"Zenith, apa kamu ada keinginan lain untuk perusahaan ini?" Zenith terlihat berpikir sejenak, ia menatap lekat ke arah Dito yang menidurkan kepalanya di pangkuannya. Posisi keduanya kini terlihat sangat intim. "Entahlah, aku tidak punya keinginan lain sepertinya. Kamu saja yang atur bersama daddy, Mas," ucap Zenith, tangannya bergerak lembut untuk menyisir rambut hitam legam milik Dito. Tangan Dito terulur untuk mengusap lembut pipi putih mulus milik Zenith, istrinya. Jantung Zenith berdegup kencang saat merasakan sentuhan tangan Dito di pipinya. Sebelumnya mereka tak pernah seintim ini, entah malam ini ada apa dengan Dito. Pria itu berubah menjadi sangat manja dengannya, dan lagi Zenith sangat menyukai sikap manja suaminya ini. "Saya akan membuat dua ruangan untuk CEO perusahaan,