BAB 6 SOSOK MISTERIUS

1316 Kata
Karin menatap marah kepada Ryan, ia pun memanfaatkan keadaan pria itu yang tidak berdiri seimbang, dengan melakukan gerakan tendangan pada lututnya lalu berkata, “Saya sudah mengingatkan kepada Bapak, untuk tidak macam-macam dengan saya! karena saya sudah pasti akan membalas, setiap apapun yang Bapak lakukan.. Saya bukan wanita lemah, yang akan menangis di pojokkan!” Ryan berjalan mundur dari Karin, dengan raut wajah yang dipenuhi oleh kemarahan dan juga rasa sakit di lututnya, yang tekena tendangan Karin. “Dan sepertinya kau sudah lupa, kalau kau berani menyentuhkan tanganmu ke tubuhku, maka aku akan membalasnya. Aku tidak peduli, kalau kau itu seorang wanita. Namun, mengingat skapmu yang terkesan bar-bar, aku menjadi ragu, kalau kamu itu seorang wanita tulen. Apa jangan-jangan kamu itu sebenarnya seorang laki-laki yang sudah menjalani operasi?” Karin langsung saja menjadi emosi, ia mengumpat dengan kasar. "Dasar bos kasar dan egois! Hanya mau menang sendiri saja dan suka asal bicara. Saya ini wanita sejati, bukannya seperti yang Bapak tuduhkan." Dengan gerakan cepat, Ryan meraih Karin ke arahnya dan tentu saja Karin tidak tinggal diam. Ia menggerakkan kakinya untuk menjegal Ryan sampai terjatuh ke lantai lift, sayangnya Ryan turut serta membawa Karin jatuh ke lantai. Ryan lalu bergerak untuk menggulingkan badannya, sehingga separuh badannya melakkan gerakan kuncian di badan Karin dan bersamaan dengan itu, pintu lift terbuka, sehingga membuat beberapa orang pegawai yang kebetulan berdiri dekat pintu lift secara spontan berseru kaget. Karin menyikut perut Ryan, hingga pria itu berdiri dan mengulurkan tangannya untuk membantu Karin. Namun, Karin menolaknya, ia berdiri sendiri dan merapikan roknya, sebelum ke luar dari lift diinjaknya kaki Ryan kuat-kuat menggunakan heelsnya. Ia tidak perduli, kalau Ryan adalah bos nya. Bos nya itu, memang suka sekali membuat dirinya merasa kesal dan marah. Rasanya berada dekat dengan bos nya, hanya membuat dirinya menjadi darah tinggi dan emosinya nak turun saja. Ryan melotot pada punggung Karin yang telah berjalan ke luar dari lift. Ryan pun menyadari penontonnya masih saja berdiri di depan lift dan tentu saja hal itu membuatnya menjadi marah. “Apa yang kalian lihat? mau saya pecat, kalian semua? Cepat pergi sana!” Bentak Ryan dengan emosi. Ia lalu ke luar dari dalam lift, dengan langkah kakinya yang panjang, dalam hatinya Ryan mengumpat Karin, yang sudah membuatnya menjadi seperti orang yang lemah kepadanya. "Sialan memang Karin ini! Ia bisa membuat aku menjadi kehilangan wibawa, nanti dikira aku tidak berani menegur dirinya." Tak jauh dari tempat Ryan berdiri, ada seorang pria yang terus memperhatikan kejadian di depannya dalam diam. Ia bersembunyi di balik pilar yang besar, sehingga kehadirannya tidak diketahui oleh siapapun juga. Pria itu mengambil beberapa potret ketika Ryan dan Karin berada di dalam lift dan juga setelah ke luar. Pria itu kemudian, diam-diam ke luar dari persembunyiannya dan berlalu pergi dari sana. Ryan memalingkan wajahnya ke arah pilar yang sebelumnya menjadi tempat persembunyian pria misterius tadi, tetapi ia tidak menemukan siapapun juga. Ia pun melanjutkan kembali langkahnya ke luar dari perusahaan dan disambut oleh sopir pribadinya, yang dengan cepat membuka kan pintu mobil untuknya. Sementara itu, Karin berjalan ke luar dari perusahaan, di mana matahari sudah tenggelam dan sinarnya telah digantikan oleh sinar lampu. Digenggamnya tali tas yang menggantung di pundaknya dengan erat. Ia merasa, sejak ke luar dari perusahaan tadi ada orang yang mengikutinya. Ia pun menoleh ke belakang dan tidak terlihat siapapun juga, hanya motor dan mobil yang sesekali terlihat melintas. “Mungkin hanya perasaanku saja, ada orang yang mengikutiku,” gumam Karin. Ia pun melanjutkan langkahnya kembali, sambil meningkatkan kewaspadaannya. Namun, perasaan kalau dirinya diikuti tidak juga mau hilang. Ketika berada di dekat lampu jalanan, ia bisa melihat ada bayangan hitam-hitam, tepat di belakanganya. Beberapa menit kemudian, Karin pun sampai juga di depan pintu rumahnyna. Ketika ia sedang memasukkan anak kunci ke dalam lubangnya, Karin mendengar suara kerikil yang terinjak. Dengan cepat Karin menoleh, untuk mencari tahu apakah ada orang di belakangnya. Namun, ia tidak melihat siapapun juga. Ia pun cepat-cepat memutar kunci dan masuk ke dalam rumah, lalu menguncinya kembali. Karin masuk ke dalam kamarnya dan meletakkan tas yang dibawanya di atas meja yang ada di dalam kamarnya. Karin lalu ke luar dari kamarnya dan mengambil air putih di dispenser, yang terletak di dekat pintu kamarnya. Ia kemudian masuk kembali ke kamarnya dan langsung menuju kamar mandi. Suara air yang mengalir dari pancuran dan juga musik yang diputarnya melalui pengeras suara, membuat Karin tidak mendengar suara apapun juga. Ia bahkan ikut bersenandung, sambil mandi. Sosok misterius, yang tadi berjalan mengendap-endap di belakang Karin, telah sampai juga di depan rumahnya. Orang itu, berjalan menuju jendela dan dilihatnya melalui korden jendela yang tidak tertutup rapat, dilihatnya jendela itu ada teralisnya. Ia pun berjalan kembali ke bagian depan dan berdiri di depan pintu rumah. Ia mengutak atik sebentar lubang kunci dan tak lama kemudian, pintu pun berhasil dibukanya. Dengan langkah kaki yang pelan, ia berjalan masuk ke dalam rumah, agar tidak terdengar oleh orang yang ada di dalamnya. Ia pun berjalan masuk ke dalam kamar yang pintunya terbuka dan didengarnya suara musik mengalun. Ia pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar itu, didengarnya suara air mengalir dari pintu yang tertutup dan ia duga sebagai kamar mandi. Sosok misterius itu mengambil tas Karin dan akan memeriksa isinya, ketika itulah didengarnya suara mobil mendekat ke arah rumah yang tengah ia masuki. Dirinya pun berlari cepat ke luar dari dalam kamar Karin, karena terburu-buru, tas yang ia letakkan kembali menyenggol gelas, hingga jatuh ke lantai dan pecah berkeping-keping. Bersamaan dengan itu, Karin mematikan keran air dan akan melangkah ke luar dari dalam kamar mandi. Namun, ia urung melakukannya ketika didengarnya suara benda pecah dan juga suara orang berlari ke luar dari dalam kamarnya. Jantung Karin berdebar dengan kencang, ia diam selama beberapa saat di balik pintu kamar mandi, setelah dirasanya tidak terdengar suara lagi, Karin pun perlahan membuka pintu kamar mandi dan berjalan masuk ke dalam kamarnya, dengan menggunakan jubah mandi. Karin melihat pecahan gelas di lantai dan juga tas nya yang terbuka, dengan isinya yang berserakan di atas meja. Karin berjalan menuju pecahan kaca itu, akan membersihkan agar tidak terinjak oleh kakinya. Di tempat lain, Ryan sudah dalam perjalanan menuju rumahnya, tetapi ia merasa ada sesuatu yang salah. “Pak, tolong putar balik. Kita ke rumah sekretaris saya,” perintah Ryan kepada sopir pribadinya. Mobil pun memutar balik dan meluncur dengan cepat menuju rumah Karin. Sesampainya di depan rumah Karin, Ryan pun turun dari dalam mobilnya. Ia berjalan menuju pintu rumah. “Ceroboh sekali Karin ini! bagaimana mungkin, ia membiarkan pintu rumah terbuka begitu saja,” omel Ryan pelan. Ia pun masuk ke dalam rumah tersebut dan didengarnya suara orang berlari di bagian belakang rumah. Ryan pun dengan cepat ke luar dari rumah untuk melihat apa yang terjadi. Dilihatnya seorang pria, dengan pakaian hitam-hitam berlari dan menghilang dengan cara melompati tembok pagar rumah. “Sialan! aku tidak berhasil mengejar orang itu,” gerutu Ryan kesal. Ia lalu mengambil ponsel dari saku jas nya dan menghubungi orang kepercayaannya. “Halo! aku minta kepadamu untuk mengawasi rumah sekretarisku dan mencari tahu, siapa orang yang baru saja menerobos masuk ke dalam rumahnya. Cari tahu, apakah orang itu musuh perusahaan? ataukah musuh sekretarisku secara pribadi,” setelahnya sambungan telepon pun di tutup oleh Ryan, sebelum masuk ke dalam rumah Karin, Ryan mengingatkan kepada sopir pribadinya untuk berjaga di luar dan mengawasi, kalau ada sesuatu yang mencurigakan. Ryan masuk ke dalam rumah Karin dan berjalan menuju kamar wanita itu dan ketika itulah dilihatnya Karin yang sedang berjongkok memunguti pecahan beling, terlihat seksi dan menggoda. “Dasar gadis ceroboh dan sembarangan! apakah kau tahu, tadi baru saja ada orang asing yang masuk ke rumah ini? ataukah kau memang sengaja tadi itu membiarkan pintu rumah terbuka lebar, biar pria itu masuk ke dalam rumah. Melihat apa yang sedang kau kenakan saat ini, bisa saja tadi itu, kau sebenarnya sedang merayu seseorang. Namun, sayangnya kehadiranku menggagalkan rencana kencan kalian,” tegur Ryan galak, tepat di belakang punggung Karin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN