8. Zhidian bertemu Arvin

1673 Kata
Hassel Academy merupakan sekolah elit bergengsi terbaik di Nara Land, yang telah berdiri hampir setengah abad. Ada dua pendiri akademi itu, yang diklaim sebagai orang terkuat di kerajaan Ethioria dan Ertarizka. Konon katanya, keduanya telah bersahabat sejak kecil walau dua kerajaan dulunya masih berperang. Selain sebagai tanda perdamaian dua kerajaan, akademi itu juga menjadi simbol persahabatan kedua pendirinya. Hassel Academy (HA) tepatnya berada di Distrik 050 Ethioria yakni bagian Barat, dan bagian Timur dari Ertarizka. Luas bangunan itu mencapai lima ratus hektar. Selain bangunan utama akademi, tersedia pula asrama bagi para siswanya. Pendaftar di Hassel Academy memang selalu banyak karena hanya dibuka setiap lima tahun sekali, tapi Zhi tidak pernah menduga akan sebanyak ini. Diperkirakan ada lebih dari satu juta orang yang mendaftar. Tidak hanya anak-anak seusianya, orang dewasa seusia Carl pun ada. “Ya, ampun, dia sudah hampir mati, tapi masih mau sekolah?” bisik Ailee ketika melirik seorang pria beruban yang mungkin berusia enam puluh tahunan. “Sst! Ailee jangan sembarangan bicara. Bagaimana kalau dia dengar?” balas Elfa. “Biar saja.” Ailee menyeringai, menepuk dadanya dengan bangga. “Aku siap menunjukkan kemampuan berpedangku.” Zhi yang berada di antara mereka, hanya geleng-geleng kepala. “HA tidak membatasi usia untuk siswanya. Selama memiliki mana pada tingkat minimal tiga bintang, dan lulus tes, mereka bisa masuk dan menikmati fasilitas mewah di dalam sana.” “Hemm….” Ailee mengangguk-anggukkan kepalanya. “Mereka berebut ingin masuk karena menginginkan kenikmatan hidup.” Elfa yang memeluk boneka beruang putih pun menambahkan, “Padahal, setelah menjadi murid HA, mereka akan punya banyak tugas, dan siapapun yang gagal bisa dikeluarkan oleh pihak akademi sewaktu-waktu.” Zhi mengusap pucuk kepala Elfa sembari memerhatikan boneka beruang yang sering dibawa adiknya itu ke mana pun dia pergi. Untung saja ketika penculikan, Elfa tidak membawa bonekanya, kalau tidak, entah sudah menjadi apa beruang putih tersebut. Sebenarnya, itu bukan sembarang boneka. Ada sihir pelindung di dalamnya yang sengaja dibuat khusus oleh Carl untuk melindungi Elfa. Selain boneka, Carl juga membuat sihir pelindung dan pelacak pada gelang, kalung, anting dan bandana Elfa. Zhi menghela napas dengan sifat overprotektif Carl terhadap Elfa. Kalau ini di zaman modern, mungkin di setiap daerah yang dilalui Elfa akan dipasangi CCTV, dan pak tua itu akan terus memeriksa ponsel untuk memantau putri kesayangannya ini. Ketika dua gadis di kanan dan kiri Zhi sedang berbincang, tiba-tiba tidak jauh dari sana, terdengar teriakan wanita. Zhi sama sekali tidak tertarik, tapi Ailee, si aktif, tentu saja selalu suka ikut campur masalah orang lain. Karena Elfa juga tipe yang mudah penasaran, maka gadis kecil itu juga mengikuti Ailee. Kalau sudah begini, mana mungkin Zhi akan diam saja. Di depan sana terlihat lima pemuda sedang tertawa di depan dua wanita yang terduduk di jalan. “Makanya jangan bertingkah, kalau kau lemah,” kata salah satu pria yang paling tinggi. Tiba-tiba muncul seorang pemuda berikat kepala hitam, dengan lambang lupis pada tengah ikatan kepalanya. Dia membantu kedua wanita untuk bangun, kemudian berdiri di depan keduanya, menghadapi lima pria berbadan lebih besar darinya. Pemuda itu tersenyum, tapi memiliki sentuhan dingin dalam senyumannya. “Apa ibumu lupa mengajarimu cara mengantri?” “Sebaiknya, kau jangan ikut campur, Orang Miskin! Atau kau mungkin akan kehilangan kesempatan untuk mengubah nasibmu,” balas pria dengan luka bakar di lengannya. Pemuda berikat kepala mengepalkan tangan, menyeringai semakin dingin. “Sayangnya, aku ingin ikut campur. Mari kita lihat, siapa yang akan kehilangan kesempatannya.” Lima pria kemudian menyerang si pemuda ikat kepala di waktu bersamaan. Ailee tidak bisa diam saja melihat ketidakadilan, maka tanpa pikir panjang, dia langsung ke tengah pertempuran. Elfa juga ingin membantu Ailee, tapi Zhi menggenggam erat tangannya dan memaksanya tetap di tempat. Zhi memerhatikan sekitar. Tampak beberapa orang menjauhi tempat perkelahian, dan seolah tutup mata. Tapi ada juga sosok-sosok heroik seperti Ailee. Misalnya, Drazhel Sparkler (putra mahkota kerajaan Ethioria), dan pengawal pribadinya (Elina Anastasia), serta seseorang berhoodie cokelat gelap. Ketiganya secara serentak bergerak ke tengah pertempuran bersama Ailee, kemudian mematahkan serangan lima pemuda bahkan sebelum pemuda berikat kepala menunjukkan kemampuannya. Drazhel Sparkler, selayaknya pemimpin yang akan mewarisi tahta, berbicara panjang lebar tentang tata krama dan aturan yang berlaku selama pendaftaran. Orang-orang merasa kagum dengannya, tapi Zhi malah mengantuk dan hampir menguap. Dia sudah beberapa kali bertemu putra mahkota itu di istana, terutama saat Carl membawa Elfa menemui janda permaisuri yang merupakan ibu Anne. Secara tidak langsung, Elfa bersepupu dengan Drazhel. Di depan sana, Ailee berkenalan dengan pemuda berikat kepala dan menanyakan keadaannya. Pertukaran salam dan ramah tamah itu membuat Zhi menggenggam tangan Elfa lebih erat. “Kakak Zhi?” tanya Elfa sembari mendongak untuk melihat ekspresi dingin Zhi yang biasa. “Maaf. Apa Kakak menyakitimu?” Elfa menggeleng. “Zhidian!” ujar Ailee sembari menarik pemuda berikat kepala itu ke hadapan Zhi dan Elfa. “Aku mendapat teman baru. Namanya Arvin. Dia datang jauh sekali dari Distrik 195 sendirian. Aku mengajaknya bergabung bersama kita.” “Halo, aku Arvin,” kata pemuda bergigi gingsul, yang terlihat sangat manis ketika dia tersenyum. Zhi hanya berkata, “Aku Zhi,” tanpa membalas uluran tangan Arvin. Arvin tersenyum kecut, tapi tidak menunjukkan amarah. “Dia Elfa, adik Zhi,” kata Ailee pula. “Halo,” sapa Elfa dengan ramah. “Kak Arvin sangat keren ketika membantu dua wanita itu.” Arvin menggaruk tengkuknya, tampak malu-malu. “Terima kasih.” “Ayo, ayo, kita kembali ke antrian,” kata Ailee sembari berjalan di sisi Arvin. Dia tampak sangat senang karena mendapat teman baru. “Ceritakan tentang tempat tinggalmu, Ar.” “Eum… tidak ada yang menarik di sana. Distrikku cukup miskin dan hanya sedikit orang yang terlahir dengan mana. Meski mungkin bukan aku satu-satunya yang memiliki mana, tapi hanya aku yang ingin jauh-jauh ke sini untuk mencoba keberuntungan.” “Kenapa begitu? Apa mereka tidak mau mengubah nasib Distrik mereka?” tanya Elfa yang malah sudah melepaskan genggaman tangannya dengan Zhi, dan kini berjalan di sisi lain Arvin. “Dulu, mereka pernah mencoba, tapi selalu gagal. Daripada uangnya habis dipakai untuk biaya transportasi dan konsumsi selama menuju ke HA, mereka lebih memilih menabung untuk persiapan masa depan.” “Kau sendiri kenapa ingin mencoba?” tanya Ailee. Arvin mengepalkan tangan. Netra ambernya tampak berkilauan ketika diisi dengan tekad pantang menyerah. “Aku anak Kepala Distrik. Aku bersumpah akan mengubah nasib warga di Distrik 195 dengan menjadi prajurit Dawn Warrior. Ayahku dan seluruh warga mengorbankan hasil panen mereka demi membiayai perjalananku, dan aku tidak boleh gagal di sini.” Ailee dan Elfa tampak terpesona dengan semangat Arvin. Keduanya secara serempak berkata, “Kau bisa, Ar!” “Kak Arvin pasti bisa!” Mata Arvin tampak berkaca-kaca, dan dia menghapus buliran yang akan jatuh ke pipinya itu. “Kenapa?” tanya Elfa. “Sudah dua minggu aku di Distrik ini, menunggu pendaftaran dibuka, tapi baru kalian yang tidak memandang rendah statusku.” Zhi memerhatikan penampilan Arvin yang mengenakan pakaian seadanya, dengan beberapa tempat tampak seperti ditambal. Bajunya pun lengan pendek dengan bekas potongan yang tidak rata. Tangan pemuda itu penuh luka; entah akibat kerja keras di ladang atau pekerjaan kasar lainnya. Dia tampak menyedihkan. “Jadi pria jangan cengeng,” komentar Zhi sembari mengeluarkan jubahnya dari tas di punggung, kemudian melemparkan ke kepala Arvin. “Udara di sini dingin.” Elfa tersenyum, kembali menggamit tangan Zhi. “Kakak Zhi sangat baik.” “Hemm…” Arvin sempat tertegun karena mendapat kebaikan untuk pertama kalinya di luar Distrik 195, lantas mengenakan jubah Zhi yang pas di badannya. “Terima kasih, Kakak Zhi.” Zhi merinding. “Jangan memanggilku seperti itu.” “Hanya Elfa yang boleh memanggil Kakak Zhi,” balas Elfa dengan menggembungkan pipinya. Zhi dan Arvin yang melihat Elfa, serentak berpikir bersamaan: Sangat imut! Tanpa disadari keempatnya, ada dua sosok bernetra merah yang mengamati mereka sejak tadi. Zhi dan kelompoknya mengikuti antrian orang-orang untuk menguji tingkat mana dan jenis sihir pengendali yang dimiliki. Sudah ada sekitar seratus meja di depan sana, dengan di atas meja terdapat satu bola kristal transparan sebesar bola basket. Di masing-masing meja dijaga oleh tiga penatua. Ketika setiap pendaftar sampai di depan meja, mereka akan melihat layar yang terbuat dari sihir air di belakang penatua. Layar itu berisi pengumuman tentang para pendaftar yang lolos seleksi tahap awal. Zhi memerhatikan ketika seorang pendaftar meletakkan tangan dan mengalirkan sejumlah mana ke atas bola kristal, bola kristal perlahan berubah warna dan muncul tanda bintang di sana. Tanda bintang menunjukkan tingkat mana, dan perubahan warna bola kristal menunjukkan jenis pengendalian yang dimiliki. Jika bola kristal berubah warna menjadi merah, maka orang itu memiliki elemen dasar api. Misalnya Elfa. “Lihat, gadis kecil itu memiliki lima bintang.” “Wah, masih kecil tapi sudah sekuat itu. Saat besar nanti, mungkin dia akan menyamai Tuan Carl yang berperingkat Sembilan bintang.” “Apa yang kalian bicarakan? Dia putri Carl, tentu saja akan semengagumkan itu.” Mengalihkan ocehan dari belakangnya, Zhi melihat Elfa yang kegirangan karena mendapat lima bintang. Adiknya menunggu di luar antrian, sembari memegang tiket berisi nomor pendaftaran dan status kelulusan seleksi pertama. Jika bola kristal berubah warna menjadi cokelat, maka orang itu memiliki elemen dasar tanah. Misalnya, sosok heroik berhoodie cokelat yang mengantri di meja sebelah meja antrian Zhi. Sosok itu berperingkat empat bintang. Zhi tersenyum kecil menyadari sosok itu ternyata seorang wanita meskipun si sosok berpenampilan seperti pria. Ternyata ada yang lebih tomboy daripada Ailee. Orang lain yang juga memiliki elemen tanah adalah Arvin. Dia ternyata berperingkat empat bintang. Jika bola kristal berubah warna menjadi abu-abu, maka orang itu memiliki elemen dasar angin atau udara. Orang ini misalnya Ailee, yang baru saja menguji tingkat mana-nya. Elfa menertawakan Ailee dengan puas. “Ternyata Ailee hanya tiga bintang.” “Jangan memancing amarahku, Elf. Aku sedang kecewa saat ini.” Arvin, yang menjaga kedua gadis kecil selagi menunggu Zhi selesai mengantri, hanya bisa tertawa melihat interaksi keduanya. Kini tiba giliran Zhi, tapi sebelum meletakkan tangan di atas bola kristal, orang-orang dihebohkan sekali lagi dengan penemuan spektakuler. Sosok pemuda tampan bernetra merah yang mengantri di meja sebelah antrian meja Zhi memiliki elemen dasar api dengan tingkat tujuh bintang. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN