini sendirian!” teriak Zack lagi “Diam.....!” kesal Steve sambil melayangkkan api besar ke arah induk laba-laba hingga meledak dan tubuhnya tercecer di tanah. Darah hijau pun juga menyebar di seluruh area tanah bekas pertempuran. Sementara Zack yang terkena darah dari induk laba-laba itu hanya bisa mengumpat dengan kesal. Steve pun tertawa menggelegar karena sangat puas denagn hasil karyanya. “Apakah sangat menyenangkan bagimu?” Zack mengeluarkan aura naganya sampai Steve terbatuk-batuk tiada henti. “Aku h-hanya bercanda.” Steve mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. “Aku harap di masa depan kau mengetahui posisimu, Steve.” Ares sedari dulu tak suka diperlakukan tidak hormat. Posisinya yang tinggi membuatnya menjadi penguasa sejati di Planet Aques. Tapi itu dulu, bukan sekarang. Sekarang dia hanya bisa mengeluarkan aura naga untuk menekan para manusia Planet Aques, begitupun dengan orang campuran. “Jika nanti aku bertemu dengannya. Aku pastikan dia merasa tercekik,” gumam Zack menekan amarahnya karena mengingat kejadian dia bersembunyi untuk pertama kali hanya karena seorang manusia. Siapa yang dimaksud? Dia adalah Martin. Pria itu sudah mulai sadar, dna langsung bangun. Tentu dia merasakan sakit luar biasa diseluruh tubuhnya. Tapi bukan berarti misi harus berhenti begitu saja. “Aku kehilangan naga itu,” geramnya sambil mengeluarkan api miliknya. Sayang yang keluar hanya api kecil. “Mereka....!” Butuh waktu beberapa jam untuk pulih seperti sedia kali. Dan Martin harus mengumpulkan energi dari alam. Lalu, bagaimana nasib dengan dua orang yang pusat energinya masih belum kembali? Mereka juga bersusah payah menyerap energi alam. Meskipun sangat sulit, tapi keduanya berusaha keras. “Energi di sini sangat besar, tapi karena pusat energi kita terputus semua jadi butuh waktu,” kata Lion berusaha mengangkat batu yang tak jauh darinya dengan pengendali yang dimiliki. “Aku tak menyangka kalau mereka asli keturunan Raja.” Hanya keturunan Raja yang bisa melakukan pemutusan energi, dan mereka tidak mengetahui hal itu. Misi yang di emban cukup sulit. Ingin rasanya mereka menyerah padahal belum melangkah jauh. “Jika kita pulang dnegan tangan kosong, apakah Tuan akan membunuh kita?” Mengingat betapa kejamnya pemilik asli asosiasi pemburu naga membuat Lion bergidik ngeri. “Aku rasa kita akan tetap bertahan karena ada Tuan Martin.” Maxel berusaha bangkit meskipun tubuhnya remuk. “Kita harus menysusun rencana sebelum melakukan p*********n lagi. Karena mereka bukan orang sembarangan.” “Kau benar, Max.” Lion juga ikut bangkit, sambil mengedarkan pandangannya ke bekas pertempuran dasyat mereka. “Apakah Tuan Martin juga mengalami kesulitan?” Matanya menyipit kala melihat api kecil terlihat tak jauh darinya. “Kita ke sana sekarang.” Lion meringis sambil menyentuh bahunya. Berusaha menyembuhkan diri sendiri. Untungnya dia memiliki kekuatan penyembuh meskipun tidak begitu ahli. Mereka pun akhirnya menghampiri Martin yang masih berkosentrasi mengumpulkan energi alam. Begitu energi itu menumpuk di perut, dia mengeluarkannya begitu saja. Sehingga area sekitar langsung terbakar hebat. Maxel pun bergegas melakukan pemadaman karena takut api menyebar sampai ke pemukiman penduduk. “Sangat menguras energi,” kata Martin sambil merenggangkan ototnya. Lion pun langsung membantunya untuk berdiri. “Kita harus mengatur strategi, Tuan,” kata Lion tak ingin gagal lagi tanpa persiapan. “Aku tak menyangka kalau naga itu bersama dua raja yang sangat menyusahkan.” Martin menatap puncak gunung. Tinggal beberapa langkah lagi mereka akan emnemukan bola kehidupan elemen api. “Kita harus mendapatkan bola itu sebelum mereka, Tuan,” kata Maxel. “Dan sebisa mungkin kita harus menghindari mereka.” “Mau tak mau, kita harus melawannya karena ingin merebjut bola kehidupan itu,” ucap Lion tanpa pikir panjang. “Hanya ada satu cara untuk menangkap mereka.” Maxel mengeluarkan gulungan yang sudah di simpannya beberapa tahun. “Jelaskan,” kata Martin penasaran. “Aku tahu kau orang berbakat, Tuan.” Maxel memberikan gulungan itu. “Kau adalah orang pertama yang memiliki dua pengendali. Tubuhmu sangat spesial. “Dari mana kau tahu?” Martin menghunuskan tatapan tajam. Terjadi aliran listrik kasat mata yang membuat tekanan udara menjadi berubah. “Aku tak sengaja melihatmu menggunakan elemen tanah.” Ras campuran yang memiliki dua elemen akan dijadikan bahan percobaan oleh peneliti. Dan Martin dengan sengaja menyembunyikan kekuatan itu. Tapi cepat atau lambat, mereka akan mengetahuinya. “Panggil Will untuk datang kemari. Kita butuh orang yang memiliki elemen udara.” Martin tak akan memperhitungkan Maxel yang mengetahui rahasianya. “Tunggu! Apa ini maksudnya?” Lion merasa bodoh di antara mereka bertiga karena tak mengerti inti pembicaraan yang baru saja terjadi. “Sudahlah..., ikuti perintah Tuan Martin.” Maxel menepuk bahu Lion dengan pelan. “Panggil Will untuk melaksanakan tugasnya.” “Aku sudah membawanya!” celetuk seorang pria secara tiba-tiba. Ketiga pria yang sedang diskusi itu terkejut seketika, langsung menunduk hormat untuk menyambut tuan mereka. “Tuan,” panggil Martin. “Kenapa anda datang kemari?” Pria itu merasa gagal karena sang tuan mengetahui bahwa mereka tak berhasil. “Aku tak akan marah mengingat usahaku bertahun-tahun mengalahkan mereka. Aku yakin tak mudah bagi kalian. Tapi, kita tak boleh menyerah begitu saja.” “Baik, Tuan!” kata mereka bertiga serempak. “Will, apakah kau sudah siap melakukan tugas?” Pria bertudung itu melirik sekilas. Will yang ada di belakang langsung menunduk hormat. “Apapun perintah anda, saya siap melakukannya.” Lengkap sudah keempat orang berkumpul dalam satu kelompok. Entah apa yang akan mereka lakukan nanti untuk membuat dua raja dan satu naga kewalahan nanti. Hanya mereka yang tahu. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN